Kinerja PGAS Bakal Meningkat di 2024, Ini Penjelasan Analis
Kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) diprediksi meningkat pada tahun ini.
IDXChannel - Kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) diprediksi meningkat pada tahun ini. Penyebabnya marjin laba bersih perseroan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam riset terbarunya, Analis Samuel Sekuritas Farras dan Laurencia Hiemas menyebut, marjin penjualan gas PGAS naik menjadi USD1,6-1,8 per mmbtu. Hal ini terlihat pada kinerja kuartal I-2024 yang naik 34,4% menjadi USD1,72 per mmbtu.
"Kondisi itu menghasilkan pertumbuhan bottom-line (laba bersih) yang solid menjadi USD121,1 juta, naik 40,8%," tulisnya dikutip Selasa (4/6/2024).
Perbaikan marjin tersebut diperkirakan terus berlanjut ini. Oleh karena itu, Samuel Sekuritas menaikkan target harga PGAS menjadi Rp1.800 per saham. Dengan harga tersebut, masih ada potensi kenaikan (upside) sekitar 11% dari harga saat ini di kisaran Rp1.615 per saham.
Selain marjin yang membaik, kinerja perseroan tahun ini juga akan disokong oleh laba dari entitas asosiasi, dalam hal ini antara PGAS dan Petronas. Sepanjang Januari-Maret 2024, entitas tersebut berkontribusi pada pendapatan PGAS sebesar USD61 juta.
Analis tersebut menilai, kinerja PGAS dari sisi hulu juga masih cukup baik meski ada rencana penjualan Lapangan Gas Pangkah. Harga minyak WTI yang naik 8,7% sejak awal tahun ini akan menopang kinerja anak usaha PGAS, Saka Energi.
"Saka melaporkan top-line (pendapatan) kuartal I-2024 USD113,8 juta, turun 11,8% atau 12% dari pendapatan PGAS sebelum mencapai USD440 juta sepanjang 2024, naik 5,2% secara tahunan, setara 13,3% dari total pendapatan PGAS," katanya.
Kendati demikian, PGAS juga tetap memiliki risiko, baik secara eksternal maupun internal. Ancaman terhadap pendapatan PGAS datang dari rencana pemerintah untuk memperluas kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) USD6 per mmbtu dari 7 menjadi 11 industri.
"Skema HGBT disubsidi, sehingga sama sekali tidak menghasilkan marjin bagi PGAS, sehingga berpotensi menekan marjin laba PGAS secara keseluruhan," ucapnya.
Selain itu, kasus dugaan korupsi yang melibatkan perseroan, termasuk proyek terminal LNG di Teluk Lamong juga berpotensi mengurangi pendapatan Rp383 miliar dan laba bersih Rp242 miliar dari transaski dengan PT Inti Alasindo Energy.
"Ini bisa berdampak negatif kepada PGAS, terutama jika dinyatakan bersalah yang menunjukkan lemahnya tata kelola perusahaan," katanya.
(RFI)