Kinerja Rupiah Sepanjang 2022, Masih ‘Mending’ daripada Yen Jepang
Kinerja rupiah sepanjang 2022 masih lebih baik dari Yen Jepang terhadap dolar AS.
IDXChannel - Fluktuasi mata uang terjadi di berbagai belahan dunia akibat kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang hawkish. Kenaikan suku bunga acuan atau Federal Fund Rate (FFR) ini yang mendorong penguatan dolar terhadap sejumlah mata uang.
Menurut catatan BNI Sekuritas Macroeconomic Outlook 2023, pergerakan rupiah sempat stabil pada Januari hingga Mei 2022, bergerak dalam batasan Rp14.250 hingga Rp14.500 per USD.
Namun, tekanan mulai meningkat di bulan Juni, menyusul keputusan agresif The Fed untuk menaikkan FFR sebesar 75 bps setelah sempat meningkat di bulan Mei sebesar 50 bps, dan Maret sebesar 25 bps. (Lihat grafik di bawah ini.)
Melansir Capital.com, rupiah mengalami penurunan bulanan terbesar dalam setahun pada bulan September. Kondisi ini ketika rupiah turun sebesar 2,5% karena investor memperhitungkan penurunan cadangan mata uang asing, meningkatnya utang negara, dan peningkatan arus keluar modal asing.
Menurut catatan BI, adapun aliran modal asing pada minggu keempat Desember 2022 menunjukkan premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun turun ke 98,75 bps per 22 Desember 2022 dari sebelumnya 99,73 bps per 16 Desember 2022.
Selanjutnya, berdasarkan data transaksi 19-22 Desember 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp0,04 triliun terdiri dari beli neto Rp1,45 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp1,48 triliun di pasar saham.
Selama tahun 2022, berdasarkan data BI hingga 22 Desember 2022, nonresiden jual neto Rp128,66 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp63,52 triliun di pasar saham.
Surplus perdagangan negara mencapai rekor tertinggi pada bulan April, namun pada akhirnya juga menyempit akibat penguatan dolar ini.
Rupiah sempat diperdagangkan di atas 15.000 per dolar AS pada Juli. Kebijakan hawkish The Fed menyebabkan dolar naik ke level tertinggi baru selama 20 tahun terakhir terhadap sekeranjang mata uang lainnya pada September.
Kurs rupiah terhadap dolar pada akhirnya mencapai 15.500 di akhir Oktober dan sempat memuncak di atas 15.700 pada November. Memasuki penghujung tahun, rupiah kembali stabil di level 15.600.
Namun, jelang akhir tahun, rupiah kembali berakhir melemah melawan dolar AS pada perdagangan Rabu (28/12/2022). Melansir data Bloomberg, rupiah menutup perdagangan di Rp 15.657 per USD, melemah 0,19% di pasar spot.
Kondisi makroekonomi 2023 diperkirakan akan menjadi tahun yang berat bagi sejumlah mata uang akibat ramalan resesi.
Seiring dengan kenaikan yang agresif, risiko resesi global merembes ke pasar keuangan. Mengutip Bloomberg, rupiah terkena tekanan yang cepat dan terdepresiasi sebesar 9,84% secara YtD menjadi 15.691 pada 28 Desember 2022.
Melansir BNI Sekuritas, kenaikan suku bunga acuan The Fed mempersempit perbedaan imbal hasil obligasi antara domestik dan AS, memicu arus keluar dari pasar modal negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Kami perkirakan ketegangan akan mereda secara bertahap dengan moderasi inflasi AS dan kenaikan FFR yang lebih kecil,” tulis laporan bertajuk BNI Sekuritas Macroeconomic Outlook 2023: Threading The Global Slowdown Needle, Rabu, (28/12).
Proyeksi Kinerja Rupiah Tahun Depan
BNI Sekuritas juga menggarisbawahi bahwa rupiah akan tetap lemah hingga pertengahan tahun 2023. Kondisi ini didorong oleh ekspektasi kenaikan FFR lebih lanjut menjadi 5,25%.
Selain itu, ada kemungkinan rupiah diproyeksikan akan menguat dengan syarat beberapa kondisi. Pertama, karena The Fed menghentikan kenaikan suku bunga.
Kedua, Indonesia memiliki fundamental ekonomi domestik yang menarik, terutama bagi investor yang memperkuat portfolio investasinya setelah volatilitas keuangan berkurang.
“Dengan latar belakang ini, kami memproyeksikan nilai tukar rupiah rata-rata Rp14.950 per USD selama tahun fiskal 2023,” imbuh laporan itu.
Adapun mengutip Capital.com, analisis teknis dari UOB Group yang berbasis di Singapura pada 12 Desember memperkirakan posisi rupiah di tahun 2023 dapat melemah tahun depan, dengan kurs USD/IDR bergerak naik dari Rp15.900 pada kuartal pertama menjadi Rp16.200 pada kuartal keempat.
Sementara analisis MUFG Research melihat proyeksi yang lebih kuat dibanding UOB menjadi di level Rp15.200
“Momentum saat ini kemungkinan akan menggeser inflasi y/y lebih rendah dalam beberapa bulan mendatang. Pasangan ini kemungkinan akan didorong oleh ekspektasi The Fed dan pergerakan harga komoditas selama minggu mendatang,” kata analis MUFG Research, dikutip Rabu, (21/12).
Berbeda dengan UOB, prediksi IDR grup memperkirakan bahwa rupiah dapat merosot dari Rp15.800 pada akhir tahun 2022 menjadi Rp15.500 pada kuartal ketiga tahun 2023.
Adapun menurut ING Group rupiah akan menghadapi tekanan depresiasi dalam waktu dekat karena harga komoditas yang moderat dapat menyebabkan penyempitan surplus perdagangan lebih lanjut. ING Group meramalkan rupiah akan berada di lebel Rp15.200 di kuartal pertama tahun depan dan Rp15.000 di kuartal berikutnya. (Lihat tabel di bawah ini.)
Jika dibandingkan dengan mata uang lainnya, dolar Singapura tetap tangguh terhadap dolar AS dibandingkan dengan mata uang di regional Asia Tenggara secara keseluruhan. Per akhir September 2022, mata uang Singapura hanya turun hampir 6%. Namun mata uang lain di Asia turun lebih dalam.
Sementara peso Filipina turun sekitar 15% dan baht Thailand turun 13% selama periode yang sama.
Terdapat faktor kenapa mata uang Singapura paling tangguh di antara yang lainnya.
Menurut analisis, Saktiandi Supaat, regional head of forex research and strategy di Maybank, Singapura adalah salah satu dari sedikit negara di dunia dengan peringkat kredit berdaulat triple-A, surplus neraca berjalan yang kuat, dan cadangan mata uang asing yang positif. Faktor-faktor ini berkontribusi pada posisinya sebagai pelabuhan yang aman bagi para investor.
“Setiap kali ada krisis atau guncangan, ada minat untuk pindah ke Sing-dollar. Hal ini karena Singapura memiliki cadangan surplus yang signifikan untuk mengatasi krisis. Itu menjadikannya salah satu elemen safe haven mata uang. Kondisi ini menyebabkan Singapura menjadi tempat berlindung yang aman buat investor,” kata Supaat, dikutip Senin (26/9)
Meski demikian, secara keseluruhan kinerja rupiah masih lebih baik dibandingkan kinerja Yen. Yen Jepang telah terdepresiasi sekitar 25% terhadap dolar AS sejak awal tahun hingga September tahun ini. (ADF)