MARKET NEWS

Kisah Jatuh Bangun Emiten Tua: IPO Tiga Dekade Silam, Hadapi Krisis Beberapa Kali

Kurnia Nadya 15/08/2023 17:20 WIB

BUMI adalah emiten yang pernah jatuh bangun di pasar modal Indonesia, mengalami dan menghadapi imbas krisis global yang beberapa kali terjadi sejak IPO.

Kisah Jatuh Bangun Emiten Tua: IPO Tiga Dekade Silam, Hadapi Krisis Beberapa Kali. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Banyak emiten telah melantai di bursa selama puluhan tahun. Banyak di antaranya pernah jatuh bangun di pasar modal. Emiten yang telah melantai setidaknya dua dekade, pernah menghadapi dampak krisis global yang terasa di perekonomian nasional. 

Emiten-emiten ini mencatatkan sejarah panjang di pasar modal Indonesia. Harga sahamnya pernah mencatatkan titik tertinggi, namun juga pernah menyentuh titik terendah, sebagian bahkan melampui harga perdananya saat IPO. 

Saham milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) adalah salah satunya. BUMI pernah mencatatkan harga tertinggi pada level Rp8.550 per saham, tepatnya pada 13 Juni 2008. Namun harga BUMI pernah menyentuh level Rp50 selama beberapa waktu. 

Padahal saat IPO, BUMI menawarkan sahamnya di harga Rp4.500 per lembar saham, dan perseroan menawarkan 10 juta saham baru saat itu. Sehingga perusahaan mengantongi dana segar sebanyak Rp45 miliar. 

Sebagai tambahan informasi, BUMI tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Juli 1990, sudah lebih dari tiga dekade silam. Sebelum dan saat IPO, bisnis BUMI bergerak di sektor perhotelan dan properti. 

Salah satu hotel yang dikelola BUMI adalah Hotel Bumi Hyatt Surabaya yang kini sudah berganti nama menjadi Hotel Bumi Surabaya, dan tak lain adalah hotel bintang lima pertama di Surabaya saat itu. 

Performa BUMI menurun saat kompetitor mulai bermunculan di Surabaya dengan membangun hotel-hotel mewah, meskipun begitu BUMI masih mampu mempertahankan statusnya selaku market leader hotel bintang lima di kota tersebut. 

Berbagai tekanan bermunculan dari beban biaya proyek pembangunan gedung, juga program dividen teratur yang turut membebani keuangan BUMI. Emiten ini lantas merugi, hingga akhirnya muncul investor lain berminat untuk mengakuisisi. 

Dari beberapa perusahaan yang berminat, Bakrie Group berhasil keluar sebagai pemenang melalui tender offer lewat PT Bakrie Capital Indonesia. Tak lama setelah Bakrie masuk, kinerja BUMI sempat meroket berkat perubahan bisnis yang dieksekusi Bakrie. 

Namun, tak lama setelahnya krisis ekonomi melanda Asia hingga Indonesia pada akhir 1990-an. Apalagi saat itu Bakrie masuk ke BUMI pada 1997. Krisis saat itu menjatuhkan harga-harga properti di tanah air. 

Di tangan Bakrie Group pula BUMI menjajaki bisnis pertambangan minyak dan gas alam juga pertambangan dengan mengakuisisi perusahaan pertambangan besar, yakni Gallo Oil, Kaltim Prima Coal, dan PT Arutmin Indonesia pada periode 2000-2005. 

Pada periode itulah BUMI mencatatkan prestasinya, menjadi saham yang paling diminati banyak investor. BUMI bahkan sempat menerima julukan ‘saham sejuta umat’. Saat itu juga likuiditas BUMI sangat tinggi, sehingga tak mengherankan mengapa investor begitu meminatinya. 

Namun lagi-lagi harus menghadapi krisis subprime mortgage yang terjadi Amerika Serikat dan berimbas pada Indonesia. Saat itu pun, IHSG anjlok drastis hingga 80%. Harga BUMI yang tadinya tinggi, anjlok hingga 95% pada awal 2009. 

BUMI harus merasakan dampak penurunan harga batu bara dunia pada 2011, di mana harga batu bara turun dari USD49/ton dari yang semula berada di atas USD100/ton. Lantas, sepanjang 2012 hingga seterus saham BUMI terus menurun hingga menyentuh Rp50/saham pada 2015. 

Saat ini, BUMI tercatat diperdagangkan di level Rp140 per lembar saham. Sejak penurunan berangsur yang dimulai pada 2011 itu, BUMI belum pernah mencatatkan kenaikan harga signifikan lagi. 

Namun demikian, BUMI masih dianggap menarik oleh investor besar. Contohnya saja konglomerat dari Salim Group dan Sinar Mas (Franky Oesman Widjaja) yang tercatat memiliki saham di BUMI. Beberapa perusahaan investasi asing juga masih mengoleksi saham BUMI. 

Demikianlah kisah singkat tentang BUMI, emiten yang jatuh bangun menghadapi krisis beberapa kali selama melantai di pasar modal. (NKK)

SHARE