Kisah Sultan Subang dan Tiga Saham Gocap Miliknya
Asep Sulaeman Subanda mulanya sukses membawa PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) melantai di bursa dua tahun lalu, sebelum dua perusahannya yang lain menyusul.
IDXChannel – Asep Sulaeman Subanda mulanya sukses membawa PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) melantai di bursa dua tahun lalu, sebelum dua perusahaannya yang lain menyusul. Kini, ketiga saham emiten miliknya menyentuh level gocap (Rp 50 per saham).
Hal tersebut berkat penurunan luar biasa saham BEBS sejak bursa membuka suspensi (penghentian sementara saham tersebut pada 9 Mei 2023.
Semenjak itu, saham BEBS kerap menembus batas auto rejection bawah (ARB).
Penurunan saham BEBS semakin tajam semenjak aturan anyar ARB 15 persen sejak awal Juni lalu.
Dalam sebulan, saham emiten produsen beton Readymix dan Precast ini merosot tajam hingga 85,96 persen.
Sementara, dalam setahun, saham BEBS jatuh hingga 93,24 persen.
Sebagai informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) menggembok saham BEBS pada 18 Januari 2023 “dalam rangka menjaga perdagangan efek yang teratur”.
Asal tahu saja, BEBS besutan Asep Sulaeman, yang kerap disebut Sultan Subang, sempat menyentuh rekor harian tertinggi (all time high/ATH) di posisi Rp1.450 per saham pada 7 Februari 2022.
Angka tersebut sudah disesuaikan dengan aksi pecah saham (stock split) dengan rasio 1 : 5 pada 21 Desember 2022. Apabila menggunakan acuan sebelum stock split, pada saat ATH, saham BEBS berada di Rp7.250 per saham.
Kini, per penutupan sesi I 22 Juni 2023, saham BEBS berada di level gocap setelah turun 3,85 persen secara harian. Terdapat antrean jual hingga 137,07 juta lot di harga Rp50 per saham atau setara dengan Rp686,74 miliar.
BEBS, yang bergerak di sendiri melantai pada 10 Maret 2021 dengan harga penawaran Rp100 per saham dan berhasil meraup dana segar dalam penawaran saham perdana (IPO) Rp200 miliar.
‘Saudara’ muda BEBS, emiten minyak kelapa PT Indo Pureco Pratama Tbk (IPPE) dan fesyen muslim PT Bersama Zatta Jaya Tbk (ZATA), malah sudah lebih dahulu nyender ke level gocap. (Lihat grafik di bawah ini.)
Saham IPPE sudah berputar-putar di gocap sejak Februari 2023 sebelum akhirnya terlelap di level tersebut sejak 2 Maret 2023. Sebelum terjun bebas, saham IPPE sempat menyentuh ATH setahun sebelumnya, tepat 2 Maret 2022 di angka penutupan Rp600 per saham.
IPPE listing di bursa sejak 9 Desember 2021 dengan harga IPO Rp100 per saham, seperti BEBS. Dana IPO yang berhasil dikumpulkan IPPE mencapai Rp100 miliar.
Sedangkan, ZATA tertidur di gocap sejak 12 Mei 2023, usai sempat menembus level tertinggi Rp302 per saham pada 15 November 2022 atau hari keempat usai manggung di bursa.
ZATA melantai sejak 10 November 2022 dengan harga penawaran Rp100, seperti BEBS dan IPPE, dan mengumpulkan dana Rp170 miliar.
Aksi penjualan saham oleh pengendali (Asep Sulaeman) hingga rumor transaksi gagal bayar repo (repurchase agreement) pemilik perusahaan tersebut menjadi sentimen negatif untuk BEBS, IPPE dan ZATA sejak awal tahun ini.
Kendati, belakangan pihak perusahaan, terutama IPPE, membantah tudingan perusahaan terlibat transaksi gagal bayar repo.
Ribuan Investor Nyangkut
Terlepas dari penyebab kejatuhan ketiga saham tersebut, kini ribuan investor terpaksa ‘nyangkut’ di dalamnya.
Menurut data BEI, sebanyak 6.753 investor menggenggam saham BEBS per 31 Mei 2023. Kemudian, sebanyak 16.693 investor memiliki saham IPPE dan sebanyak 11.091 investor memiliki saham ZATA per akhir Mei 2023. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.