MARKET NEWS

Kompetisi Bisnis Menara Berlangsung Sengit, Mitratel (MTEL) Masih Memimpin

Kunthi Fahmar Sandy 11/07/2023 09:15 WIB

Secara fundamental harga MTEL seharusnya berada di kisaran harga Rp690-Rp695 atau Rp700 per saham untuk jangka pendek.

Kompetisi Bisnis Menara Berlangsung Sengit, Mitratel (MTEL) Masih Memimpin (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Peta persaingan emiten menara telekomunikasi telah berubah signfikan dalam 5 tahun terakhir. 

Emiten yang memiliki menara terbanyak ternyata berhasil mencatatkan kinerja lebih baik dibandingkan kompetitornya. 

Pada 2017, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang dikendalikan Grup Djarum menjadi jawara. Emiten yang dikenal dengan brand Protelindo ini tercatat memiliki 14.854 unit menara. TOWR tidak sendirian, ada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang menempel dengan jumlah 13.509 menara kala itu.

Di tempat ketiga ada PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau dikenal sebagai Mitratel. Saat itu, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk ini memiliki 11.061 menara. 

Lima tahun berselang, peta persaingan telah berubah drastis. MTEL yang sebelumnya urutan ketiga menyalip menjadi nomor 1 dengan 36.439 menara, berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2023. 

TOWR  turun ke urutan kedua dengan 29.757 menara dan TBIG harus puas di peringkat ketiga dengan 21.991 menara.

Dalam siaran pers Selasa (11/7/2023) disebutkan, perkembangan pesat jumlah menara MTEL karena perusahaan ini rajin mengakuisisi menara yang dilepas sejumlah perusahaan telekomunikasi sambil terus membangun menara baru. 

"Pada akhir kuartal I-2023, MTEL memegang market share sekitar 45% dari seluruh menara di Indonesia," tulis keterangan pers. Dari sisi tenant, juga terjadi kompetisi yang tidak kalah seru. Pada 2017 lalu TOWR dan TBIG bersaingan dengan jumlah tenant terbanyak, yakni masing-masing 25.011 dan 23.018 tenant. Kala itu keduanya memiliki tenancy ratio antara 1,68x hingga 1,7x. 

Sementara itu, MTEL tercatat memiliki jumlah tenant jauh dibawah keduanya, yakni 13.083 tenant. Namun, berkat penambahan jumlah menara, MTEL telah menyalip jumlah tenant TBIG pada 2020 lalu.

Hingga kuartal I-2023, jumlah tenant MTEL menyamai TOWR. MTEL mencatatkan 53.317 tenant, sementara TOWR tercatat 53.820 tenant. Adapun tenant TBIG tercatat 41.010 pada periode yang sama.

Konsistensi MTEL dalam menambah menara berdampak langsung terhadap profitabilitas. Pada 2017 lalu, EBITDA Mitratel melesat dari Rp1,88 triliun pada 2017 menjadi Rp6,14 triliun pada 2022. Tingkat pertumbuhan majemuk (CAGR) EBITDA  MTEL dalam 5 tahun mencapai 26,7%

Sementara itu Tower Bersama telah mencatatkan EBITDA cukup gemuk pada 2017 lalu dengan nilai Rp3,49 triliun, namun pada 2022 lalu harus disalip oleh MTEL dengan nilai Rp5,69 triliun. Dalam 5 tahun CAGR EBITDA TBIG hanya 10,3%.

Sementara itu, Protelindo mencatatkan EBITDA Rp9,07 triliun pada akhir 2022, dibandingkan 2017 lalu berada di Rp4,6 triliun. Namun bila dihitung dengan prosentase CAGR, pertumbuhan TOWR hampir 50% lebih rendah dari MTEL.

Meskipun pertumbuhan kinerja MTEL lebih konsisten dibandingkan kedua emiten di peer group, namun harga sahamnya cenderung masih murah. Sebagai pendatang baru di Bursa Efek Indonesia, MTEL diperdagangkan pada kisaran harga Rp685 yang mencerminkan price to book value (PBV) 1.63x.

Hal tersebut mencerminkan harga saham MTEL jauh lebih murah dibandingkan TBIG yang diperdagangkan di PBV 3,84x. Ataupun TOWR di PBV 3,53x. Dengan kata lain, saham MTEL berada di situasi salah harga karena belum sejalan dengan fundamental dan prospek bisnisnya. 

Atas dasar itu, sejumlah sekuritas asing seperti JP Morgan dan CGS CIMB merekomendasikan beli dengan target harga Rp800 dan Rp900. Dalam konsensus analis Bloomberg, 100 persen analis yang terdiri dari 18 sekuritas merekomendasikan beli MTEL dengan target harga rata-rata Rp937 per saham. 

Menurut analis NH Korindo Sekuritas Leonardo Lijuwardi, secara fundamental harga MTEL seharusnya berada di kisaran harga Rp690-Rp695 atau Rp700 per saham untuk jangka pendek.

Leonardo bahkan menyatakan bahwa harga MTEL untuk 12 bulan ke depan seharusnya bisa ada di harga Rp835 per saham.

“Valuasi MTEL saat ini berada di angka yang cukup menarik dan atraktif, di mana saat ini MTEL diperdagangkan di bawah standar deviasi rata-rata EV/EBITDA sejak IPO-nya,” ujar Leonardo.

(SAN)

SHARE