Kondisi Rupiah dan Obligasi Terkini di Tengah Panasnya Perang Iran-Israel
Rupiah merana di tengah tensi geopolitik di Timur Tengah yang kian memanas. Bagaimana dengan obligasi?
IDXChannel - Tensi geopolitik di Timur Tengah semakin memanas pasca Iran meluncurkan serangan misil dan drone ke Israel. Ketegangan dua negara ini memberi tekanan pada nilai tukar Rupiah dan berdampak pada pasar obligasi atau surat utang.
Head of Research Panin Sekuritas, Nico Laurens mengungkapkan, VIX index atau “fear index” menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2023 dan diikuti oleh dolar index yang menyentuh level tertinggi sejak November tahun lalu ke level 106.
"Patut dicermati, arah kebijakan moneter yang masih akan ketat, khususnya pasca rilis data inflasi yang masih tinggi di AS, naik 0,4% MoM; dan tumbuh 3,5% YoY di Maret 2024, yang lebih buruk dari ekspektasi," ungkap dia dalam risetnya, Jakarta, Senin (22/4/2024).
Menurut Nico, investor melihat timeline The Fed untuk memangkas suku pertama kalinya akan mundur ke November 2024 (sebelumnya: Juni 2024) dan investor mulai meragukan kemampuan The Fed untuk membawa perekonomian mengalami soft landing.
"Trader obligasi juga melihat ruang The Fed untuk tidak memangkas suku bunga di tahun ini, yang sejalan dengan beberapa anggota The Fed dengan ekspektasi di awal 2025. Saat ini, yield obligasi telah menyentuh level 4,6%, level tertinggi sejak November 2023," jelas Nico.
Sementara itu, kata dia, Rupiah terus mengalami tekanan. Survei Konsumen Bank Indonesia pada Maret 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Maret 2024 sebesar 123,8 (Februari 2024: 123,1).
Namun diakui Nico, patut dicermati, inflasi naik ke level 3,05% YoY di Maret 2024 (Februari 2024 naik 2,75% YoY) didorong oleh beras, daging ayam, cabai merah, sigaret kretek mesin, serta emas dan perhiasan.
"Selain itu, nilai tukar Rupiah juga terus mengalami pelemahan. Saat ini, di level Rp16.260 per USD, di mana pelemahan Rupiah didorong oleh menguatnya DXY karena ketidakpastian ekonomi, outflow di obligasi karena tingkat imbal hasil yang relatif tidak atraktif, serta masih lemahnya permintaan untuk ekspor, khususnya komoditas," terangnya.
"Perlu dicermati juga CDS 5 tahun Indonesia naik ke 81,2 di 19 April 2024 (12 April 2024: 75,2) dengan tren outflow di obligasi sebesar Rp2,3 triliun," tutup Nico.
Adapun informasi surat utang yang patut diketahui investor:
1. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah menerima mandat obligasi korporasi senilai Rp53,2 triliun dari 48 penerbit di kuartal I-2024, di mana sektor perbankan tertinggi, dengan 5 perusahaan akan menerbitkan surat utang senilai Rp7,65 triliun.
Tujuan penggunaan dana adalah modal kerja (56,5%) dan refinancing (31,2%).
2. Pefindo menyatakan penerbitan obligasi dan sukuk korporasi turun. Total penerbitan obligasi mencapai Rp26,4 triliun dari 23 perusahaan di kuartal I ini (kuartal I-2023 sebesar Rp27,5 triliun). Hal ini lebih disebabkan oleh wait and see dari investor karena adanya Pemilu.
3. PT Adira Finamika Multifinance Tbk (ADMF) menerbitkan obligasi sebesar Rp2 triliun, yang terdiri dari Obligasi Berkelanjutan VI Adira Finance Tahap III tahun 2024, dengan jumlah pokok Rp1,6 triliun serta Sukuk Mudharabah Berkelanjutan V Adira Finance Tahap III tahun 2024 sebesar Rp400 miliar.
Obligasi terbagi menjadi 3 seri, yakni (1) Seri A, nilai Rp1,07 triliun dengan bunga 6,4% dan tenor 370 hari, (2) seri B, nilai Rp391 miliar dengan bunga 6,55% dan tenor 36 bulan, serta (3) seri C, nilai Rp129 miliar dengan bunga 6,65% dan tenor 60 bulan.
Sementara untuk Sukuk: (1) seri A, nilai Rp339 miliar dengan indikasi bagi hasil 6,4% dan tenor 370 hari, (2) seri B, nilai Rp39 miliar dengan indikasi bagi hasil 6,55% dan tenor 36 bulan, serta (3) seri C, nilai Rp22 miliar dengan indikasi bagi hasil 6,65% dan tenor 60 bulan. Masa penawaran umum: 24-29 April 2024.
4. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) berencana untuk menerbitkan obligasi sebesar Rp5 triliun. Rencana tersebut mendapat persetujuan pada RUPS di 3 April 2024.
5. Pefindo menegaskan peringkat obligasi berkelanjutan I Provident Investasi Bersama (PALM) dengan idA. Surat utang tahap II Seri A senilai Rp321 miliar itu, akan jatuh tempo pada 17 Juni 2024.
6. Pefindo memberikan peringkat idSD kepada PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) untuk Obligasi Berkelanjutan III Tahap IV Seri B Tahun 2019 WKST, yang diberi peringkat idD (Default) dengan nilai Rp 135,5 miliar dan berlaku dari 5 April 2024 sampai 16 Mei 2024.
Patut dicermati, perseroan telah memperoleh restrukturisasi kredit dari Bank Tabungan Negara (BBTN) untuk PT Waskita Fim Perkasa Realti (WFPR) yang 90% dimiliki oleh PT Waskita Karya Realty (WKR), anak perusahaan WSKT.
7. PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) kembali mendapatkan peringkat AAA dari PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) dengan peringkat nasional KB Bank di level 'AAA', yang mencerminkan peringkat tertinggi terhadap dengan tingkat risiko gagal bayar paling rendah.
(FAY)