MARKET NEWS

Konflik Laut Merah Kian Memanas Bayangi Wall Street Pekan Depan

Dinar Fitra Maghiszha 14/01/2024 10:46 WIB

Ketegangan politik regional ini diprediksi mampu mendongkrak harga minyak mentah dunia, namun membawa ancaman bagi rantai-pasok global.

Konflik Laut Merah Kian Memanas Bayangi Wall Street Pekan Depan. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Serangan bertubi-tubi Amerika Serikat(AS)  dan Inggris terhadap organisasi perlawanan Houthi (Hutsi) di Yaman kian memanas. Ketegangan politik regional mendongkrak harga minyak mentah dunia, sekaligus membawa ancaman bagi rantai-pasok global.

Sentimen ini dikhawatirkan menjadi 'kerikil panas' penghalang jalan indeks pasar modal Amerika Serikat atau Wall Street menghadapi perdagangan pekan depan. Statistik mencatat ketiga indeks acuan bergerak tak kompak dalam beberapa sesi terakhir.

Pada Jumat (12/1/2024) harga minyak mentah AS melonjak sebanyak 4,5%. Kondisi ini berlangsung setelah beberapa kapal tanker minyak mengalihkan jalur mereka dari Laut Merah menyusul serangan udara dan laut oleh Amerika Serikat dan Inggris yang menyasar Houthi di Yaman. 

"Meskipun penyelesaian masalah di Laut Merah akan berdampak buruk bagi (harga) minyak, tampaknya situasi di sana semakin meningkat dan risiko tersebut akan mendorong harga minyak lebih tinggi," kata Chief Market Strategist JonesTrading, Mike O'Rourke, dilansir Reuters, Minggu (14/1/2024).

Di sisi lain, Mike berharap fenomena ini justru menjadi peluang saham-saham sektor energi yang menjadi konstituen S&P 500. Ketegangan di Timur Tengah dan tindakan OPEC terhadap produksi merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga minyak dalam jangka pendek.

Adapun laporan pendapatan triwulanan juga menjadi katalis pasar. Perusahaan jasa minyak SLB (SLB.N), sebelumnya bernama Schlumberger, akan melaporkan laporannya minggu depan, disusul Baker Hughes dan Marathon Petroleum (MPC.N).

Menurut data LSEG sektor energi akan mencatatkan kinerja pendapatan terburuk selama setahun penuh 2023 dibandingkan seluruh sektor pasar modal. Mereka memproyeksikan ada penurunan hampir 26% secara keseluruhan.

"Tren pendapatan yang membaik, ditambah valuasi yang menarik, merupakan salah satu faktor yang mendukung sejumlah saham energi," ujar kepala investasi di Greenwood Capital, Walter Todd. 

Sebagai catatan pada penutupan sesi terakhir, Dow Jones Industrial Average koreksi 0,31% menjadi 37.592.98. S&P 500 menguat 0,08% di 4.783,83, begitu juga Nasdaq Composite naik 0,02% menjadi 14.972,76.

(NIA)

SHARE