MARKET NEWS

Konflik Timur Tengah Bikin Investor Beralih ke Instrumen Ini

Anggie Ariesta 10/10/2023 20:47 WIB

Dukungan Amerika Serikat (AS) terhadap Israel dalam konflik melawan Kelompok Hamas Palestina mempengaruhi arah investasi global.

Konflik Timur Tengah Bikin Investor Beralih ke Instrumen Ini (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Dukungan Amerika Serikat (AS) terhadap Israel dalam konflik melawan Kelompok Hamas Palestina mempengaruhi arah investasi global.

Dengan adanya konflik ini, investor diperkirakan beralih ke instrumen investasi aset safe haven.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, konflik yang bersifat klasik ini sudah terjadi beberapa abad, hanya kali ini yang mendorong terapresiasinya harga minyak mentah dunia.

"Memang secara klasik perang yang terjadi di kawasan Timur Tengah mendorong terapresiasinya harga minyak mentah dunia karena di kawasan itu terdapat negara-negara penghasil minyak seperti OPEC, kalau misal terjadi perang ya berarti ada risiko terjadi blokade jalur distribusi maupun tingkat produksi terganggu," jelas Nafan saat dikonfirmasi IDX Channel, Selasa (10/10/2023).

Menurut Nafan, kenaikan harga minyak dunia bisa memberikan pengaruh terhadap kenaikan inflasi terutama di negara yang membutuhkan yang mengkonsumsi minyak seperti AS dan negara Eropa karena inflasinya relatif masih tinggi.

"Jika inflasi masih relatif lebih tinggi dibandingkan yang ditetapkan oleh bank sentral maka di tahun depan peluang terjadinya soft landing policy akan mengecil," jelas Nafan.

Selain itu, investor global masih dihadapkan oleh sikap hawkish dari The Fed jika perang Timur Tengah masih diperpanjang. Nafan meyakini bahwa setidaknya, jika sentimen mereda seperti Rusia vs Ukraina, akan berbeda lagi kedepannya.

Dengan adanya kenaikan harga minyak dunia, tentu harga komoditas lainnya terkerek karena adanya permintaan global disertai supply chain disruption yang terjadi.

Meskipun konflik global masih ada, Nafan berharap sentimen yang datang ke Indonesia bisa mereda seperti konflik yang lain. Adapun perekonomian Indonesia masih relatif stabil mengandalkan ekspor non migas yang menjadi unggulan yaitu sektor komoditas.

"Ini saja sudah mengalami tren kenaikan karena harga komoditas dunia mulai terapresiasi, ya tetap saja ini akan membuat data ekonomi makro kita akan menjadi lebih resilien ya misalnya dari surplus neraca perdagangan," ungkap Nafan.

Namun kondisi Indonesia di kawasan ASEAN yang relatif stabil dari sisi politik hingga keamanan menjadi peran penting bagi perekonomian. Berbeda dengan Timur Tengah atau Eropa yang bebas gencatan senjata, ASEAN juga Indonesia saja menjadi kawasan yang bebas nuklir.

"Jadi otomatis perekonomian kita relatif stabil, strong disekitar 5 persen," tegas Nafan.

Untuk mata uang rupiah yang terdepresiasi, Nafan menilai masih sesuai nilai fundamental Indonesia. Hal itu karena BI masih terus meningkatkan intervensinya.

Indonesia masih punya cadangan devisa lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh IMF dan World Bank.

Dengan demikian, untuk sejauh ini belum ada outflow yang terjadi karena adanya konflik. Kalau terjadi juga pasti akan ada mitigasi risiko.

"Kalau terjadi konflik, mata uang atau bicara safe haven kalau terjadi suatu konflik menyebabkan instabilitas," pungkas Nafan.

(DES)

SHARE