MARKET NEWS

Kuota Biodiesel Naik, Begini Prospek Saham Emiten Sawit (TAPG)

Desi Angriani 09/07/2025 05:00 WIB

Emiten perkebunan sawit terintegrasi ini dinilai memiliki fundamental kuat, dengan kinerja yang diproyeksikan tumbuh pada 2025.

Kuota Biodiesel Naik, Begini Prospek Saham Emiten Sawit (TAPG) (Foto: dok Freepik))

IDXChannel - Emiten sawit, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) memperoleh rekomendasi buy dari Phintraco Sekuritas dengan target harga Rp1.300 per saham. 

Emiten perkebunan sawit terintegrasi ini dinilai memiliki fundamental kuat, dengan kinerja yang diproyeksikan tumbuh pada 2025 seiring stabilnya iklim, dan naiknya konsumsi biodiesel.

Analis Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga menggunakan pendekatan valuasi DCF dengan WACC sebesar 16,4 persen dan terminal growth rate 2 persen, serta memberikan valuasi TAPG pada FY25F di level 7,5x PER dan 2,2x PBV.

“Dengan profil perkebunan yang produktif, neraca keuangan solid, serta strategi ekspansi yang terukur, TAPG berada dalam posisi yang baik untuk mencatat pertumbuhan berkelanjutan,” tulis Aditya dalam risetnya, Selasa (8/7/2025).

Adapun TAPG mengelola sekitar 160 ribu hektare perkebunan kelapa sawit dengan usia tanaman relatif muda dan produktif (rata-rata 14,2 tahun). Hal ini menjadi modal utama perusahaan untuk mempertahankan produktivitas tinggi dalam jangka panjang.

TAPG juga mengoperasikan 18 pabrik kelapa sawit (PKS) dengan total kapasitas olah mencapai 995 ton TBS per jam. 

Selain itu, perusahaan memiliki fasilitas pengolahan inti sawit (PKO) dengan kapasitas 300 ton per hari dan fasilitas biogas berkapasitas 1,5 MW untuk mendukung inisiatif energi terbarukan.

Produksi CPO diproyeksi stabil

Phintraco Sekuritas memproyeksikan, produksi CPO TAPG di paruh kedua 2025 akan tetap stabil. Kondisi iklim yang netral hingga kuartal I-2026 dinilai akan menjaga curah hujan yang konsisten di Asia Tenggara, menopang pemulihan hasil panen (yield).

Namun, ada potensi risiko dari harga pupuk yang dapat naik akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Meski demikian, risiko tersebut dinilai terbatas karena sebagian besar perusahaan sudah mengamankan kebutuhan pupuk hingga 12 bulan ke depan.

Pendorong utama pertumbuhan permintaan CPO 2025 berasal dari program biodiesel. Pemerintah berencana mengimplementasikan mandatori B40 pada 2025, yang mendorong proyeksi kuota nasional biodiesel naik 16% YoY menjadi 15 juta kiloliter. 

Angka ini setara dengan 13-14 juta ton CPO atau naik 14 persen (YoY), dengan kontribusi konsumsi domestik CPO dari biodiesel diperkirakan mencapai 48–50 persen.

Berdasarkan proyeksi Phintraco Sekuritas, pendapatan TAPG tahun ini mencapai Rp10,5 triliun atau naik 9 persen. Proyeksi tersebut didorong oleh peningkatan volume penjualan CPO menjadi 680 ribu ton dan PKO menjadi 27 ribu ton.

Permintaan yang kuat dari dalam negeri dan sektor industri seperti cokelat, yang menggunakan PKO sebagai substitusi cocoa butter, turut menopang pertumbuhan ini.

Dengan biaya pokok penjualan dan operasional yang diperkirakan tetap terkendali, laba bersih TAPG diproyeksikan mencapai Rp3,4 triliun dengan margin laba bersih solid sebesar 32,8 persen.

Namun demikian, beberapa risiko yang perlu diperhatikan yakni mencakup potensi penurunan yield tandan buah segar (TBS), volatilitas harga CPO global, serta perubahan regulasi yang tidak menguntungkan.

>

(DESI ANGRIANI)

SHARE