Laba Bersih Bumi Resources (BUMI) Turun 51 Persen di Semester I-2023
Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan laba bersih USD81,83 juta pada semester I-2023. Angka tersebut turun 51,20 persen secara tahunan (yoy).
IDXChannel – Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan laba bersih USD81,83 juta pada semester I-2023. Angka tersebut turun 51,20 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari laba bersih USD167,67 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Mengacu pada siaran pers perusahaan, mengutip laporan laba rugi sesuai PSAK 66 dengan mengkonsolidasikan anak usaha BUMI Arutmin tanpa KPC, penurunan laba bersih tersebut seiring pendapatan perusahaan terkoreksi 8,51 persen secara yoy menjadi USD886,27 juta pada paruh pertama 2023.
Seiring dengan itu, beban pokok pendapatan membengkak 3,0 persen menjadi USD777,61 juta selama 6 bulan pertama tahun ini.
Sementara, apabila mengacu pada laporan laba rugi konsolidasi (termasuk KPC dan Arutmin), pendapatan perusahaan pada semester I-2023 mencapai USD3,30 miliar, turun 13,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut penjelasan manajemen dalam rilis pers, hal tersebut disebabkan oleh kondisi hujan deras yang berlangsung terus-menerus akibat fenomena La Nina.
“Upaya terbaik telah dilakukan dengan mengendalikan biaya yang sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar,” kata manajemen dalam siaran pers, dikutip IDXChannel, Minggu (30/7/2023).
Seiring dengan itu, laba usaha turun tajam sebesar 73,2 persen menjadi USD249,6 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai USD931,2 juta.
Laba sebelum pajak juga mengalami penurunan menjadi USD223,5 juta dari USD788,3 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Total laba konsolidasian mencapai USD150,1 juta, menurun drastis 64,2 persen dari USD418,8 juta pada tahun sebelumnya.
Adapun, total royalti yang dibayarkan mencapai USD1,03 miliar atau setara dengan 31,2 persen dari pendapatan kotor sebesar USD3,30 miliar.
Peningkatan royalti terjadi pada penjualan domestik sebesar 14 persen dan penjualan ekspor hingga 28 persen sejak 1 Januari 2022, khususnya di anak perusahaan KPC dan Arutmin.
Harga batubara FOB mengalami penurunan sebesar 16 persen yang merupakan tren penurunan sejak tahun lalu. Namun, ungkap manajemen, masih ada potensi kenaikan harga akibat situasi geopolitik yang sedang terjadi.
Sementara itu, jumlah overburden yang diangkut meningkat sebesar 16 persen dibandingkan dengan paruh pertama 2022, sedangkan produksi dan penjualan batubara mengalami kenaikan sebesar 2 persen yoy.
Perusahaan memiliki pedoman untuk 2023, di mana produksi ditargetkan sebesar 75 juta hingga 80 juta metrik ton dengan harga perkiraan rata-rata antara USD95 per ton hingga USD105 per ton. Biaya kas produksi diperkirakan berkisar antara USD60 per ton hingga USD62 per ton.
Saat dihubungi IDXChannel, Sabtu (29/7), Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menjelaskan, penurunan laba bersih perusahaan selama semester I-2023 merupakan gabungan dari penurunan harga batu bara hingga jumlah royalti yang dibayarkan ke negara.
“[Penurunan laba bersih tersebut] adalah gabungan dari penurunan harga, royalti sebesar USD1.031 juta dari pendapatan kotor yang lebih rendah sebesar USD3.033,6 juta atau 31,2% dari pendapatan kotor, tambahan 10% pembagian keuntungan (dari laba bersih) kepada pemerintah pusat dan daerah, dan tentu saja, pasokan batubara yang sangat disubsidi di dalam negeri, serta melebihi DMO [Domestic Market Obligation] karena menjadi produsen batubara terbesar sebagai kewajiban nasional,” beber Dileep kepada IDXChannel, Sabtu (30/7).
Dileep melanjutkan, meskipun harga bahan bakar cukup tinggi, BUMI berhasil mengurangi biaya operasional secara signifikan untuk menyeimbangkan sebagian dari kewajiban hukum yang lebih tinggi. (ADF)