MARKET NEWS

Laba Dharma Satya (DSNG) Tergerus 22 Persen Imbas Mahalnya Biaya Pupuk 

Cahya Puteri Abdi Rabbi 31/07/2023 17:36 WIB

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) membukukan laba bersih sebesar Rp360,01 miliar di enam bulan pertama 2023.

Laba Dharma Satya (DSNG) Tergerus 22 Persen Imbas Mahalnya Biaya Pupuk (Foto MNC Media)

IDXChannel - PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) membukukan laba bersih sebesar Rp360,01 miliar di enam bulan pertama 2023. Angka itu turun 22,9% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp467,03 miliar.

Penurunan laba bersih utamanya disebabkan oleh meningkatnya biaya pupuk dan kenaikan volume pembelian buah tandan buah segar (TBS) dari pihak eksternal untuk meningkatkan pendapatan perseroan. 

Di samping itu, EBITDA perseroan tercatat sebesar Rp1,04 triliun, mengalami penurunan 13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan margin EBITDA sebesar 24%, menurun dari 31,4% pada semester I tahun lalu.

Presiden Direktur DSNG, Andrianto Oetomo mengungkapkan, pada periode ini, produktivitas perkebunan dan volume penjualan mengalami kenaikan, walaupun harga CPO cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) perseroan naik 14%. 

“Sedangkan volume penjualan CPO naik signifikan sekitar 41% seiring pembelian TBS eksternal yang lebih banyak,” kata Andrianto dalam keterangan resminya, Senin (31/7/2023).

Sementara itu, pendapatan DSNG tercatat sebesar Rp4,35 triliun, naik 15,1% dari periode yang sama sebelumnya yang sebesar Rp3,78 triliun. Perseroan membukukan pertumbuhan pendapatan di tengah tren pelemahan harga crude palm oil (CPO).

“Segmen kelapa sawit masih menjadi kontributor utama pendapatan perseroan, menyumbang 88% dari total pendapatan yaitu sebesar Rp3,9 triliun,” ujar Andrianto.

Hingga Juni 2023, total nilai aset DSNG tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4% menjadi Rp16 triliun, yang dikontribusikan oleh penambahan aset tetap dan persediaan. 

Sementara total liabilitas tercatat naik 8% menjadi Rp7,8 triliun, dan total ekuitas naik 0,5% menjadi Rp8,2 triliun.

Lebih lanjut, Andrianto mengatakan, kinerja segmen produk kayu masih kurang menggembirakan setelah mengalami sentimen pasar bullish pada tahun sebelumnya. 

Volume penjualan produk panel lebih rendah dari tahun sebelumnya karena kondisi pasar Jepang yang cenderung overstock, sementara pasar Amerika Serikat, Kanada, Eropa juga masih terdampak pada faktor inflasi yang relatif tinggi. 

“Akibatnya, segmen produk kayu hanya mencatatkan pendapatan sebesar Rp505 miliar atau mengalami penurunan sebesar 36% secara tahunan,” papar Andrianto.

Namun demikian, pada kuartal kedua ini segmen produk kayu ini mencatatkan perbaikan volume penjualan dibandingkan kuartal pertama, di mana produk panel meningkat 7,8% dan produk engineered flooring naik 13,9% secara kuartal atau quarter on quarter (QoQ).

(FAY)

SHARE