Laba Intiland (DILD) Tergerus 97 Persen, Ini Penyebabnya
PT Intiland Development Tbk (DILD) mencatat penurunan kinerja di enam bulan pertama tahun ini.
IDXChannel - PT Intiland Development Tbk (DILD) mencatat penurunan kinerja di enam bulan pertama tahun ini. Laba bersih emiten properti itu bahkan turun hingga 97 persen menjadi Rp12,6 miliar.
Padahal, pada semester I-2025, perseroan membukukan laba bersih Rp367 miliar. Absennya pendapatan dividen serta beban lain-lain yang mencapai Rp216 miliar menekan kinerja bottom line Intiland.
Sementara pendapatan usaha Intiland tercatat Rp1,22 triliun, turun 10 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,36 triliun. Capaian tersebut ditopang oleh dua pilar pendapatan, yakni pendapatan pengembangan (development income) dan pendapatan berulang (recurring income).
Segmen kawasan industri mencatat kinerja positif dengan kontribusi sebesar Rp394 miliar atau menyumbang sekitar 51 persen dari total pendapatan pengembangan yang mencapai Rp772 miliar. Sementara itu, pendapatan berulang tercatat Rp444 miliar. Kontribusi antara keduanya masing-masing 63 persen dan 37 persen.
Direktur Utama Intiland, Archied Noto Pradono menjelaskan pendapatan segmen kawasan industri memberikan kontribusi signifikan terhadap capaian kinerja Perseroan. Segmen ini menyumbang hingga 33 persen dari seluruh pendapatan usaha.
“Pencapaian ini menegaskan kawasan industri sebagai penopang penting kinerja keuangan sepanjang paruh pertama tahun ini,” ujar Archied melalui keterangan tertulis, Kamis (31/7/2025).
Sebagai informasi, perseroan saat ini mengembangkan dua kawasan industri yakni Batang Industrial Park (BIP), di Batang, Jawa Tengah dan Ngoro Industrial Park (NIP) di Mojokerto Jawa Timur. Selain dua kawasan tersebut, Intiland juga mengembangkan kawasan pergudangan Aeropolis Techno Park di Aeropolis yang berlokasi di Tangerang, Banten.
“Pendapatan usaha dari kawasan industri cenderung lebih stabil dan memberikan margin yang sehat. Hal ini mendukung kestabilan arus kas serta menjaga kinerja keuangan perseroan secara keseluruhan di tengah pasar residential high-rise yang masih belum mengalami pertumbuhan signifikan,” ujar Archied.
Intiland memiliki kinerja operasional yang cukup tangguh. Perseroan juga mencatatkan pencapaian positif pada peningkatan efisiensi dalam struktur biaya. Pada semester I-2025, beban usaha turun 8 persen menjadi Rp155,8 miliar. Perseroan juga menurunkan beban bunga dari Rp199,9 miliar menjadi Rp176,3 miliar.
Sementara itu, margin EBITDA tumbuh dari 22 persen menjadi 28 persen pada Semester-I 2025. Peningkatan ini menunjukkan efisiensi dan kinerja operasional yang terus membaik.
“Peningkatan ini menunjukkan membaiknya efisiensi operasional dalam menghasilkan keuntungan. Kami akan fokus dalam memperkuat kinerja operasional dan menjaga struktur keuangan tetap sehat," ujar Archied.
(Rahmat Fiansyah)