MARKET NEWS

Laba RMK Energy (RMKE) Kinclong di Kuartal I, Lompat 234 Persen

Atikah Umiyani/MPI 03/05/2023 16:01 WIB

PT RMK Energy Tbk (RMKE) membukukan laba bersih sebesar Rp129,1 miliar atau meningkat sebesar 234,2% YoY pada kuartal I-2023. 

Laba RMK Energy (RMKE) Kinclong di Kuartal I, Lompat 234 Persen (Foto MNC Media)

IDXChannel - PT RMK Energy Tbk (RMKE) membukukan pendapatan usaha sebesar Rp761,9 miliar atau meningkat secara signifikan sebesar 84,2% YoY. Sementara laba bersih sebesar Rp129,1 miliar atau meningkat sebesar 234,2% YoY pada kuartal I-2023. 

Kenaikan kinerja keuangan tersebut didukung oleh peningkatan volume penjualan batu bara di tengah normalisasi harga saat ini. Rata-rata harga penjualan 'emas hitam' pada kuartal I ini terkoreksi sebesar 20,8% YoY. 

Namun Perseroan optimis kinerja tahun ini akan tumbuh dengan sangat baik karena volume permintaan batu bara yang masih terus meningkat untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Dari segmen penjualan batu bara, RMKE mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp545,7 miliar atau meningkat sebesar 76,1% YoY. Kenaikan pendapatan tersebut didukung oleh kenaikan volume penjualan batu bara yang meningkat sebesar 146,2% YoY menjadi 792 ribu Metrik Ton (MT).

Pertumbuhan volume penjualan ini ditopang oleh pertumbuhan produksi in-house, PT Truba Bara Banyu Enim (TBBE) yang memproduksi 303,6 ribu MT batu bara, meningkat sebesar 110,3% YoY sejak beroperasi pada Februari tahun lalu. 

Pendapatan segmen ini memberikan kontribusi sebesar 71,6% ke total pendapatan Perseroan. Margin laba kotor dari segmen batubara ini adalah sebesar 17,0%.

Dari segmen jasa batu bara, Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp216,2 miliar atau meningkat sebesar 108,5% YoY. Kenaikan pendapatan segmen ini didukung oleh kenaikan volume jasa bongkar kereta dan muat tongkang batu bara yang meningkat masing-masing sebesar 28,5% YoY dan 55,6% YoY. 

Pendapatan segmen ini memberikan kontribusi sebesar 28,4% ke total pendapatan Perseroan. Margin laba kotor dari segmen batu bara ini adalah sebesar 42,9%.

Direktur Operasional Perseroan, William Saputra mengatakan, kinerja operasional Perseroan pada kuartal I tahun ini masih tumbuh dengan baik di tengah tantangan normalisasi harga dan cuaca yang kurang mendukung. 

"Namun Perseroan berupaya menebalkan marjin dengan mengimplementasikan strategi operasional yang dapat menekan biaya operasional, sehingga normalisasi harga batu bara masih dapat diakomodir oleh peningkatan volume dan optimalisasi biaya," ujarnya saat konferensi pers secara virtual, Rabu (3/5/2023).

Pada kuartal I-2023, perseroan mempercepat ketepatan waktu bongkar kereta yang lebih cepat 30 menit menjadi 03:22 jam per kereta sehingga berdampak membaiknya man-hour ratio to loading barge yang lebih cepat 3:01 jam. 

Dari aspek penggunaan bahan bakar, Perseroan berhasil menekan fuel ratio menjadi 0,85 liter per MT atau lebih efisien 0,16 liter per MT dibandingkan tahun lalu sebesar 1,02 liter per MT. Perbaikan kinerja operasional ini dapat membantu Perseroan untuk meningkatkan marjin laba di tengah normalisasi harga saat ini.

“Hingga kuartal pertama tahun, secara rata-rata Perseroan telah mencapai ±25% target operasional 2023 pada kuartal low season tahun ini. Produksi batu bara in-house pada kuartal ini masih di bawah ekspektasi kami dengan pencapaian 14,5% dari target disebabkan cuaca yang kurang mendukung," jelas William.

Hal tersebut juga menjadi tantangan pada penyelesaian hauling road sepanjang 39 km. Namun perseroan optimis dengan kondisi cuaca yang jauh lebih baik pada kuartal selanjutnya, Perseroan dapat menggenjot produksi batu bara in-house dan menyelesaikan proyek hauling road.

Sementara itu, Direktur Keuangan Perseroan, Vincent Saputra menambahkan, di tengah tantangan normalisasi harga dan cuaca yang kurang baik, perseroan masih dapat membukukan kinerja keuangan yang sangat baik pada kuartal pertama tahun ini. Secara rata-rata Perseroan juga telah mencapai sekira 25% target keuangan di 2023. 

“Ke depan kami semakin optimis untuk dapat mempertahankan kinerja keuangan yang berkelanjutan dengan volume permintaan batu bara yang masih terus meningkat untuk mendukung pemulihan ekonomi, serta optimalisasi biaya operasional untuk memitigasi dampak negatif normalisasi harga saat ini” tukas Vincent.

(FAY)

SHARE