MARKET NEWS

Lira Turki Semakin Anjlok Akibat Inflasi Melonjak, Erdogan: Jangan Berharap Lebih!

Taufan Sukma/IDX Channel 10/06/2022 13:47 WIB

Sikap menolak kenaikan suku bunga ini memang telah ditunjukkan Erdogan sejak lama.

Lira Turki Semakin Anjlok Akibat Inflasi Melonjak, Erdogan: Jangan Berharap Lebih! (foto: MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar mata uang Turki, Lira, terus merosot tajam seiring dengan lonjakan inflasi yang makin tak terkendali. Terbaru, nilai inflasi di Negeri Bulan Sabit itu bahkan telah mencapai 74,5 persen, rekor tertinggi sejak tahun 1998 lalu.

Berdasarkan situs nilai tukar www.xe.com, nilai tukar Lira saat ini telah mencapai 17 lira per dollar AS. Sedangkan terhadap rupiah, 1 lira dinilai setara dengan Rp845. Praktis, konversi nilai mata uang ini membuat harga barang di Turki terlihat sangat murah dalam kacamata luar negeri. Sebaliknya, barang yang sama bakal terlihat mahal dalam kurs domestik, lantaran nilai tukar Lira yang semakin 'tidak ada harganya'.

"Yang jadi masalah, lonjakan inflasi yang terjadi justru disikapi oleh Pemerintah Turki dengan 'tidak wajar'. Dalam konsensus perekonomian dunia selama ini, lonjakan inflasi di sebuah negara hanya bisa dijinakkan dengan menaikkan suku bunga. Namun, Presiden Erdogan justru melakukan sebaliknya," ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, kepada idxchannel, Jumat (10/6/2022).

Sikap menolak kenaikan suku bunga ini memang telah ditunjukkan Erdogan sejak lama. Pada 2021 lalu, misalnya, ketika inflasi tahunan Turki telah menembus angka 44 persen, Erdogan tetap bergeming dan justru meminta Gubernur Bank Sentral Turki untuk memangkas tingkat suku bunga.

"Mereka selalu mengeluh saat kami memangkas suku bunga. Saya tegaskan, jangan berharap lebih dari Saya selain (pemangkasan) suku bunga itu," ujar Erdogan, dalam sebuah pidato yang disiarkan secara nasional di Turki, akhir tahun lalu.

Dalam pidato tersebut, Erdogan menegaskan bahwa sebagai seorang Muslim dirinya meyakini kebijakan suku bunga adalah haram dan sampai kapan pun tidak akan pernah dilakukannya. Erdogan juga berpandangan bahwa lonjakan inflasi terjadi lantaran biaya pinjaman perbankan yang terlalu tinggi, sehingga menyebabkan harga-harga barang melambung tinggi.

"(Kebijakan) Bunga tinggi hanya akan menyusahkan masyarakat. Daya beli melemah. Dengan pengurangan suku bunga, ekonomi dan ekspor akan tumbuh, dan situasi akan kembali membaik," tutur Erdogan.

Yang jadi masalah, dengan kebijakan suku bunga rendah justru faktanya membuat ketersediaan uang membanjir di pasar. Dengan suplai uang yang berlimpah, maka nilai tukar lira dengan sendirinya semakin terpuruk.

"Nggak ada itu (kebijakan bunga rendah bisa menekan laju inflasi). Justru dengan bunga tinggi, orang akan tertarik menabung. Dengan begitu suplai uang di pasar terserap masuk (ke bank), sehingga nggak over supply. Dengan begitu diharapkan inflasi bisa lebih terjaga," ungkap Bhima.

Sedangkan yang terjadi saat ini di Turki, lanjut Bhima, dengan bunga rendah maka tidak ada orang yang tertarik menempatkan dananya di bank. Suplai uang tersebut lalu membanjiri pasar, sehingga membuat nilai tukar Lira semakin tertekan.

"Investor juga hengkang karena mencari negara lain yang bunganya lebih oke. Ini yang membuat mereka (Turki) semakin terpuruk," tegas Bhima. (TSA)

SHARE