Lo Kheng Hong Buka Suara soal Dividen dan Ekspektasi Investor di ABMM
Investor kondang Lo Kheng Hong (LKH) akan menjadi salah satu penerima dividen PT ABM Investama Tbk (ABMM).
IDXChannel – Investor kondang Lo Kheng Hong (LKH) akan menjadi salah satu penerima dividen PT ABM Investama Tbk (ABMM). Pria dengan julukan Warren Buffett Indonesia tersebut pun memberikan sedikit pandangannya terhadap emiten batu bara itu.
Lo Kheng Hong membuka kemungkinan untuk menginvestasikan kembali cuan yang diraup dari dividen ABMM kali ini.
“Semoga [akan melakukan reinvestasi di ABMM],” jelas Lo Kheng Hong singkat kepada IDXChannel.com, Rabu (15/5/2024).
Pak Lo, demikian dirinya akrab disapa, pun tetap percaya dengan prospek kinerja ABMM, baik soal besaran dividen maupun penjualan hingga laba bersih perseroan di masa depan.
Kepercayaan LKH tersebut pada gilirannya tak membuat penurunan tajam harga saham ABMM sebesar 5,13 persen pada Rabu (15/5), atau sesaat pengumuman dividen tunai, menjadi kekhawatiran penting.
Walapun, apabila melihat harga saham ABMM yang menukik pada Rabu kemarin, dirinya mengamini, investor di pasar tampaknya kurang puas dengan angka dividen perusahaan yang melantai di bursa sejak 2011 tersebut di tahun ini. “Sepertinya [demikian],” imbuhnya.
Informasi saja, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ABMM sepakat membagikan dividen tunai tahun buku senilai USD50 juta atau sekira Rp812,18 miliar.
Dividend per saham (DPS) diperkirakan sebesar Rp295 per saham.
Per 30 April 2024, Lo Kheng Hong memiliki 137.989.000 saham ABMM atau setara dengan 5,01 persen dari total saham yang dikeluarkan perusahaan.
Dus, investor legendaris tersebut berpotensi menerima dividen dari perseroan senilai Rp40,7 miliar.
“Lumayan lah [besaran dividen yang akan diterima],” kata LKH saat ditemui selepas RUPST di Jakarta, Rabu (15/5).
Lo Kheng Hong turut menyinggung prospek sektor pertambangan batu bara yang masih potensial ke depan.
“Masih cerah, masih diperlukan, sangat diperlukan,” jelasnya.
Pemegang Saham Terbesar Ketiga
Pada awal April lalu, nama Lo Kheng Hong resmi masuk ke dalam daftar pemegang saham di tas 5 persen di ABMM.
Kala itu, menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 2 April 2024, Lo Kheng Hong kini menggenggam 137.796.200 saham atau setara dengan 5,01 persen dari total saham beredar ABMM.
Persentase kepemilikan Pak Lo tersebut meningkat apabila dibandingkan, misalnya, pada 30 September 2023 yang mana dirinya masih menggenggam 124.803.700 saham (4,53 persen), menurut data di website ABMM.
Praktis, apabila mengacu pada data pemegang saham ABMM per 30 April 2024, kini LKH menduduki posisi ketiga pemegang saham terbesar perseroan, di bawah pengendali PT Tiara Marga Trakindo (53,55 persen) dan Valle Verde Pte Ltd (Singapore) (25,51 persen).
Beli Cicil Ala LKH
Lo Kheng Hong mengaku membeli saham emiten batu bara tersebut sedikit demi sedikit semenjak sekitar 3 tahun silam.
“Saya membeli [saham ABMM] dengan mencicil dari 2021,” jelas Lo Kheng Hong saat dihubungi IDXChannel.com, 4 April 2024.
Saat ditanya mengenai alasan dirinya terus mengakumulasi saham ABMM, LKH menyebut, hal tersebut karena dia percaya bahwa batu bara masih sangat dibutuhkan di masa depan.
Bahkan, Pak Lo, demikian dia akrab disapa, berharap saham ABMM bisa mengikuti jejak PT United Tractors Tbk (UNTR).
“Harapan saya ke depan, semoga ABMM bisa menjadi seperti UNTR,” ujarnya.
Memori Indah UNTR
Maklum, Lo Kheng Hong memiliki memori indah bersama UNTR, yang notabene merupakan anak usaha dari PT Astra International Tbk (ASII).
Singkat kisah, dikutip dari penjelasan di website lukassetiaatmaja.com (30 Mei 2019), LKH sempat membeli UNTR pada 1998 saat Bursa Efek Jakarta (sebelum berubah menjadi Bursa Efek Indonesia [BEI]) rontok (crash) waktu itu.
Pria yang sempat bekerja di sebuah bank tersebut mulanya membeli UNTR di harga Rp250 per saham dengan modal waktu itu Rp1,5 miliar.
Berkat kesabaran dan keyakinan tingginya, LKH berhasil meraup keuntungan hingga 5.900 persen atau Rp90 miliar di UNTR saat dirinya menjual saham tersebut di harga Rp15.000 per saham pada 2004.
UNTR, yang merupakan salah satu pemain utama di sektor pertambangan hingga energi, kini dibanderol di harga Rp22.250 per saham. Kapitalisasi pasar (market cap) UNTR mencapai Rp83,00 triliun, terbesar ke-24 di bursa. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.