Lonjakan Trio Saham Boy Thohir, AADI, ADMR, dan ADRO Berpesta
Tiga saham milik konglomerat Garibaldi ‘Boy’ Thohir kompak melesat pada perdagangan Rabu (29/10/2025).
IDXChannel - Tiga saham milik konglomerat Garibaldi ‘Boy’ Thohir kompak melesat pada perdagangan Rabu (29/10/2025).
Kenaikan ini tak lepas dari sentimen positif hasil riset sejumlah sekuritas yang menyoroti prospek cerah ketiganya, mulai dari stabilnya harga batu bara metalurgi, potensi dividen, hingga proyek hilirisasi dan energi terbarukan yang semakin matang.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.55 WIB, saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) melonjak 8,68 persen ke level Rp1.940 per unit, PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mendaki 5,23 persen menjadi Rp1.510 per unit, dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) terkerek 1,84 persen ke Rp8.300 per unit.
Potensi ADRO
UBS Global Research menaikkan target harga saham ADRO sebesar 49 persen, dari Rp2.220 menjadi Rp3.300 per unit.
UBS menilai pasar masih belum sepenuhnya menghargai potensi besar proyek smelter aluminium dan ekspansi pembangkit listrik tenaga surya (solar farm) milik Adaro. Karena itu, ADRO kini dimasukkan ke dalam UBS APAC Key Call List, daftar saham pilihan unggulan di kawasan Asia-Pasifik.
UBS memperkirakan laba per saham (EPS) Adaro akan tumbuh dengan rata-rata tahunan (CAGR) sebesar 27 persen pada periode 2025–2028, seiring kontribusi meningkat dari proyek hilirisasi dan energi terbarukan yang tengah digarap perusahaan.
Sebelumnya, dalam riset pada akhir September 2025, UOB Kay Hian menaikkan rekomendasi saham ADRO dari hold menjadi buy, seiring proyeksi kenaikan laba bersih sebesar 19 persen pada 2026.
Analis UOB Kay Hian, Benyamin Mikael, menyebut prospek positif tersebut didukung oleh beberapa faktor pendorong seperti harga batu bara metalurgi yang stabil, peningkatan volume penjualan, serta dimulainya proyek aluminium perusahaan.
Selain itu, kemajuan proyek energi terbarukan ADRO—terutama proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mentarang di Kalimantan Utara—dinilai berpotensi menjadi katalis penting pada 2026. Pasar disebut tengah mencermati perkembangan proyek ini sebagai bagian dari transformasi energi perusahaan.
Prospek AADI
Sementara itu, UOB Kay Hian menyoroti prospek positif AADI dengan fokus pada imbal hasil dividen yang tinggi dan siklus harga batu bara yang menguntungkan.
Dalam riset yang terbit 7 Oktober 2025, UOB Kay Hian memperkirakan dividen yield AADI dapat mencapai 12–16 persen, seiring perusahaan memasuki fase generatif kas setelah pelunasan utang.
Belanja modal besar akan berakhir tahun ini, dan ke depan hanya akan difokuskan pada pemeliharaan senilai USD220-USD250 juta per tahun. Kondisi ini diperkirakan meningkatkan arus kas bebas dan mendukung pembayaran dividen yang stabil, sekaligus menjaga fleksibilitas neraca.
AADI—yang merupakan hasil spin-off dari ADRO dan tercatat di bursa sejak Desember 2024—juga tengah menjalankan program pembelian kembali (buyback) saham hingga RUPS 2026.
Dari sisi pasar, UOB Kay Hian mencatat musim dingin berpotensi mengangkat harga batu bara global. Secara historis, harga Newcastle 6.000 rata-rata naik 72 persen dari kuartal pertama ke kuartal keempat dalam periode 2021–2024, bahkan sempat melonjak lebih dari 130 persen pada 2022.
Pola musiman ini memberi angin segar bagi produsen seperti AADI, yang 75 persen volume penjualannya berasal dari ekspor.
Secara kinerja, laba AADI diperkirakan akan menurun pada 2025 akibat harga jual rata-rata yang lebih rendah, namun pulih secara moderat pada 2026 seiring stabilnya harga dan menurunnya biaya unit.
Dengan margin EBITDA yang stabil di kisaran 23–24 persen dan berkurangnya beban depresiasi serta biaya keuangan, perusahaan diperkirakan mampu menjaga ketahanan laba per saham (EPS), ditopang kebijakan dividen dan program buyback.
UOB menetapkan rekomendasi beli untuk saham AADI dengan target harga Rp13.000 per unit.
Proyeksi ADMR
Ajaib Sekuritas memperkirakan harga batu bara metalurgi global masih akan bertahan tinggi hingga 2027, dengan rata-rata sekitar USD200 per ton pada 2026.
Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari India dan Asia Tenggara di tengah pasokan global yang ketat. Produksi baja India diperkirakan melonjak dari 143 juta ton pada 2024 menjadi lebih dari 180 juta ton pada 2027, mendorong impor batu bara metalurgi naik 10–12 persen per tahun.
Di sisi lain, lemahnya sektor konstruksi di China sempat menekan harga baja tulangan, namun ekspor baja negeri itu justru naik 10 persen secara bulanan pada September menjadi 10,47 juta ton, menopang permintaan batu bara.
Dari sisi pasokan, Australia—pemasok utama lebih dari 50 persen batu bara metalurgi dunia—masih menghadapi penutupan tambang dan gangguan cuaca, sementara ekspor Rusia terbatas oleh sanksi dan hambatan logistik.
Ajaib Sekuritas menilai ketatnya pasokan dan kuatnya produksi baja Asia akan menjaga harga batu bara di atas rata-rata pra-pandemi sebesar USD150 per ton hingga beberapa tahun ke depan.
Untuk ADMR, kinerja semester pertama 2025 masih solid secara operasional. Produksi batu bara naik 16 persen menjadi 3,47 juta ton, sementara penjualan tumbuh 11 persen menjadi 2,88 juta ton.
Namun, pendapatan turun 27 persen menjadi USD444 juta akibat harga jual yang lebih rendah, dengan laba bersih merosot 44 persen menjadi USD139 juta. Meski margin tertekan, posisi kas tetap kuat di USD530 juta dengan belanja modal meningkat hampir dua kali lipat menjadi USD282 juta.
Ajaib Sekuritas juga menyoroti kemajuan proyek smelter aluminium ADMR di Kawasan Industri Kalimantan Utara (KIPI). Fase pertama berkapasitas 500 ribu ton per tahun tengah dibangun dengan tenaga batu bara.
Sementara fase kedua yang menggunakan tenaga hidro ditargetkan beroperasi pada awal 2031. Proyek ini dinilai menjadi tonggak penting dalam hilirisasi industri nasional dan peluang pengurangan impor aluminium.
Risiko utama untuk ADMR mencakup fluktuasi harga batu bara metalurgi, risiko proyek smelter, serta perubahan permintaan baja di China dan India. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.