MARKET NEWS

Market Cap Jumbo Rp82 T, Saham NCKL Jadi Susah ARA Pas Listing?

Melati Kristina - Riset 12/04/2023 15:18 WIB

Saham Trimegah Bangun Persada (NCKL) punya market cap jumbo. Namun, kinerjanya kurang semarak pada saat listing di bursa.

Market Cap Jumbo Rp82 T, Saham NCKL Jadi Susah ARA Pas Listing? (Foto: Harita)

IDXChannel – Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) punya kapitalisasi pasar atau market cap jumbo saat melantai di bursa. Akan tetapi, kinerjanya kurang semarak ketika manggung di bursa pada Rabu (12/4).

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (12/4), hingga pukul 15.00 WIB, saham NCKL hanya naik sebesar 5,20 persen menjadi Rp1.315/saham.

Investor, terutama ritel, biasanya mengharapkan harga saham yang baru listing melonjak tinggi atau bahkan menyentuh batas auto rejection atas (ARA) lantaran adanya antusiasme pelaku pasar di saham tersebut.

Informasi saja, saham milik Grup Harita ini memiliki market cap yang jumbo. Data BEI mencatat, NCKL memiliki market cap yang jumlahnya mencapai Rp82,03 triliun.

Dengan jumlah jumbo tersebut, market cap ‘anak baru’ bursa tersebut berada di posisi 21 besar emiten dengan market cap terbesar di bursa.

Bahkan, angka tersebut mengungguli emiten big cap yang telah lama melantai di bursa, seperti PT Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA) maupun PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) yang market capnya masing-masing sebesar Rp80,55 triliun dan Rp69,42 triliun.

Selain NCKL, saham big cap lainnya dengan market cap jumbo juga mencatatkan kinerja loyo pada saat melantai atau listing di bursa.

Saham tersebut di antaranya adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) hingga PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL).

Melansir data BEI, PGEO memiliki market cap sebesar Rp27,74 triliun. Sementara, market cap MTEL mencapai Rp57,63 triliun atau berada di urutan 27 besar emiten dengan market cap jumbo di bursa. (Lihat grafik di bawah ini.)

Tercatat, pada saat resmi listing di BEI pada 16 Februari 2023 lalu, saham PGEO sempat kena auto reject bawah (ARB) hingga minus 6,86 persen ke level Rp815/saham.

Kemudian, saham milik PT Pertamina ini ditutup stagnan di Rp875/saham sesuai harga intial public offering atau IPO emiten.

Setali tiga uang, saham MTEL juga mencatatkan kinerja loyo pada saat melantai di bursa. Melansir data BEI, saham MTEL ditutup merosot 4,38 persen menjadi Rp765/saham pada saat listing di bursa pada 22 November 2021 lalu.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE