MARKET NEWS

Mata Uang Asia terhadap Dolar AS Masih Tertekan, Yen Terlemah sejak 1986

Maulina Ulfa 27/06/2024 10:40 WIB

Nilai tukar sejumlah mata uang Asia masih tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (27/6/2024).

Mata Uang Asia terhadap Dolar AS Masih Tertekan, Yen Terlemah sejak 1986. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Nilai tukar sejumlah mata uang Asia masih tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (27/6/2024).

Yen Jepang terdepresiasi di atas 160 per USD, terlemah sejak 1986, menembus level yang bisa mendorong otoritas Jepang, dalam hal ini Bank of Japan melakukan intervensi di pasar mata uang.

Sejauh ini di bulan Juni, yen melemah sekitar 1,5 persen terhadap greenback, memperpanjang penurunan year-to-date (YTD) menjadi sekitar 13 persen, tertekan oleh perbedaan kebijakan moneter antara Bank Sentral Jepang (BOJ) dan The Federal Reserve (The Fed) AS.

Di sisi lain, mata uang rupiah juga kembali terdepresiasi 0,09 persen terhadap dolar AS di level Rp16.444 per USD pada pukul 09.08 WIB.

Rupiah juga sudah melemah 2,65 persen selama sebulan terakhir dan 6,52 persen secara YTD.

Mata uang yuan China juga turun 0,04 persen menjadi CNY7,29667. Rupee India juga melemah 0,03 persen melampaui INR83,55 per USD dan menguji kembali resistensi di level rekor terendah pada Juni karena pasar terus menilai sejauh mana bank sentral India RBI bersedia mendukung mata uang tersebut di tengah pelemahan nilai tukar mata uang asing Asia.

Baht Thailand juga melemah 0,03 persen terhadap USD di level THB36,9200.

Kontras, mata uang Ringgit Malaysia menguat 0,12 persen menjadi MYR4,71800 per USD sesi pagi ini dari 4,7130 pada sesi perdagangan sebelumnya.

Indeks dolar naik tipis ke 106 pada perdagangan Rabu (26/6) dan menjadi level tertinggi yang belum pernah terlihat dalam dua bulan terakhir, karena para investor menilai prospek moneter sambil mencerna komentar dari pejabat The Fed dan menunggu data inflasi PCE utama pada esok hari.

Gubernur The Fed Michelle Bowman menyatakan kesiapannya untuk menaikkan suku bunga jika inflasi melemah, sementara Gubernur Lisa Cook menyebutkan potensi penurunan suku bunga di masa depan, namun waktunya tidak pasti.

Pendekatan hati-hati The Fed terhadap penurunan suku bunga berbeda dengan kebijakan bank sentral besar lainnya, termasuk ECB yang telah memangkas biaya pinjaman sebesar 25bps dan kemungkinan akan memangkasnya lagi pada tahun ini.

Kemungkinan penurunan suku bunga The Fed sebesar 25bps pada September saat ini sebesar 64 persen, turun dari 68 persen pada awal minggu.

Investor juga masih bertaruh pada pengurangan dua perempat poin suku bunga acuan untuk sisa tahun ini.

Di sisi lain, greenback juga menguat terhadap Euro dan franc Swiss. Dolar juga melemah terhadap dolar Australia (AUD) karena ukuran inflasi bulanan Australia lebih tinggi dari perkiraan. (ADF)

SHARE