Mau Serok Saham BBCA? Simak Dulu Analisis Kinerja Keuangannya
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) telah merilis rapor keuangan di semester I-2023. Bagaimana analisis kinerjanya secara keseluruhan dan rekomendasi sahamnya?
IDXChannel - Emiten bank kakap, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) telah merilis rapor keuangan di semester I-2023. Bagaimana analisis kinerjanya secara keseluruhan dan rekomendasi sahamnya?
Panin Sekuritas memberikan analisisnya mengenai kinerja keuangan BBCA tersebut, berikut rekomendasinya, ditulis Minggu (30/7/2023):
BBCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp24,2 triliun di semester I 2023 atau melesat 34,1% YoY. Performa positif ini didorong oleh penurunan beban provisi serta CIR.
"Namun patut dicermati, kredit korporasi mengalami perlambatan, karena penurunan kredit proyek infrastruktur, serta kredit investasi di tahun politik," tulis riset Panin Sekuritas.
Sementara itu, CASA ratio juga sedikit turun, karena adanya perpindahan alokasi dana ke aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi ditengah kenaikan suku bunga serta adanya penarikan dana untuk pembayaran pajak.
"Kami masih merekomendasikan BUY dengan TP: Rp10.000 (implied PB 4,5x di full year 2023) didorong oleh ruang perbaikan pertumbuhan kredit dan DPK, kualitas aset dan manajemen risiko yang baik, yang terlihat dari penurunan LAR dan NPL, pertumbuhan mobile dan internet banking yang solid, serta tren penurunan restrukturisasi kredit," jelas riset tersebut.
Analisis Keuangan BBCA
Perseroan mencatatkan net interest income (NII) sebesar Rp18,6 triliun di kuartal II-2023 setara dengan NII sebesar Rp37,1 triliun di semester I ini (+24,6% YoY) yang didorong oleh pertumbuhan kredit yang masih positif serta stabilnya NIM.
Sementara itu, laba bersih juga meningkat ke Rp12,6 triliun di kuartal II-2023 atau sebesar Rp24,2 triliun di semester I-2023 Performa positif ini didorong oleh penurunan beban provisi ke Rp422 miliar (-71,1% QoQ; -53,6% YoY) disebabkan oleh perbaikan kualitas aset.
Patut dicermati juga terkait dengan tren positif dari penurunan biaya, di mana CIR turun ke 31,2% (kuartal I-2023: 35,1%). Perseroan menaikkan estimasi NIM ke 5,5-5,7%.
Kredit korporasi mengalami perlambatan. Sementara itu, kredit tercatat sebesar Rp736 triliun (+3,1% QoQ; +9,0% YoY) yang didorong oleh performa positif di segmen consumer, di mana kredit otomotif meningkat ke Rp51,4 triliun (+7,4% QoQ; +19,2% YoY) dan kredit properti juga meningkat ke Rp114,6 triliun (+3,8% QoQ; +12% YoY).
Hal ini sejalan dengan membaiknya daya beli masyarakat serta berbagai promosi yang dilakukan, yakni perpanjangan promo bunga KPR BCA (fix 3,75%; 3-10 tahun), serta DP 0% untuk mobil baru hingga 31 Juli 2023.
Namun patut dicermati terkait perlambatan kredit korporasi, hanya sebesar Rp326 triliun (+1,7% QoQ; +5,1% YoY) disebabkan oleh perlambatan kredit infrastruktur, seperti tol, pelabuhan dan power plant, serta melambatnya kredit investasi mengantisipasi tahun politik 2023.
Sebagai informasi, perseroan melihat bahwa pertumbuhan kredit akan mengalami perbaikan hingga akhir tahun, di level 10-12%.
Komposisi dana murah sedikit mengalami penurunan. Sementara itu, dana pihak ketiga masih tumbuh ke Rp1.071 triliun (+3,1% QoQ; +6,0% YoY). Namun patut dicermati, CASA hanya naik ke Rp865 triliun (+2,5% QoQ; +5,7% YoY) yang membawa CASA ratio turun ke 80,7% (1Q23: 81,2%; 4Q22: 81,6%).
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya suku bunga berdampak terhadap kenaikan imbal hasil alternative asset yang lain seperti obligasi, yang mendorong perpindahan alokasi dana serta adanya penarikan dana untuk pembayaran pajak di April 2023.
Namun posisi likuiditas masih kuat, di mana loan to funding ratio (LFR) stabil di 65,7% (1Q23: 65,6%).
"Kami melihat dengan adanya peningkatan fitur pada BCA mobile dan my BCA, masih akan menjaga komposisi dana murah ke depannya," berdasarkan riset.
Kualitas aset terus menunjukan perbaikan, dengan kredit restrukturisasi yang terus mencatatkan penurunan ke level Rp49,9 triliun (2022: Rp62,2 triliun) dengan loan at risk yang juga turun 8,7% (2022: 10,0%).
"Kami melihat tren perbaikan kualitas aset akan terus berlanjut ke depannya. Hal ini juga diperkuat dengan LAR coverage yang tinggi di 61,8%," menurut catatan riset.
Perseroan masih menargetkan untuk NPL hingga akhir 2023 di bawah 2% (semester I-2023 1,9%) dengan cost of credit direvisi ke 0,5-0,6% (sebelumnya: 0,7-0,8%).
Pada perdagangan Jumat (28/7), saham BBCA ditutup merosot 1,08 persen ke 9.125. Saham bank kakap itu dalam sepekan terakhir turun 0,27 persen, namun menguat 6,73 persen secara year to date.
(FAY)