Menanti Aksi Asing Pekan Depan di Saham Bank Raksasa
Empat saham bank kakap (big banks) melanjutkan kenaikan hingga penutupan, Jumat (21/6/2024), meredakan tekanan jual akhir-akhir ini.
IDXChannel – Empat saham bank kakap (big banks) melanjutkan kenaikan hingga penutupan, Jumat (21/6/2024), meredakan tekanan jual akhir-akhir ini.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melesat, yakni sebesar 3,98 persen, usai pada Kamis naik tajam 4,15 persen.
Namun, asing kembali mencatatkan jual bersih (net sell) di saham BBRI pada Jumat, yakni sebesar Rp102,66 miliar di pasar reguler. Dalam sepekan, net sell asing mencapai Rp1,53 triliun.
Saham BBRI mencoba mematahkan downtrend sejak April 2024. Dalam sebulan, saham BBRI melemah 7,88 persen, sedangkan dalam sejak awal tahun (YtD) turun signifikan 22,45 persen.
Diwartakan sebelumnya, direksi BRI kembali mengakumulasi kepemilikan atas saham perseroan di tengah koreksi harga saham BBRI.
Mengutip keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (20/6), tiga direktur BRI membeli ratusan ribu saham BBRI.
Saham bank pelat merah lainnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) naik 3,18 persen dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terapresiasi 2,94 persen.
Selain itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tumbuh 1,86 persen ke Rp9.600 per saham.
Berbeda dengan BBRI, asing membukukan beli bersih (net sell) di tiga saham di muka.
Net buy asing di BBNI pada Jumat sebesar Rp72,09 miliar, BMRI senilai Rp113,72 miliar, dan BBCA Rp555,96 miliar.
Investor ritel domestik menantikan apakah asing akan mulai memupuk lagi kepemilikan di bank raksasa, yang sekaligus menandakan kembalinya optimisme di pasar saham dalam negeri, pada pekan depan.
Rebalancing indeks FTSE Russell untuk saham Indonesia yang akan efektif pada Senin (24/6) besok juga akan mewarnai pergerakan pasar saham, termasuk arus dana asing ke pasar saham Tanah Air.
Sebagaimana diketahui, BREN milik Prajogo Pangestu gagal masuk Large Cap FTSE dalam review Juni 2024 seiring sempat masuk papan pemantauan khusus (PPK) yang membuat saham menjadi tidak likuid dan perdagangan tidak terlalu transparan.
Berdasarkan penjelasan BRI Danareksa Sekuritas dalam riset pada 10 Juni 2024, sektor perbankan menghadapi tekanan pada biaya dana (cost of fund/CoF) dan likuiditas, tetapi kualitas aset tetap aman.
BRI Danareksa menulis, kualitas kredit perbankan secara keseluruhan tetap aman meskipun ada sedikit kenaikan dalam biaya kredit (CoC) pada April 2024 (naik 26 basis point/bps secara bulanan/mom).
Sementara, Macquarie pada 29 Mei 2024 menulis, saham BBRI menjadi saham yang paling banyak dibahas dalam marketing terbaru mereka di Asia, Amerika Serikat (AS), dan Britania Raya dan Eropa.
“Sebagian besar investor sepakat bahwa koreksi ini adalah peluang,” demikian kata Macquarie, dikutip Jumat (14/6).
Macquarie melanjutkan, masalah kualitas aset pada kuartal I-2024 diperkirakan bersifat sementara. Meskipun, era likuiditas ketat akan tetap berlangsung sepanjang 2024, kata Macquarie, BRI siap menghadapi biaya dana yang lebih tinggi.
Sejurus dengan itu, Macquarie menanggalkan asumsi pemotongan suku bunga dan mengasumsikan beban kredit yang lebih tinggi di 2024, yang mengarah pada penurunan estimasi laba per saham (earnings per share/EPS) selama 2024/2025.
“Kami optimistis dengan pergeseran franchise mikro BRI menuju Kupedes yang lebih berkualitas dan menguntungkan. Meskipun beban kredit mungkin tetap tinggi tahun ini, percepatan hapus buku (write-off) akan mendorong pemulihan yang lebih tinggi dengan dampak netral terhadap keseluruhan laba,” tulis Macquarie.
Ketidakpastian global hingga fiskal dalam negeri serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga akhir-akhir ini turut membebani kinerja saham sektor perbankan—dan pasar modal dalam negeri secara umum. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.