MARKET NEWS

Menerka Arah Wall Street Pekan Depan saat Saham Transportasi Berguguran

Dinar Fitra Maghiszha 23/03/2025 09:45 WIB

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street tengah bergulat dengan tekanan saat terjadi penurunan indeks saham-saham transportasi.

Menerka Arah Wall Street Pekan Depan saat Saham Transportasi Berguguran (foto mnc media)

IDXChannel - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street tengah bergulat dengan tekanan saat terjadi penurunan indeks saham-saham transportasi.

Kondisi ini berlangsung meskipun indeks S&P 500 (.SPX) berhasil mencatat kenaikan mingguan, setelah empat pekan berturut-turut turun.

Indeks Dow Jones Transportation Average (.DJT), yang mencerminkan kinerja 20 perusahaan transportasi termasuk maskapai penerbangan, perusahaan truk, perusahaan kereta api, dan jasa pengiriman, anjlok lebih dari 17 persen sejak mencapai rekor tertingginya pada November lalu. 

Indeks transportasi sering dianggap sebagai indikator utama bagi aktivitas ekonomi. Penurunan ini mencerminkan tekanan atas 'permintaan' jasa pengiriman dan logistik, yang pada akhirnya menimbulkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi.

Tekanan dalam indeks Dow Transports terjadi secara luas di berbagai sektor. Saham perusahaan pengiriman paket FedEx (FDX.N) dan United Parcel Service (UPS.N) masing-masing merosot 18 persen, dan 9 persen sejak awal tahun. 

“Semua indikator ini mengirimkan pesan yang sama, ada potensi pelemahan atas ekonomi AS,” kata Matthew Miskin, Co-Chief Investment Strategist dari John Hancock Investment Management.

Saham perusahaan truk Landstar (LSTR.O) dan JB Hunt Transport Services (JBHT.O) juga turun lebih dari 12 persen. Sementara itu, sektor maskapai penerbangan mengalami pukulan paling dalam. 

Saham Delta Air Lines (DAL.N) dan United Airlines Holdings (UAL.O) jatuh lebih dari 20 persen. Saham American Airlines (AAL.O) bahkan telah terjual sekitar 35 persen sepanjang 2025.

Melansir Investing, Minggu (23/3/2025), kecemasan investor diperkuat oleh revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS oleh Federal Reserve. 

Bank sentral AS tersebut menurunkan proyeksi pertumbuhan tahun ini menjadi 1,7 persen dari sebelumnya 2,1 persen.

Dalam beberapa hari ke depan, investor akan mencermati serangkaian data ekonomi untuk mendapatkan gambaran tentang prospek ekonomi AS. 

Beberapa laporan utama yang akan dirilis termasuk indeks sentimen dan kepercayaan konsumen, serta indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi utama bagi Federal Reserve. 

Data PCE yang dijadwalkan rilis pada 28 Maret dan akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah kebijakan moneter AS.

Selain pelemahan data ekonomi, pelaku pasar Wall Street juga mencermati ketegangan perdagangan yang kembali mencuat. 

Presiden Donald Trump dijadwalkan memberlakukan tarif balasan pada 2 April sebagai bagian dari strategi "rebalancing" sistem perdagangan global.

(Fiki Ariyanti)

SHARE