Mengintip Jeroan CDIA, Rapor Keuangan hingga Prospek Usaha
CDIA mengincar dana IPO hingga Rp2,37 triliun untuk ekspansi logistik, pelabuhan, dan air bersih, mendukung pertumbuhan infrastruktur nasional.
IDXChannel – PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), resmi menggelar penawaran umum perdana saham (IPO) dengan target dana maksimal sebesar Rp2,37 triliun.
Dalam prospektus IPO perusahaan yang dirilis Kamis (19/6/2025), CDIA menawarkan sebanyak-banyaknya 12,48 miliar saham atau 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawaran berada di kisaran Rp170 hingga Rp190 per saham, dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Dari total dana yang diperoleh, CDIA akan mengalokasikan sekitar:
- Rp871,76 miliar untuk menyuntik modal ke anak usaha di pilar logistik, yakni PT Chandra Shipping International (CSI) dan PT Marina Indah Maritim (MIM). Dana ini akan digunakan untuk pembelian kapal dan operasional, termasuk melalui anak usaha Chandra Maritime International Pte. Ltd (CMI).
- Rp1,5 triliun untuk mendukung ekspansi di lini pelabuhan dan penyimpanan. Dana akan disalurkan ke PT Chandra Samudera Port (CSP) dan kemudian ke PT Chandra Cilegon Port (CCP) untuk membangun tangki penyimpanan, jaringan pipa ethylene, dan fasilitas penunjang lainnya.
Sebelum melangsungkan IPO, struktur kepemilikan saham CDIA didominasi oleh TPIA--yang dikendalikan oleh taipan Prajogo Pangestu--yang menguasai 66,67 persen saham, sementara sisanya sebesar 33,33 persen dimiliki oleh Phoenix Power B.V.
Informasi saja, CDIA menjalankan usaha sebagai perusahaan induk dan juga menyediakan layanan konsultasi manajemen.
Melalui anak-anak usahanya, CDIA mengembangkan bisnis dalam sejumlah pilar utama yang mencakup sektor energi, logistik, kepelabuhan dan penyimpanan, serta pengelolaan air.
Keempat pilar ini menjadi fondasi pengembangan jangka panjang CDIA di sektor infrastruktur dan energi.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan CDIA sepanjang tahun buku 2024 mencerminkan fase pertumbuhan yang agresif.
Pendapatan perusahaan tumbuh sebesar 34,96 persen secara tahunan (YoY), menjadi USD102,25 juta di 2024, seiring peningkatan penjualan daya listrik, penjualan bahan bakar, jasa sewa kapal, dan sewa tangki dan dermaga.
Laba tahun berjalan melonjak signifikan sebesar 1.632 persen YoY menjadi USD32,69 juta, mencerminkan peningkatan efisiensi dan mulai berjalannya kontribusi dari anak usaha secara penuh.
Laju pertumbuhan juga tercermin pada perbaikan rasio profitabilitas. Margin laba kotor terhadap pendapatan naik dari 8,41 persen menjadi 10,23 persen, sementara margin laba usaha meningkat menjadi 2,17 persen dari hanya 0,09 persen pada tahun sebelumnya.
Peningkatan paling mencolok tampak pada margin laba bersih terhadap pendapatan yang melejit dari 2,49 persen menjadi 31,97 persen. Hal ini turut mendorong laba atas aset (ROA) ke level 3,04 persen dan laba atas ekuitas (ROE) mencapai 4,37 persen, dibandingkan hanya 0,28 persen pada tahun 2023.
Dari sisi neraca, total aset perusahaan bertumbuh 17,42 persen menjadi USD1,07 miliar, sementara liabilitas meningkat 40,5 persen menjadi USD328 juta di 2024. Total ekuitas perusahaan juga naik 9,52 persen menjadi USD747 juta.
Keunggulan Kompetitif
CDIA melalui anak-anak usahanya, menawarkan solusi infrastruktur terintegrasi di bidang listrik, air, logistik, dan penyimpanan energi. Mengutip prospektus IPO, dengan model bisnis berbasis kontrak jangka panjang bersama klien bereputasi tinggi, CDIA memiliki arus kas yang stabil dan margin yang terjaga.
Perusahaan juga berada di posisi strategis untuk menangkap peluang pertumbuhan jangka panjang di Asia Tenggara, didukung oleh tren peningkatan permintaan listrik industri, air bersih, serta kebutuhan penyimpanan energi dan bahan kimia.
CDIA menjalin kemitraan dengan nama-nama besar seperti Grup TPIA, Grup Salim, Krakatau Steel (KRAS), dan Posco, memperkuat posisinya di industri. Dukungan penuh dari sponsor utama seperti TPIA dan EGCO Group turut menjadi fondasi kuat untuk ekspansi bisnis ke depan.
Dipimpin oleh tim manajemen berpengalaman di sektor infrastruktur, CDIA optimistis terhadap prospek usahanya. Permintaan energi dan air yang terus meningkat, urbanisasi, ekspansi industri, serta kebijakan pemerintah yang mendukung sektor ini menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan.
Prospek Usaha CDIA
Prospek usaha CDIA terbilang cerah seiring peran strategisnya sebagai penyedia infrastruktur terintegrasi di sektor logistik, pelabuhan dan penyimpanan, serta pengolahan air bersih.
Mengutip prospektus, di sektor logistik, meningkatnya ketergantungan Indonesia terhadap impor energi dan bahan bakar mendorong permintaan terhadap kapal kargo curah cair (liquid bulk carriers). Pada 2023, kapal jenis ini menyumbang 85 persen dari seluruh kunjungan kapal curah di pelabuhan Indonesia. Kebijakan cabotage yang mewajibkan pengangkutan barang antarwilayah dalam negeri dilakukan oleh kapal berbendera Indonesia juga menjadi pendorong bertumbuhnya armada domestik.
Dalam lima tahun terakhir, kapasitas armada kapal pengangkut curah nasional tumbuh dengan CAGR sebesar 16 persen. Peningkatan ini mencerminkan transformasi sektor pelayaran dan logistik yang didorong oleh proyek infrastruktur maritim berskala nasional serta reformasi regulasi yang mendukung efisiensi dan investasi.
Sementara itu, sektor pelabuhan dan penyimpanan menunjukkan peluang yang menjanjikan, khususnya pada penyimpanan minyak, gas, produk olahan, dan bahan kimia cair. Meski pertumbuhan kapasitas penyimpanan nasional masih moderat pada periode 2019–2024, tren permintaan yang meningkat diperkirakan mendorong kenaikan kapasitas dengan CAGR sebesar 3 persen hingga 2034.
Salah satu area pertumbuhan yang menonjol adalah terminal penyimpanan independen. Saat ini segmennya masih kecil, hanya mewakili sekitar 10 persen dari total kapasitas nasional, namun pertumbuhannya jauh lebih tinggi dibanding terminal lain. Dukungan kebijakan pemerintah dalam pembangunan pelabuhan dan logistik, khususnya dalam kerangka Visi Emas 2045, membuka peluang bagi pelaku swasta seperti CDIA untuk memperluas portofolio infrastruktur.
Di sisi lain, sektor pengolahan air bersih juga menawarkan potensi pertumbuhan yang besar. Antara tahun 2019 hingga 2024, permintaan air bersih tumbuh dengan CAGR sebesar 2,8 persen dan diproyeksikan meningkat menjadi 5,5 persen hingga tahun 2034, terutama dari sektor perumahan yang menyumbang hampir 80 persen konsumsi.
Urbanisasi, pertumbuhan penduduk, serta migrasi tenaga kerja ke wilayah perkotaan meningkatkan tekanan terhadap sumber daya air bersih.
Pemerintah merespons melalui beragam inisiatif, termasuk pembentukan Dana Air Indonesia, percepatan pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM), serta perluasan kerja sama pemerintah dan swasta. Mengingat kapasitas pengolahan air bersih masih terbatas dan kebutuhan akan WTP baru terus meningkat, CDIA memiliki peluang besar untuk memperluas kehadirannya di sektor ini.
Secara keseluruhan, posisi CDIA sebagai pemain terintegrasi dalam infrastruktur logistik, pelabuhan, dan air bersih membuatnya berada di jalur yang tepat untuk menangkap peluang pertumbuhan jangka panjang yang selaras dengan prioritas pembangunan nasional dan tren permintaan struktural di dalam negeri. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.