Mengintip Prospek Sektor Batu Bara, AADI Jadi Sorotan Analis
Prospek sektor batu bara dinilai masih positif pada kuartal IV-2025, seiring harga Indonesian Coal Index (ICI) yang terus merangkak naik.
IDXChannel - Prospek sektor batu bara dinilai masih positif pada kuartal IV-2025, seiring harga Indonesian Coal Index (ICI) yang terus merangkak naik di tengah permintaan kuat dari China dan pasar domestik.
Dalam riset tertanggal 19 Oktober 2025, Indo Premier mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor ini, dengan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) sebagai saham pilihan utama.
Kenaikan harga ICI pada September 2025 tercatat sekitar 1 persen secara bulanan, ditopang oleh penurunan produksi di dalam negeri dan lonjakan permintaan dari China serta pasar Jawa-Kalimantan.
Produksi batu bara Indonesia turun sekitar 8 persen pada Juli 2025 dibandingkan tahun sebelumnya, sementara ekspor mulai pulih seiring harga batu bara acuan (HBA) yang kini berada di bawah ICI, menghapus tekanan dari pasar ekspor.
Indo Premier menjelaskan, permintaan dari China dan India diperkirakan tetap solid di tengah periode restocking serta penurunan output energi terbarukan.
Untuk kinerja kuartal III-2025, Indo Premier memperkirakan hasil yang bervariasi di antara emiten batu bara. ITMG diproyeksikan mencatatkan peningkatan laba bersih dibanding kuartal sebelumnya, sedangkan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kemungkinan masih tertinggal dari ekspektasi konsensus meski laba bersihnya naik sekitar 24 persen secara kuartalan.
Sementara itu, laba United Tractors (UNTR) diperkirakan menurun sekitar 11 persen akibat penjualan alat berat yang lebih lemah dan tingginya basis laba pada kuartal sebelumnya.
Indo Premier menyebut AADI tetap menjadi pilihan utama berkat valuasi menarik, dengan rasio price-to earnings (P/E) 4,5 kali untuk tahun fiskal 2025, imbal hasil dividen sekitar 10 persen, dan program pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp4 triliun atau sekitar 34 persen dari free float.
Perusahaan juga akan segera mengoperasikan proyek pembangkit listrik tenaga uap 1,2 GW di Kalimantan pada Desember 2025, yang diperkirakan berkontribusi positif terhadap laba mulai tahun depan.
Risiko utama bagi sektor ini antara lain potensi pelemahan permintaan dari China dan India serta kebijakan pungutan ekspor yang lebih ketat. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.