Mengintip Prospek Sektor Kesehatan, Mana Saham Paling Potensial?
Kinerja sektor kesehatan Indonesia diproyeksikan terus membaik dalam tiga tahun ke depan.
IDXChannel - Kinerja sektor kesehatan Indonesia diproyeksikan terus membaik dalam tiga tahun ke depan.
Dalam riset terbarunya, dikutip Dow Jones Newswires, Jumat (5/12/2025), analis CGS International Jason Chandra memproyeksikan, ia menilai percepatan penambahan kapasitas tempat tidur rumah sakit (RS) menjadi pendorong utama pertumbuhan industri.
Menurut dia, dukungan pemerintah terhadap pembukaan RS baru akan mendorong rata-rata pertumbuhan jumlah tempat tidur sekitar 7 persen per tahun pada 2025-2027.
Tekanan harga dari perusahaan asuransi juga mulai mereda sehingga peluang peningkatan pendapatan RS kian terbuka.
Dengan berbagai faktor tersebut, Jason memperkirakan pertumbuhan pendapatan emiten kesehatan bisa mencapai 12 persen per tahun dalam periode tersebut.
Sementara itu, laba per saham (EPS) diproyeksikan tumbuh 14 persen per tahun, yang ia nilai sebagai laju paling kuat dibandingkan mayoritas emiten di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Melihat prospek yang lebih cerah, ia menaikkan rekomendasi sektor kesehatan menjadi overweight dari sebelumnya neutral. Dari seluruh emiten, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) disebut sebagai pilihan utama berkat valuasinya yang masih menarik.
Pasien Swasta Dorong Pertumbuhan RS
Sementara, BRI Danareksa Sekuritas menilai prospek sektor kesehatan masih solid, ditopang kebutuhan layanan RS yang terus meningkat dan permintaan obat yang relatif tidak terpengaruh kondisi ekonomi.
Dalam riset yang dirilis pada 20 November 2025, analis menyebut pertumbuhan RS diperkirakan terutama berasal dari pasien swasta, sementara segmen BPJS Kesehatan masih lemah akibat rujukan yang ketat, tarif yang belum berubah, serta klaim yang terus naik.
Di industri farmasi, permintaan obat dinilai tetap stabil. Rasio klaim yang ketat di BPJS maupun asuransi swasta tidak banyak mengganggu penjualan.
Sementara segmen consumer health mendapat manfaat dari perbaikan likuiditas di pasar. Kondisi ini membuat prospek emiten farmasi tetap positif.
Riset tersebut mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor kesehatan. BRI Danareksa melihat dua tema utama yang menopang sektor ini dalam jangka panjang: rendahnya penetrasi RS di Indonesia dan permintaan obat yang inelastis.
Dari sisi emiten, rumah sakit dengan porsi pasien swasta yang kuat dan pengendalian biaya yang baik menjadi favorit. MIKA disebut sebagai pilihan utama berkat kinerja operasional yang solid dan valuasi menarik.
Saham MIKA diperdagangkan pada 15,3 kali EV/EBITDA proyeksi 2026. Angka ini setara minus 1,8 standar deviasi dari rata-rata lima tahun, sekaligus memiliki margin EBITDA tertinggi dibandingkan RS lain di Asia Tenggara.
Untuk sektor farmasi, BRI Danareksa menjagokan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Perusahaan ini dinilai memiliki fondasi kuat melalui bisnis consumer health yang stabil serta keunggulan kompetitif pada pemasaran resep “below-the-line”. Saham KLBF diperdagangkan pada 16,2 kali P/E proyeksi 2026, atau sekitar minus 1,3 standar deviasi dari rata-rata lima tahunnya. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.