Mengintip Prospek Sektor Sawit (CPO), Dua Saham Masuk Radar
Produksi sawit nasional mulai menunjukkan perbaikan seiring kondisi cuaca yang lebih stabil dan aktivitas panen yang kembali normal pada 2025.
IDXChannel - Produksi sawit nasional mulai menunjukkan perbaikan seiring kondisi cuaca yang lebih stabil dan aktivitas panen yang kembali normal pada 2025.
Tren ini membuka peluang percepatan pemulihan produksi memasuki 2026, terutama setelah efek cuaca kering pada 2024 dan pertengahan 2025 mulai mereda.
Riset MNC Sekuritas yang terbit pada 25 November 2025 mencatat produksi tandan buah segar (TBS/FFB) emiten yang dipantau mencapai 6,05 juta ton pada Januari-September 2025, tumbuh 3,3 persen secara tahunan (YoY) atau 75,1 persen dari target tahun ini.
Cuaca yang lebih basah sejak akhir 2024 hingga 2025 mendukung perbaikan produktivitas, sehingga produksi FFB agregat diperkirakan naik 4,1 persen menjadi 8,44 juta ton pada 2026.
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) disebut berpotensi mencatat pertumbuhan tertinggi berkat profil umur tanaman yang lebih muda dan curah hujan Kalimantan yang relatif lebih stabil dibanding Sumatera.
Di sisi permintaan, konsumsi domestik berbasis sawit tumbuh 5,4 persen dalam delapan bulan pertama 2025, terutama didorong oleh kenaikan penggunaan biodiesel sebesar 12,4 persen.
Implementasi B40 sejak awal tahun membawa distribusi biodiesel mencapai 10,57 juta kiloliter sepanjang Januari-September.
Program B50 yang mulai masuk tahap pelaksanaan pada paruh kedua 2025 akan meningkatkan kebutuhan biodiesel menuju 19,6 juta kiloliter, melampaui kapasitas pemrosesan saat ini di kisaran 18,4-19,5 juta kiloliter.
Tambahan kapasitas 1,50 juta ton dari fasilitas PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT), anak usaha PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), dinilai dapat membantu, meski percepatan ekspansi kapasitas industri tetap menjadi faktor penentu keberhasilan B50.
Harga CPO diperkirakan bergerak dengan kecenderungan melemah seiring kondisi ENSO netral dan kenaikan produksi. Meskipun demikian, penurunan diperkirakan terbatas dengan kisaran harga pada 2026 berada di MYR3.900-MYR4.200 per ton, dibanding rata-rata MYR4.323 per ton tahun ini.
Penguatan harga minyak kedelai, ketergantungan India pada impor minyak nabati, dan perkembangan penegakan aturan kehutanan oleh Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) menjadi faktor yang menahan koreksi lebih dalam.
Dari total 3,3-3,4 juta hektare lahan yang direklamasi, hanya sekitar 166.000-416.000 hektare yang dinilai benar-benar produktif, sehingga potensi pasokan dalam negeri tetap terbatas.
MNC Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor perkebunan dengan DSNG dan PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) sebagai pilihan utama.
Yield FFB DSNG diperkirakan naik menjadi 23,5 kali pada 2026, sementara pabrik baru STAA diproyeksikan memperkuat pendapatan ke depan.
Sementara, risiko yang perlu dicermati meliputi serapan biodiesel yang lebih rendah dari ekspektasi, koreksi harga CPO yang di bawah perkiraan, serta produktivitas kebun yang berpotensi berada di bawah proyeksi. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.