MARKET NEWS

Mengintip Proyeksi IHSG di Juli, Peluang Rebound Terbuka?

Aldo Fernando 27/06/2025 12:08 WIB

Setelah terkoreksi 4,05 persen sepanjang Juni, prospek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Juli justru diprediksi membaik oleh sejumlah analis.

Mengintip Proyeksi IHSG di Juli, Peluang Rebound Terbuka? (Foto: Desi A./IDXChannel)

IDXChannel - Setelah terkoreksi 4,05 persen sepanjang Juni, prospek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Juli justru diprediksi membaik oleh sejumlah analis.

Sejumlah indikator teknikal, tren musiman, hingga ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global memperkuat harapan bahwa IHSG akan kembali menguat—selama level support kunci tetap terjaga.

Meski begitu, tekanan dari sisi likuiditas akibat gelombang penawaran umum perdana (IPO) serta arus keluar dana asing tetap menjadi faktor yang perlu dicermati pelaku pasar.

IHSG turun 4,05 persen sepanjang Juni dan ditutup di level 6.897,40 pada Kamis (26/6/2025). Penurunan ini bertolak belakang dengan tren musiman Juni yang biasanya menguat, dengan probabilitas penguatan 70 persen dalam 10 tahun terakhir.

Sebaliknya, Juli secara historis menunjukkan kinerja positif. Dalam satu dekade terakhir, IHSG menguat di 9 dari 10 kali Juli, dengan rata-rata kenaikan 1,86 persen.

Likuiditas dan IPO Jumbo

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai pergerakan IHSG saat ini berada di titik kritis. Menurutnya, indeks belum mampu menembus kembali level 7.000 dan justru masih rentan bergerak ke bawah.

“Betul. Sedikit anomali mengingat bursa Asia semua menguat. Mulai dari Hang Seng, Kospi, Nikkei, dan lain sebagainya,” ujarnya, Kamis (26/6/2025). Ia menyoroti lemahnya daya beli di pasar domestik sebagai salah satu faktor utama. “Buying power dari bursa melemah,” imbuh Michael.

Dari sisi makro, Michael menilai kondisi nilai tukar masih cukup stabil. “Jika kita lihat mata uang, USD/IDR terlihat berada di level yang baik,” tuturnya. Namun di sisi lain, ia menyoroti tekanan likuiditas di pasar seiring masuknya gelombang IPO.

“Kalau kita lihat lebih lanjut, bursa kehadiran enam IPO baru yang akan melantai. Salah satunya ada CDIA yang memiliki bobot besar,” katanya.

Ia menyebut CDIA akan menghimpun dana sekitar Rp2,2 triliun. “Beberapa memberikan pandangan akan terjadi oversubscribe lebih dari tujuh kali. Ini artinya perkiraan dana yang masuk berada di angka Rp15 triliun,” kata Michael. “Dan tentunya secara teknis, bursa akan kekurangan likuiditas.”

Antara Tutup Gap atau Lanjut Balik Arah

Michael juga menyinggung aspek teknikal yang perlu dicermati investor. Menurutnya, indeks masih menyisakan celah (gap) yang belum tertutup dari pergerakan sebelumnya.

“IHSG secara teknikal memiliki utang gap up di angka 6.538,” ujarnya. “Ada peluang IHSG menuju area gap up kemarin, yang terjadi di 22 April.”

Nada yang sedikit berbeda datang dari pengamat pasar saham Dimas Ramadhani. Dia menilai peluang penguatan IHSG kembali terbuka, terutama jika mengacu pada pergerakan indeks menjelang akhir Juni. Ia memperkirakan, IHSG berpotensi kembali ke atas level 7.000 pada pekan depan.

“Dengan melihat pergerakan dan penutupan IHSG hari ini, kemungkinan besar IHSG akan kembali ke level 7.000 ke atas di minggu depan,” ujar Dimas, Kamis (26/6/2025).

Ia pun menyebutkan beberapa faktor yang menjadi justifikasi dari pandangan tersebut. “Banyak saham big cap yang pergerakannya jauh lebih baik dari seminggu terakhir, disertai dengan volume yang cukup besar,” tuturnya. Menurut Dimas, ini menjadi hal yang menarik karena selama sepekan terakhir pasar relatif kering likuiditas.

Dari sisi teknikal, ia menyoroti pola candle yang terbentuk pada dua hari terakhir. “Jika kita lihat candle IHSG dua hari terakhir membentuk candle pattern bullish harami yang mengindikasikan pembalikan arah,” imbuhnya.

Naik, tapi Asing Outflow

Kendati demikian, Dimas tetap memberi catatan. Ia menilai penguatan IHSG sejauh ini belum didukung oleh arus dana asing. “Saya tetap melihat setiap kenaikan yang terjadi saat ini sifatnya hanya berupa mark up,” kata Dimas. “Karena data foreign flow yang terus mencatatkan outflow dalam sepekan terakhir.”

Ke depan, Dimas tetap optimistis. Ia memperkirakan indeks akan mampu bertahan di atas level psikologis penting selama support tetap terjaga. “Untuk Juli saya melihat IHSG berpotensi untuk bergerak naik dan bertahan di atas level 7.000, selama support 6.750 dapat bertahan,” ujarnya.

Sentimen Global dan Makro Domestik

Di sisi lain, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, M. Nafan Aji Gusta Utama, memandang bahwa IHSG sedang berada dalam fase penguatan yang konsolidatif secara teknikal.

“IHSG bullish consolidation ya untuk technical prediction-nya,” ujar Nafan, Kamis (26/6/2025). Ia memperkirakan indeks akan bergerak dalam rentang cukup lebar selama Juli. “Range IHSG di Juli adalah 6.650–7.360,” imbuhnya.

Ia juga menyoroti pola historis yang mendukung proyeksi penguatan pada bulan ini. “Jika kita melihat secara historical, terutama selama 29 tahun terakhir, ini rata-rata kinerja IHSG selama Juli dalam keadaan bullish,” ucap Nafan.

Dari sisi sentimen, ia menyebut ada beberapa faktor global yang menjadi katalis positif. “Secara sentimen dipengaruhi beberapa faktor. Faktor positifnya dengan meredanya tensi geopolitik,” tuturnya. “Kemudian, tensi perang dagang juga mulai menurun. Di sisi lain, soal harapan kebijakan pelonggaran kebijakan moneter.”

Sementara itu, dari dalam negeri, Nafan menyebut kondisi makroekonomi masih menjadi pertimbangan utama para investor. “Kalau dari domestik, kita masih melihat performa fundamental makro ekonomi menjadi katalis pada Juli,” katanya.

Meski begitu, ia tak menampik masih adanya hambatan yang perlu diwaspadai pasar, berupa ketidakpastian global yang bisa memengaruhi keputusan pemerintah, termasuk Bank Indonesia (BI).

Menanti Tengah Juli

Pandangan lain juga disampaikan oleh Founder WH Project, William Hartanto. Ia menilai koreksi IHSG yang terjadi belakangan ini adalah sesuatu yang wajar dari sisi teknikal.

“Ya wajar, karena kan terbentuk double top waktu IHSG sentuh 7.200,” ujarnya, Kamis (26/6/2025). Ia menjelaskan, pola tersebut menandakan kondisi pasar yang sudah jenuh beli.

“Itu adalah kondisi di mana market jenuh beli secara keseluruhan, sehingga pelaku pasar mulai melepas saham untuk mengembalikan posisi cash,” imbuh William. “Hasilnya adalah IHSG turun, belum lagi ada beberapa sentimen eksternal yang lumayan berpengaruh seperti perang dan harga komoditas.”

Meski demikian, William melihat peluang rebound mulai terbuka pada Juli mendatang. Ia menilai, koreksi yang dipicu sentimen negatif cenderung berlangsung singkat.

“Bulan depan adalah momentum untuk rebound,” ujarnya. Menurutnya, pelemahan dari pola grafik saat ini tidak akan berlangsung lama.

“Karena sempat ada sentimen negatif maka panic sell-nya lebih cepat terjadi, sehingga market akan lebih cepat mencapai kondisi jenuh jual,” tuturnya. Ia memperkirakan, “Pertengahan Juli 2025 IHSG sudah reversal dan bullish kembali.” (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

>

SHARE