Mengudara Sejak 1994, Ini Perjalanan Panjang Sriwijaya Air
Berikut perjalanan bisnis Sriwijaya Air dilansir berbagai sumber.
IDXChannel - Kecelakaan pesawat Sriwijaya Air tujuan Jakarta-Pontianak pada Sabtu (9/1/2021), membuat masyarakat bersedih. Jatuhnya pesawat berpenumpang 59 orang tersebut turut membawa duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat Indonesia.
Pesawat SJ182 merupakan pesawat jenis Boeing 737-500 dengan nomor produksi (Manufacturers Serial Numbers) 27323. Pesawat tersebut pertama kali melakukan uji terbang pada 13 Mei 1994, dan dipakai oleh Sriwijaya Air selama 8 tahun yang dipengaruhi oleh keadaan perusahaan yang sebelumnya bercerai dari perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk.
Berikut perjalanan bisnis Sriwijaya Air dilansir berbagai sumber:
1.Persoalan Pemeliharaan Mesin Pesawat :
Jatuhnya Sriwijaya Air Boeing 737-500 dengan nomor penerbangan SJ182 tujuan Jakarta-Pontianak. Seorang pengamat penerbangan menyebut, maskapai tersebut dipertanyakan kemampuannya dalam melakukan perawatan pesawat setelah terbelit utang kepada Garuda Maintenance Facility pada 2019 lalu.
Beberapa ahli mengatakan, pesawat yang tak terbang selama berbulan-bulan karena pandemi virus corona berpotensi mengalami korosi mesin. Pihak Sriwijaya klaim tidak ada perbedaan dalam perawatan pesawat sebelum dan selama pandemi.
2. Sriwijaya Air Terlilit Hutang :
Pasalnya maskapai tersebut disebut memiliki utang hingga Rp800 miliar kepada Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia. GMF merupakan perusahaan penyedia layanan perawatan pesawat yang merupakan anak usaha Garuda Indonesia.
Karena sudah tak dilayani GMF, armada milik Sriwijaya dirawat oleh para teknisi sendiri dengan ketersediaan suku cadang mesin yang terbatas. Akibat keterbatasan itu, kondisi perusahaan berada di level Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA) 4A.
"Jadi ini sudah jadi pertanyaan, apakah mereka cukup dana untuk melakukan maintenance? Apakah maintenance sejak lepas dari kerja sama itu masih oke atau tidak. Itu yang nanti akan dilihat oleh KNKT. Sebab ini sudah pasti sudah jadi salah satu concern dari kejadian ini," ujar Gerry Soejatman kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu (10/01).
3. Mulai Terbang Lagi :
Pesawat SJ182 pun, katanya, sudah mulai terbang lagi pada Oktober 2019 sejak terakhir kali mengangkasa pada Maret tahun lalu. Korosi mesin dapat terjadi jika pesawat tak dipakai lebih dari tujuh hari. Pengamat penerbangan, Ruth Hana Simatupang, mengatakan kondisi pandemi menyebabkan banyak maskapai memarkir pesawatnya.
"Dalam waktu 2-3 hari tidak dipakai saja kemungkinan terjadi korosi ada," imbuh Ruth Hana kepada BBC News Indonesia yang dikutip Okezone, Jakarta, Senin(11/01/2020).
Karena itu, pabrikan pesawat biasanya mengirimkan red notice kepada maskapai untuk melakukan perawatan ekstra terutama bagian mesin. (FAHMI - Devi Puspitasari)