MARKET NEWS

Mengupas Valuasi Saham Kaesang Cs Panca Multiperdana (PMMP)

Melati Kristina - Riset 20/10/2022 09:58 WIB

Berinvestasi di saham undervalue bisa menjadi pilihan menarik bila harga sahamnya dapat bertumbuh seiring meningkatnya kinerja perusahaan.

Mengupas Valuasi Saham Kaesang Cs Panca Multiperdana (PMMP). (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Berinvestasi di saham undervalue bisa menjadi pilihan menarik bila harga sahamnya dapat bertumbuh seiring meningkatnya kinerja perusahaan. Akan tetapi, tak semua saham undervalue dapat mencatatkan pertumbuhan harga saham.

Saham undervalue adalah saham yang memiliki valuasi yang murah.  Strategi berinvestasi di saham dengan valuasi murah disebut dengan value investing, yakni membeli saham di bawah harga wajar yang kemudian dijual di harga wajarnya.

Value investor tentunya mencari saham dengan valuasi rendah yang bisa menjadi indikasi bahwa harga sahamnya lebih tinggi dari harga yang seharusnya. Akan tetapi, pada kenyataannya, terdapat saham undervalue yang harga sahamnya justru stagnan.

Contohnya adalah saham PT Panca Multiperdana Tbk (PMMP) yang memiliki valuasi murah akan tetapi harga sahamnya belum kembali berkembang. Adapun nilai price to earnings ratio (PER) dari PMMP sebesar 4,70 kali. Sementara price to book value (PBV) emiten ini hanya 0,73 kali.

Informasi saja, PER dan PBV pada umumnya digunakan untuk menghitung valuasi suatu saham. Rasio PER merupakan perbandingan harga saham dengan laba per saham, sedangkan PBV digunakan sebagai pembanding harga saham dengan nilai buku per sahamnya.

Bila suatu saham memiliki rasio PER di bawah 10 kali atau rasio PBV-nya di bawah 1 kali, maka dapat dikatakan valuasinya dianggap murah.

Memiliki valuasi murah, kinerja saham emiten yang melantai di bursa sejak tahun 2020 tersebut tetap cenderung berada di bawah rule of thumb PER 10 kali.

Menurut data BEI, harga saham tertinggi PMMP sempat mencapai Rp600/saham pada 3 Agustus 2022 (menceminkan PER 8,20 kali). Sementara harga sahamnya saat ini, per Rabu (12/10), hanya di angka Rp380/saham.

PMMP adalah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan produk udang yang memiliki fasilitas produksi dan penyimpanan (cold storage).

Adapun PMMP memiliki lima pabrik di Situbondo dan dua pabrik di Tarakan berkapasitas 25.100 ton/tahun. Sedangkan cold storage yang dimiliki PMP berjumlah 26 dengan kapasitas mencapai 46.000 ton/tahun.

Dengan kapasitas produksi tersebut, PMMP mampu mengekspor produknya hingga 15.641 ton di tahun 2019. Sekitar 70-75 persen produk PMMP diekspor di Amerika Serikat. Sementara 20-25 persen diantaranya diekspor di Jepang.

Sedangkan produk unggulan yang menjadi komoditas ekspor emiten ini adalah frozen raw shrimp, cooked shrimp, tempura, dan produk olahan udang lainnya.

Asal tahu saja, emiten pengolahan makanan beku berbasis udang tersebut dikoleksi oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo.

Pada tahun 2021, Kaesang membeli 8 persen saham PMMP melalui perusahaannya yaitu PT Harapan Bangsa Kita. Adapun saat ini, kapitalisasi pasar atau market cap dari PMMP mencapai Rp903,55 miliar.

Kinerja Saham Ambles Saat Keuangan Melesat

Kinerja saham PMMP secara year to date (YTD) masih terkontraksi. Meski demikian, kinerja keuangan emiten ini justru melesat di semester I-2022.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan Rabu (19/10), kinerja saham PMMP sepanjang 2022 ambles hingga minus 23,55 persen. Adapun harga sahamnya di periode ini hanya sebesar Rp370/saham.

Kendati mencatatkan kinerja saham negatif secara YTD, keuangan PMMP di semester I-2022 melesat, dengan pendapatan bersih yang tumbuh hingga 17,22 persen dibanding semester I tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan emiten di semester I-2022, PMMP memperoleh pendapatan bersih sebesar USD100,54 juta atau senilai Rp1,54 triliun denganasumsi kurs Rp15.300/USD.

Sementara laba bersih yang dibukukan PMMP di periode ini mencapai USD6,46 juta atau setara dengan Rp98,80 miliar. Dengan demikian laba bersihnya tumbuh hingga 5,02 persen secara year onyear (yoy).

Meningkatnya pendapatan bersih PMMP disebabkan kenaikan segmen penjualan yang signifikan. Adapun pendapatan yang naik signifikan yaitu pendapatan lain-lain yang melesat 51,46 persen menjadi USD3,06 juta atau senilai Rp46,81 miliar.

Sedangkan penjualan vannamei shrimp dan black tiger shrimp juga meningkat masing-masing 17,23 persen dan 5,77 persen.

Berdasarkan laporan keuangan emiten, penjualan dari vannamei shrimp di semester I-2022 berkontribusi sebesar USD90,99 juta atau Rp1,39 triliun terhadap total pendapatan. Sedangkan penjualan black tiger shrimp di periode tersebut sebesar USD6,49 juta setara Rp99,31 miliar.

Meski keuangannya masih tumbuh positif, performa saham YTD yang ambles disertai harga saham yang pertumbuhannya tak begitu signifikan dalam kurun waktu lama bisa jadi indikasi kurangnya katalis positif bagi kinerja saham perusahaan.

Bila perusahaan tak memiliki rencana ekspansi maupun manuver dalam mengembangkan perusahaan, singkatnya tanpa story yang menarik, maka investor juga kurang berminat dalam berinvestasi di perusahaan tersebut.

Kendati demikian, meskipun saham emiten di atas pada saat ini masih belum berkembang atau keluar dari harga yang rendah, belum tentu di masa mendatang kinerjanya masih stagnan.

Bisa jadi, saham dari emiten tersebut bisa tumbuh dan keluar dari harga yang rendah atau malah kembali terkontraksi.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE