MARKET NEWS

Menilik Potensi dan Valuasi IPO Adaro Andalan Indonesia (AADI)

TIM RISET IDX CHANNEL 12/11/2024 17:17 WIB

Valuasi AADI berpotensi menarik bagi investor yang mencari peluang investasi dengan potensi upside atau apresiasi harga saham di masa depan.

Menilik Potensi dan Valuasi IPO Adaro Andalan Indonesia (AADI). (Foto: Adaro)

IDXChannel - PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) resmi memulai proses penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

AADI, yang tengah dalam proses spin off oleh PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), menawarkan prospek menarik bagi investor dengan valuasi IPO yang kompetitif di tengah tren permintaan energi yang terus meningkat di Asia.

Dalam laman e-IPO, perseroan menawarkan 778,68 juta saham kepada publik dalam pre-efektif. Jumlah ini setara 10 persen dari total saham perusahaan.

Harga bookbuilding ditawarkan senilai Rp4.590-Rp5.900 per saham.

“Periode bookbuilding pada 12 November 2024-18 November 2024,” demikian tertulis dalam website e-IPO, Selasa (12/11/2024).

Adaro Andalan Indonesia merupakan entitas batu bara Grup Adaro. Perusahaan milik konglomerat Garibaldi Thohir atau yang akrab disapa Boy Thohir ini mempunyai tujuh aset pertambangan batu bara termal.

Perusahaan menunjuk sekuritas milik Boy Thohir, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) sebagai penjamin emisi efek.

AADI juga memiliki entitas anak di bisnis logistik yang meliputi angkutan tongkang dan pemuatan kapal batu bara, pengangkutan BBM, pengerukan dan pemeliharaan alur sungai, bongkar muat, operasi pelabuhan di darat dan laut, dan pemeliharaan dan perbaikan tongkang.

Sejumlah bisnis pendukung lain meliputi pengelolaan aset lahan (Adaro Land), pengelolaan air (Adaro Water), dan bidang lainnya antara lain seperti investasi (Adaro Capital), ketenagalistrikan, jasa konsultasi di bidang pertambangan, dan pengembangan dan teknologi informasi. 

“Operasi pendukung ini penting untuk menjamin kelancaran operasi dalam bisnis pertambangan, serta kelangsungan bisnis di jangka panjang,” kata manajemen.

Dalam IPO ini, AADI berpeluang meraup dana senilai Rp3,57 triliun hingga Rp4,59 triliun.

Perihal penggunaan dana, sekitar 40 persen akan digunakan untuk keperluan pemberian pinjaman oleh perseroan kepada perusahaan anak, yaitu PT Maritim Barito Perkasa (MBP), untuk kegiatan investasi dan kegiatan korporasi lainnya yang mendukung peningkatan aktivitas operasional MBP seiring dengan meningkatnya produksi batu bara grup perseroan.

Kemudian sekitar 15 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran kembali atas sebagian pinjaman berdasarkan perjanjian pinjaman tanggal 3 Mei 2024 dengan PT Adaro Indonesia (AI).

Sisanya akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran kembali kepada ADRO atas sebagian pokok atas pinjaman berdasarkan perjanjian pinjaman tanggal 24 Juni 2024.

Perseroan diperkirakan tercatat di Bursa pada 5 Desember 2024. Sebelum itu, penawaran umum atau offering akan dilaksanakan pada 29 November hingga 3 Desember 2024.

Kemudian, tanggal penjatahan dan distribusi secara elektronik akan berlangsung pada 3 dan 4 Desember 2024. Dalam IPO ini, perseroan menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi efek.

Valuasi IPO Adaro Andalan

Seperti disinggung di muka, Adaro Andalan memberikan dua opsi harga dalam rencana IPO-nya, yakni pada Rp4.590 dan Rp5.900 per saham.

Kedua opsi ini menawarkan valuasi Price-to-Earnings Ratio (PER) dan Price-to-Book Value (PBV) yang relatif menarik, terutama jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis di sektor energi.

Pada opsi harga IPO terendah sebesar Rp4.590 per saham, Adaro Andalan memiliki PER hanya 1,23 kali dan PBV 0,77 kali.

Ini menunjukkan valuasi yang lebih murah, dengan rasio PER yang rendah dan nilai PBV yang di bawah satu, yang sering kali diartikan sebagai indikasi bahwa saham diperdagangkan di bawah nilai buku perusahaan.

Valuasi ini berpotensi menarik bagi investor yang mencari peluang investasi dengan potensi upside atau apresiasi harga saham di masa depan.

Sementara itu, pada opsi harga IPO tertinggi sebesar Rp5.900 per saham, PER Adaro Andalan menjadi 1,59 kali dan PBV 0,97 kali. (Lihat tabel di bawah ini.)

Meskipun valuasi ini lebih tinggi dibandingkan opsi pertama, namun tetap tergolong menarik bagi investor karena masih relatif rendah.

Rasio PBV mendekati satu juga dapat mengindikasikan bahwa valuasi saham lebih mendekati nilai buku perusahaan.

Angka PER dan PBV AADI juga di bawah ADRO. Informasi saja, PER ADRO mencapai 4,92 kali dan PBV-nya sebesar 1,03 kali hingga Selasa (12/11/2024).

Selain itu, valuasi AADI dan ADRO juga lebih murah tinimbang rerata peer (perusahaan sejenis) yang memiliki PER 17 kali dan PBV 4 kali.

Karenanya, dengan PER dan PBV yang relatif rendah pada kedua opsi harga ini, Adaro Andalan berpotensi menarik minat investor yang mencari peluang dalam saham energi dengan valuasi menarik.

Kinerja Adaro Andalan

Pada semester pertama 2024, Adaro Andalan mencatatkan pendapatan sebesar USD2,66 miliar, turun 18,39 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY) yang mencapai USD3,25 miliar.

Penurunan pendapatan ini terjadi meski laba bersih perusahaan mengalami peningkatan signifikan sebesar 14,66 persen YoY, dari USD804,76 juta pada semester I-2023 menjadi USD922,77 juta hingga Juni 2024.

Rasio laba terhadap pendapatan usaha mencapai 35 persen, menunjukkan efisiensi operasional yang mampu menjaga profitabilitas di tengah penurunan pendapatan.

Selain itu, Return on Assets (ROA) tercatat di angka 34 persen, sedangkan Return on Equity (ROE) berada pada 68 persen, mencerminkan tingkat pengembalian yang solid bagi pemegang saham.

Dari sisi struktur permodalan, rasio total liabilitas terhadap total aset berada di angka 0,5, menunjukkan kestabilan perusahaan dalam pengelolaan utang.

Sementara itu, rasio total liabilitas terhadap ekuitas tercatat sebesar 1, menandakan tingkat leverage yang masih berada dalam batas aman.

Kinerja positif ini menyoroti kemampuan Adaro Andalan untuk tetap mempertahankan laba bersih yang kuat meskipun pendapatan mengalami penurunan, didukung oleh pengelolaan aset dan ekuitas yang efisien.

Keunggulan Kompetitif

Mengutip prospektus IPO perusahaan, Grup Adaro memiliki sejumlah keunggulan kompetitif yang membuatnya tetap kuat di industri pertambangan batu bara.

Dengan model bisnis terintegrasi dari hulu ke hilir, Adaro mengelola seluruh proses, mulai dari penambangan hingga distribusi.

Rantai pasok yang lengkap di Indonesia ini membuat operasi perusahaan berjalan efisien, minim gangguan, dan berkelanjutan.

Ditambah lagi, Adaro memiliki cadangan batu bara termal sebesar 917,4 juta ton dan sumber daya total mencapai 4,102 miliar ton, yang memberi dukungan kokoh bagi pertumbuhan jangka panjangnya.

Produk unggulan Adaro, Envirocoal, dikenal dengan kadar abu dan sulfur yang rendah, sehingga memenuhi standar ketat di berbagai negara dan lebih ramah lingkungan.

Selain itu, Adaro berhasil menjaga biaya produksinya di kuartil bawah kurva biaya global, menjadikannya kompetitif meski harga batu bara berfluktuasi.

Keandalan logistiknya didukung oleh armada Adaro Logistics, memastikan pengangkutan batu bara berlangsung lancar dan efisien. Jaringan pelanggan yang kuat, seperti perusahaan listrik dan semen, juga menjadi pilar utama kestabilan bisnis Adaro.

Posisi geografis tambang yang strategis di Kalimantan dan Sumatera memungkinkan pengiriman cepat ke pasar utama Asia, memberikan keunggulan waktu dibandingkan pesaing global.

Prospek Bisnis

Permintaan energi global terus menunjukkan peningkatan yang pesat, didorong oleh pertumbuhan populasi, perkembangan ekonomi, dan standar hidup yang semakin tinggi.

Pertumbuhan konsumsi energi juga dipicu oleh kemajuan teknologi, seperti perangkat digital, kendaraan listrik, dan pusat data yang memerlukan suplai energi besar.

Globalisasi dan pengembangan industri padat energi turut berkontribusi pada peningkatan kebutuhan energi, sementara ketegangan geopolitik menambah kompleksitas jalur perdagangan pasokan energi, mendorong negara-negara untuk membangun infrastruktur energi yang lebih tangguh.

Permintaan global akan batu bara termal diperkirakan tetap kuat hingga dekade mendatang, terutama didorong oleh Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Menurut McCloskey by OPIS, impor batu bara seaborne global akan mencapai puncaknya pada 2030, setelah sempat terhambat akibat pandemi dan ketegangan geopolitik.

Meski permintaan impor diprediksi menurun di Eropa dan Amerika, wilayah Asia tetap menunjukkan tren positif, khususnya di China dan India, yang menjadi pendorong utama dalam jangka panjang.

Di China, pembangkit listrik yang berbahan bakar batu bara masih mendominasi, menyumbang 66 persen dari total produksi listrik.

Walaupun pemerintah China merencanakan peralihan ke energi terbarukan dalam Rencana Lima Tahun ke-14, ketergantungan terhadap batu bara diperkirakan tetap tinggi, dengan pembangkit listrik batu bara masih menjadi sumber utama energi hingga 2050.

India juga diperkirakan terus meningkatkan kebutuhan impornya seiring pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi, meskipun pemerintahnya berupaya meningkatkan suplai domestik.

Di Indonesia, permintaan batu bara untuk sektor ketenagalistrikan diproyeksikan meningkat hingga 2035-2040.

Industri baja dan peleburan nikel juga akan memperkuat konsumsi batu bara dalam negeri, menjadikan sektor-sektor tersebut sebagai pendorong utama permintaan batu bara termal domestik.

Di sisi suplai, Indonesia tetap menjadi pemasok dominan di pasar ekspor batu bara seaborne, dengan ekspor yang diperkirakan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada 2030, meski setelah itu akan mengalami sedikit penurunan.

Secara keseluruhan, meskipun banyak negara beralih ke energi terbarukan, batu bara tetap memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi global dan nasional.

Baik di pasar global maupun domestik, batu bara masih menjadi komponen esensial dalam jangka panjang, dengan tren permintaan yang bertahan kuat di kawasan Asia. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE