MARKET NEWS

Menilik Rapor Kinerja Saham Emiten Menara, Siapa Paling Moncer?

Taufan Sukma/IDX Channel 22/08/2023 10:22 WIB

Ada tiga emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar yang mendapat sorotan, yaitu MTEL, TOWR dan TBIG.

Menilik Rapor Kinerja Saham Emiten Menara, Siapa Paling Moncer? (foto: MNC Media)

IDXChannel - Investor merespons positif saham emiten menara telekomunikasi setelah rilis laporan keuangan semester I-2023, meski beberapa di antaranya mencatatkan penurunan laba bersih.

Ada tiga emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar yang mendapat sorotan, yaitu PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG) dengan market cap masing masing Rp62 triilun, Rp52 triliun dan Rp 47 triliun.

Berdasarkan data bursa sebulan terakhir, saham MTEL melesat paling tinggi sebesar 11,28 persen sampai perdagangan Jumat pekan lalu (18/8/2023). Harga saham sempat menembus level Rp745 per saham pada 16 Agustus 2023, tapi belum mampu menembus level terbaik yang pernah dicapai tahun ini, yaitu Rp760 per saham pada 13 Maret 2023 lalu.

Transaksi saham MTEL cukup ramai dengan transaksi harian Rp59,91 miliar pada perdagangan Jumat 18 Agustus. Volume perdagangan mencapai 80,79 juta saham, dengan rata-rata harga Rp741 per saham.

Dalam tiga bulan terakhir, saham MTEL memberikan cuan 9,63 persen dan enam bulan terakhir naik 7,25 persen dengan rasio price to book value (PBV) 1,87 kali.

TBIG juga membukukan kenaikan harga saham selama sebulan terakhir, tapi hanya 5,1 persen. Dalam tiga bulan, saham TBIG naik tipis 2,49 persen dan enam bulan terakhir justru turun 3,74 persen. Saham TBIG ditransaksikan harian Rp17,44 miliar sebanyak 8,40 juta saham, dengan rasio PBV 3,37 kali.

Sementara, saham TOWR justru minus 2,42 persen dalam sebulan terakhir menjadi Rp1.010 per saham per 18 Agustus 2023 lalu. Dalam sehari, saham TOWR ditransaksikan Rp20,19 miliar dengan volume perdagangan 19,88 juta saham dan rasio PBV 3,42 kali. Dalam tiga bulan, saham induk Protelindo ini stagnan dan enam bulan terakhir turun 9,42 persen.

Pergerakan saham emiten menara ini juga sedikit banyak berkontribusi terhadap kinerja indeks sektoral yakni IDXINFRA yang naik 2,12 persen di level 787,14 pada periode sepekan (14-18 Agustus 2023), mengacu data Statistik BEI. Kinerja ini lebih baik dari IHSG yang turun 0,29 persen di level 6.859 dan Indeks LQ45 yang juga minus 0,79 persen di 956,71.

Pelaku pasar tampaknya merespons positif saham emiten menara setelah rilis laporan keuangan semester I-2023. MTEL menjadi satu-satunya dari tiga besar emiten menara telko yang meraih pertumbuhan laba bersih.

Laba MTEL tembus Rp1,02 triliun atau naik 15% seiring pendapatan yang juga tumbuh 11 persen menjadi Rp4,13 triliun. Sedangkan TBIG dan TOWR justru laba bersihnya anjlok dalam periode waktu yang sama.

Laba TBIG mencapai Rp689 miliar, susut 17 persen dengan pendapatan juga turun 0,61 persen menjadi Rp3,28 triliun. Laba bersih TOWR sebesar Rp1,56 triliun, terkoreksi delapan persen dengan pendapatan naik sembilan persen menjadi Rp5,78 triliun.

Proyeksi Saham
Mengamati dari sisi teknikal berdasarkan indikator Moving Average (MA), atau garis rata-rata yang diperoleh dari perhitungan harga saham dalam kurun waktu tertentu, maka potensi penguatan saham emiten menara telko masih terbuka lebar.

Saham MTEL di akhir pekan lalu (18 Agustus 2023) tembus Rp740 sudah melewati MA5 (Rp728), MA10 (Rp715), dan MA20 (Rp691) sehingga terbuka ruang untuk menembus level-level resistance berikutnya.

Maybank Sekuritas merekomendasikan buy atau beli untuk saham MTEL. "MTEL break resistance di Rp695, break level tersebut bepotensi reli menuju level Rp780. Stop loss di level atas Rp 690," tulis analisis teknikal Maybank, pertengahan Agustus 2023 ini.

Sebelumnya, dalam riset 14 Agustus, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyatakan jika saham MTEL mencapai Rp740, yang sudah tercapai pada akhir pekan lalu, maka target berikutnya adalah Rp755. Ketika itu Herditya memberikan rekomendasi buy on weakness mengingat prospek saham MTEL dengan stop loss di bawah Rp665.

Dari indikator MACD (Moving Averages Convergence Divergence) dan Stochastic juga masih mendukung adanya lanjutan penguatan MTEL.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menganalisis saham MTEL berpeluang melaju hingga Rp845 per saham. Jika uji support (batas bawah) Rp690 berhasil lulus dengan aman terkendali, maka MTEL kembali pada uptrend track menuju target Rp760.

Rentang harga berikutnya di Rp790 hingga Rp800 dan Rp840 hingga Rp845. "Advise, average up di atas Rp 705/saham," tulis Liza, dalam analisis 8 Agustus 2023 lalu.

Sedangkan TOWR, meski dalam tren turun dalam sebulan terakhir, sahamnya bergerak di atas MA5 (Rp998), MA10 (Rp982), dan MA20 (Rp998), begitu juga dengan saham TBIG sudah di atas MA5 (Rp2.044), MA10 (Rp2.003), dam MA20 (Rp1.972).

Namun satu sentimen yang dikhawatirkan pasar saat ini adalah ketika BEI mengevaluasi indeks-indeks acuan di BEI, di antaranya Indeks IDX30 dan IDXGrowth30.

Saham TBIG dikeluarkan BEI dari IDX30 periode Agustus 2023-Januari 2024, diganti dengan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), sementara saham TOWR bersama delapan emiten lain juga didepak dari IDXG30 untuk peride Agustus 2023 sampai Februari 2024.

Secara fundamental, Analis Riset MNC Sekuritas Andrew Susilo masih memberikan rekomendasi hold (tahan) untuk saham TOWR dengan target Rp 1.050/saham.

"Tekanan buat TOWR yakni kurs mata uang, high leverage, dan konsolidasi IOH [Indosat Ooredoo Hutchison]. Laba bersih semester I TOWR turun 7,8% menjadi Rp 1,6 triliun, karena peningkatan biaya bunga hingga 23 persen (yoy)," tulis Andrew, dalam riset 3 Agustus 2023 lalu.

Sementara untuk MTEL, analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Leonardo Lijuwardi, mempertahankan rating beli dengan target harga Rp860 dan potensi upside +23,74 persen yang mencerminkan FY-2023 11.5x Forward EV/EBITDA.

"Valuasi MTEL saat ini berada di angka yang cukup menarik dan cukup atraktif di mana saat ini MTEL diperdagangkan di bawah standar deviasi rata-rata EV/EBITDA sejak IPO-nya," ujar Leonardo, dalam riset 8 Agustus 2023.

Hal lain yang mendukung rekomendasi ini adalah pertumbuhan penyewa serta ekspansi terkait tower related business ke depannya seperti segmen FTTT (Fiber To The Tower) dan PTTT (Power To The Tower) serta infrastruktur 5G.

Sebagai salah satu portofolio growth driver terbaru dari MTEL yang cukup disimak adalah perkembangan jaringan fiber.

Saat ini posisi kondisi portofolio selain menara yaitu segmen jaringan fiber tumbuh sangat massif di mana MTEL selama semester I-2023 memiliki 27.269 km (1Q23: 25.509 km QoQ: +6.90%).

Rincian jaringan tersebut yaitu sepanjang 12.769 km berada di pulau Jawa (47 persen) dan 14.500 km berada di luar Jawa (53 persen).

"Selain itu, segmen jaringan Fiber di semester I ini sudah mulai membukukan pendapatan sebesar Rp 86 miliar, di mana kuartal I yaitu Rp34 miliar," tegas Leonardo. (TSA)

SHARE