MARKET NEWS

Minat IPO Masih Tinggi, BEI: Ada 27 Perusahaan dalam Pipeline

Cahya Puteri Abdi Rabbi 21/10/2023 10:29 WIB

BEI mencatat hingga 20 Oktober 2023 sebanyak 27 perusahaan berada dalam pipeline untuk melakukan pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO).

Minat IPO Masih Tinggi, BEI: Ada 27 Perusahaan dalam Pipeline. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 Oktober 2023 sebanyak 27 perusahaan berada dalam pipeline untuk melakukan pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO).

Sementara pada periode yang sama, tercatat 73 perusahaan telah melantai di bursa dengan dana dihimpun mencapai Rp53,1 triliun.

Adapun, perusahaan yang mengantre IPO cukup beragam, baik dari segi aset maupun sektornya. “Sebanyak satu perusahaan memiliki aset berskala kecil atau di bawah Rp50 miliar,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna dalam keterangannya, dikutip Sabtu (21/10/2023).

Di samping itu, sebanyak 15 perusahaan masuk dalam kategori aset berskala sedang atau memiliki total nilai aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar. Serta, 11 perusahaan memiliki aset berskala besar atau di atas Rp250 miliar.

Dari daftar pipeline perusahaan yang akan IPO, sebanyak 4 perusahaan berasal dari sektor bahan baku atau basic materials. Kemudian, 4 perusahaan lainnya berasal dari konsumer siklikal, dari sektor konsumer non siklikal juga terdapat 4 perusahaan.

Pada sektor industri dan infrastruktur juga masing-masing terdapat 4 perusahaan dalam pipeline. Selanjutnya, 3 perusahaan lainnya berasal dari sektor energi dan 3 perusahaan lagi dari sektor teknologi, serta 1 perusahaan dari sektor kesehatan.

Melansir laman e-ipo, saat ini terdapat tiga perusahaan yang tengah memasuki masa penawaran awal atau bookbuilding yakni, PT Kian Santang Muliatama Tbk, PT Agro Bahari Nusantara Tbk, dan PT Mastersystem Infotama Tbk. Sementara satu perusahaan lainnya dalam masa pre-effective yaitu PT Ikapharmindo Putramas Tbk.

OJK menargetkan penghimpunan dana di pasar modal hingga akhir 2023 mencapai Rp200 triliun. Target tersebut turun dari tahun lalu mengingat kondisi tahun ini yang berbeda dengan tahun lalu. OJK menilai situasi ekonomi global saat ini masih penuh ketidakpastian.  

(FRI)

SHARE