MARKET NEWS

Minyak Dunia Tembus Lebih dari USD100 per Barel, Harga BBM Subsidi Bakal Naik?

Fiki Ariyanti 29/11/2023 07:03 WIB

International Moneter Fund (IMF) telah memperingatkan potensi kenaikan harga minyak dunia ke USD150-200 per barel.

Minyak Dunia Tembus Lebih dari USD100 per Barel, Harga BBM Subsidi Bakal Naik? (Foto MNC Media)

IDXChannel - International Moneter Fund (IMF) telah memperingatkan potensi kenaikan harga minyak ke USD150-200 per barel apabila transisi energi tidak berjalan dengan baik. Jika harga minyak tembus seperti proyeksi IMF, bagaimana imbasnya ke harga BBM di Indonesia?

Riset Panin Sekuritas melaporkan, penyebab utama dari keterbatasan pasokan minyak, adalah siklus investasi yang panjang, di mana perlu waktu hingga satu dekade untuk mencapai produksi pertama sejak sumber daya dikonfirmasi. 

Sementara itu, proses penyesuaian pasokan belum mampu merespons peningkatan permintaan dengan cepat dan OPEC hanya mampu perlahan dalam meningkatkan produksi minyaknya, namun kapasitas cadangannya pun terbatas dan sangat berhati-hati agar tidak terjadi kelebihan pasokan. 

"Patut dicermati, kecenderungan produsen untuk mengalihkan modal ke investasi ramah lingkungan. Implikasinya, dengan cadangan minyak yang sangat rendah, maka pasar menjadi sangat sensitif terhadap berita yang berkaitan dengan perubahan pasokan jangka pendek, serta arah kebijakan OPEC," menurut riset tersebut, Selasa (28/11) malam.

Dalam riset itu juga dipaparkan, IMF memperkirakan Asia akan mengalami kenaikan inflasi terbesar akibat kenaikan harga minyak global. Hal ini dikarenakan ketidakpastian akan kestabilan makroekonomi di kawasan emerging akibat potensi defisit transaksi berjalan sejalan porsi impor minyak terhadap neraca perdagangan, dan fluktuasi nilai tukar terhadap USD. 

"Utamanya, dampak kenaikan harga minyak terhadap inflasi, tergantung pada kebijakan pemerintah di negara tersebut, dalam menjaga harga barang dan jasa yang diatur pemerintah," terangnya. 

Untuk Indonesia, menurut riset Panin Sekuritas, kenaikan USD1 per barel untuk minyak Brent akan meningkatkan inflasi sekitar 0,001289% - 0,1541%. Kecenderungannya dorongan terhadap inflasi akan lebih tinggi, saat harga minyak lebih dari USD100 per barel. 

Sementara itu, untuk dampak di global, kenaikan harga minyak global sebesar 10% akan berpotensi meningkatkan headline inflasi sekitar 0,4%, dan kenaikan 0,1% terhadap inflasi inti. 

Dalam 5 tahun terakhir ini, terpantau peningkatan nilai dan porsi impor minyak mentah oleh Indonesia dari global, tertingginya pada 2022, yaitu mencapai sekitar 17,6% (rerata: 12%). 

Sementara itu, pada saat yang bersamaan, nilai tukar rupiah pun turut terdepresiasi ke kisaran Rp15.600 (sebelumnya: Rp14.300).

Riset tersebut menjelaskan, sebagai negara net importer minyak, maka kenaikan harga minyak global akan mendorong kenaikan harga BBM, biaya transportasi, dan listrik. 

"Kecenderungannya pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi jika harga minyak global lebih dari USD100 per barel dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan," proyeksi Panin Sekuritas. 

Sebagai contoh, pada kondisi di 2022 akibat perang Russia – Ukraina, harga minyak naik signifkan dari kisaran USD60 – USD70 per barel dan nilai tukar rupiah melemah ke level Rp15.700 dari kisaran Rp14.300 per USD, sehingga anggaran subsidi dan kompensasi yang perlu diberikan pun melonjak menjadi Rp502,4 triliun (APBN 2022 awal: Rp152,5 triliun).

(FAY)

SHARE