Minyak Naik Tinggi, Deretan Saham Murah Ini Dulang Cuan
Harga minyak mentah dunia sedang panas-panasnya akhir-akhir ini dan berpeluang menguji level USD100 per barel.
IDXChannel – Harga minyak mentah dunia sedang panas-panasnya akhir-akhir ini dan berpeluang menguji level USD100 per barel. Sejumlah saham emiten produsennya di RI berpeluang mendapatkan katalis positif.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melompat ke atas USD95 per barel untuk pertama kalinya sejak Agustus tahun lalu. WTI berada di USD94,60 per barel, naik 92 sen, atau 1% pada Kamis (28/9), sekitar pukul 08.00 WIB.
Sementara, minyak jenis Brent naik 77 sen, atau 0,8%, menjadi USD97,32 per barel setelah mencapai level yang tidak pernah ditembus sejak November lalu.
Harga minyak mentah terus melanjutkan tren penguatan seiring penurunan tajam stok minyak di Amerika Serikat (AS) yang turut menambah kekhawatiran akan ketatnya pasokan global akibat pemotongan produksi OPEC+.
Saham emiten keluarga Panigoro PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga terus uptrend. Pada Rabu (27/9), harga saham MEDC terbang 8,58 persen ke Rp1.645 per saham, rebound usai ambles 7,62 persen saat pasar turun tajam pada Rabu (26/9).
Dalam sepekan, saham MEDC naik 4,78 persen dan dalam sebulan melejit 53,02 persen.
Secara valuasi, saham MEDC masih terbilang murah dengan rasio harga saham dibandingkan dengan laba perusahaan atau rasio price-to earning (P/E) 8,36 kali. Angka ini di bawah aturan umum 10-15 kali.
Saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan emiten grup Bakrie PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga menguat masing-masing 4,11 persen dan 2,96 persen sepekan. Dalam sebulan, keduanya naik 9,35 persen dan 14,88 persen.
Valuasi P/E AKRA berada di area wajar (14,8 kali), sedangkan ENRG terbilang lebih murah (8,64 kali). (Lihat tabel di bawah ini.)
Harga minyak yang naik dapat meningkatkan pendapatan produsen migas. Ketika harga minyak mentah naik, produsen migas dapat menjual minyak mereka dengan harga yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan pendapatan dan laba mereka.
Jika pemotongan produksi OPEC+ berlanjut atau bahkan diperluas, hal ini dapat mengurangi pasokan minyak mentah di pasar global. Dengan penurunan pasokan, harga minyak cenderung naik, yang menguntungkan produsen minyak.
Dengan kenaikan pendapatan dan laba, serta prospek yang lebih baik untuk industri migas, saham produsen migas mungkin akan mengalami peningkatan nilai. Ini dapat menarik investor dan mendorong harga saham naik.
Hanya saja, penting untuk diingat bahwa industri migas juga dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya, termasuk fluktuasi mata uang, kebijakan energi global, dan gejolak geopolitik. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.