MARKET NEWS

Mirae Asset Sarankan Investor Aktif Bertransaksi di Saham Berfundamental Kuat, Ini Penyebabnya

Shifa Nurhaliza Putri 11/08/2024 06:32 WIB

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai bahwa saat ini pergerakan pasar saham global di beberapa negara menjadi acuan pasar saham dalam sepekan terakhir.

Mirae Asset Sarankan Investor Aktif Bertransaksi di Saham Berfundamental Kuat, Ini Penyebabnya. (Foto: MNC Group)

IDXChannel - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai bahwa saat ini pergerakan pasar saham global di beberapa negara menjadi acuan pasar saham dalam sepekan terakhir. Mirae Asset menyarankan sebaiknya investor bertransaksi aktif jangka pendek pada saham-saham berfundamental kuat serta memperhatikan kondisi makroekonomi serta pergerakan pasar saham global yang volatilitasnya sedang tinggi. 

“Salah satu cara memperhatikan sisi fundamental tersebut, investor dan trader perlu memantau laporan keuangan emiten di bursa yang akan segera menyampaikan laporan keuangan kuartal II/2024. Investor juga bisa memanfaatkan momentum, mengoleksi saham berfundamental kuat ketika pasar terkoreksi,” ujar Roger MM, Head of Investment Solution Mirae Asset, dalam Media Day: August 2024 beberapa waktu lalu.

Untuk saham berfundamental kuat, dia mengatakan Mirae Asset masih merekomendasikan 9 saham pilihan  yaitu ACES, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, CPIN, MAPI, MYOR, dan TLKM dengan prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga tahun ini pada 7.585.

Roger menuturkan saat ini volatilitas yang tinggi ditunjukkan dari pergerakan hebat, baik naik maupun turun, di pasar saham di hampir seluruh belahan dunia. Pergerakan pasar saham global tersebut terutama di beberapa negara acuan dalam sepekan terakhir.

“Pergerakan itu juga terkait dengan ketidakpastian ketika ada ancaman resesi di AS, sehingga membuat mata uang dolar AS dan harga emas dunia meningkat,” kata Roger menjelaskan.

Untuk menghindari ancaman resesi tersebut, lanjutnya, probabilitas Bank Sentral AS yaitu The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuannya yaitu Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25-50 basis poin (bps) pada September dan secara total akan memangkasnya maksimal 125 bps hingga akhir tahun ini. Besaran 100 bps setara dengan 1 persen. 

Faktor lain yang akan mempengaruhi kondisi perekonomian dan pasar saham global, lanjutnya, adalah potensi ketidakpastian jika Donald Trump menjadi presiden, perlambatan ekonomi AS dan China, dan tensi geopolitik terutama di Timur Tengah.

Meskipun mengalami volatilitas yang tinggi di tingkat global, di dalam negeri dia meyakini kondisi makroekonomi dan pasar modal masih akan kondusif. Bank Indonesia, tuturnya, dinilai memiliki ruang penurunan suku bunga acuan (BI Rate) hingga 50 bps pada akhir tahun atau menjadi 5,75 persen dari posisi saat ini 6,25 persen. 


(Shifa Nurhaliza Putri)

SHARE