MARKET NEWS

Nasib Rupiah Pekan Depan di Tengah Penantian Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Anggie Ariesta 30/11/2024 09:03 WIB

Menebak arah Rupiah pekan depan di tengah penantian penurunan suku bunga The Fed.

Nasib Rupiah Pekan Depan di Tengah Penantian Pemangkasan Suku Bunga The Fed (foto mnc media)

IDXChannel - Rupiah pekan depan diproyeksi bergerak menguat seiring dengan beberapa sentimen global, termasuk pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell.

“Mata uang Rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.750-Rp15.850 per USD," kata Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi dalam risetnya, Sabtu (30/11/2024).

Kinerja Rupiah sepekan atau periode 25-29 November 2024 menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) atau USD.

Mengutip data Bloomberg, Sabtu (30/11), rupiah spot pekan ini ditutup menguat 0,18 persen pada level Rp15.847 per USD. Mata uang Garuda berakhir menguat 0,15 persen dalam sehari pada perdagangan Jumat (29/11).

Sementara itu, Rupiah berdasarkan kurs tengah Jisdor Bank Indonesia (BI) dalam sepekan melemah 0,34 persen dan dalam sehari ditutup naik 0,05 persen pada level Rp15.856 per USD.

Rupiah diperkirakan bergerak volatil seiring ramainya rilis data ekonomi dan tenaga kerja pada pekan depan.

Ibrahim menuturkan, penguatan Rupiah juga disebabkan oleh sentimen eksternal, yaitu pasar mempertahankan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan tetap memangkas suku bunga pada Desember 2024.

Prediksi pemangkasan suku bunga The Fed di Desember terus berlanjut meskipun data terbaru menunjukkan ketahanan inflasi AS. Sementara pejabat Fed mendukung pelonggaran suku bunga secara bertahap.

Namun, prospek jangka panjang untuk suku bunga AS tidak pasti, mengingat inflasi masih jauh di atas target Fed sebesar 2 persen.

"Kebijakan ekspansif di bawah Trump juga diharapkan akan mendukung inflasi dan suku bunga. Sejumlah pejabat Fed, termasuk Gubernur Fed Jerome Powell akan memberikan pidato minggu depan, sebelum keputusan suku bunga pada Desember," kata Ibrahim.

Ibrahim menyoroti sentimen internal, di mana masyarakat mengingatkan agar pemerintah berhati-hati membuat regulasi terkait kenaikan PPN menjadi 12 persen karena kondisi ekonomi global saat ini sedang tidak baik-baik saja, sehingga akan berpengaruh terhadap menurunkan daya beli masyarakat.

(Fiki Ariyanti)

SHARE