MARKET NEWS

Nasib Saham Consumer Goods saat Daya Beli dan Keyakinan Konsumen Lesu

Maulina Ulfa 15/07/2024 17:05 WIB

Kemampuan daya beli masyarakat kalangan bawah tertekan pada kuartal II-2024.

Nasib Saham Consumer Goods saat Daya Beli dan Keyakinan Konsumen Lesu. (Foto:

IDXChannel - Kemampuan daya beli masyarakat kalangan bawah tertekan pada kuartal II-2024.

Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia pada Juni 2024 turun menjadi 123,3 dari level sebelumnya 125,2 pada Mei 2024.

Ini merupakan angka terendah sejak Februari 2024 di mana hampir seluruh enam sub-indeks memburuk.

Riset Mirae Asset Sekuritas memberi outlok sektor konsumen tetap netral karena tantangan ekonomi dan belanja konsumen yang lemah.

“Pertumbuhan pasca Idul Fitri melambat, dampak kampanye pemilu minimal. Keseluruhan, perusahaan konsumen akan menghasilkan pertumbuhan serupa di tengah tantangan ekonomi yang sedang berlangsung,” tulis analis Mirae Asset Sekuritas Abyan H. Yuntoharjo dikutip Senin (15/7/2024).

Secara spesifik, konsumen dengan pengeluaran Rp1-Rp3 juta mengalami penurunan daya beli yang cukup signifikan dalam dua bulan terakhir.

Bagi masyarakat dengan pengeluaran Rp1-Rp2 juta terpantau menunjukkan IKK sebesar 109,2 atau posisi terendah sejak September 2023. Sedangkan masyarakat dengan pengeluaran Rp2,1-Rp3 juta menunjukkan IKK sebesar 118,5 atau terendah sejak Desember 2023.

Lesunya konsumsi masyarakat ini dikhawatirkan berdampak pada kinerja sejumlah emiten konsumer, seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) , PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk  (UNVR), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), hingga PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY).

Data hingga 15 Juli 2024, saham CMRY menunjukkan kinerja paling moncer secara year to date (YTD) dengan kenaikan 22 persen di level Rp4.890 per saham. (Lihat grafik di bawah ini.)

Menurut Mirae, sektor konsumen tumbuh moderat pada semester I-2024, meskipun ada tekanan ekonomi.

Namun demikian, pertumbuhan kuartal kedua diperkirakan akan melambat dari hasil kuartal pertama yang belum terlihat.

“MYOR, CMRY, dan AMRT mungkin memiliki kinerja lebih baik karena ekspor, pemasaran, dan ketahanan di tengah tantangan,” tulis analis Mirae Abyan H. Yuntoharjo dalam catatannya.

Mirae Sekuritas menambahkan, sektor ini secara historis tumbuh 10-13 persen per tahun dalam 7 tahun terakhir.

Sepanjang tahun ini, sektor konsumer (consumer goods) terbebani oleh volatilitas bahan baku dan biaya input produksi yang tinggi yang dapat menyebabkan berkurangnya pengeluaran untuk melindungi margin pendapatan.

Di samping itu, depresiasi rupiah sejak Maret karena kuatnya perekonomian Amerika Serikat juga berdampak pada sektor konsumen melalui kerugian nilai tukar yang bisa dialami oleh dua emiten milik konglomerasi Grup Salim, yakni ICBP, INDF imbas biaya impor bahan baku yang lebih tinggi.

“Meskipun terjadi peristiwa besar, menurut pandangan kami, sebagian besar perusahaan di sektor ini berkinerja buruk. Margin terhimpit oleh fluktuasi harga bahan mentah dan pelemahan rupiah,” kata Abyan.

Kebijakan pemerintah dan pemilu juga dapat berdampak signifikan pada sektor konsumen.

Sementara program bantuan sosial (bansos) dan adanya pemilu daerah disebut bisa menjadi katalis positif dalam jangka pendek.

Selain itu, transisi kepemimpinan baru juga mungkin akan menarik investasi asing namun juga mendatangkan iklim ketidakpastian kebijakan, misalnya program makan siang gratis dan potensi pajak minuman manis.

Selain itu, ada juga kenaikan PPN yang akan datang dan potensi pemotongan subsidi bahan bakar yang dapat meningkatkan biaya bagi konsumen dan perusahaan.

“Secara keseluruhan, arahan pemerintah mungkin menggeser pola konsumsi ke bisnis makanan yang lebih kecil dan menjauhi barang kemasan,” kata Abyan.

Ini membuat perusahaan konsumen non-siklus menghadapi lingkungan yang menantang dengan prospek pertumbuhan yang terbatas.

Selain itu, konsumen kini memprioritaskan pembelian barang-barang penting dan menahan belanja karena tekanan ekonomi, sehingga mengurangi pengeluaran hal-hal yang bersifat diskresioner dan semakin menghambat pertumbuhan sektor ini.

“Kami mempertahankan pandangan netral mengenai sektor konsumen. Analisis kami terhadap data keuangan pertengahan tahun menunjukkan pertumbuhan sektor yang moderat dan berada pada kisaran satu digit pada semester pertama. Namun, tekanan ekonomi yang ada telah mengurangi belanja konsumen sehingga membatasi kinerja sektor secara keseluruhan,” kata Abyan.

Abyan juga mengingatkan pertumbuhan pada kuartal kedua 2024 diperkirakan akan melambat.

Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan tertentu seperti MYOR diproyeksi akan memperoleh manfaat dari eksposur ekspor.

Sementara CMRY dapat bertahan didorong oleh pemasaran yang agresif dan peluncuran inovasi produk baru) dan AMRT masih menunjukkan ketahanan ekonomi dan mungkin sejalan atau melebihi ekspektasi para analis. (ADF)

SHARE