Nvidia Bikin Riuh Wall Street, Investor Tak Peduli Valuasi Mahal
Booming kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) terus memicu tahun yang sukses bagi perusahaan produsen chip asal Amerika Serikat (AS) Nvidia Corp.
IDXChannel - Booming kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) terus memicu tahun yang sukses bagi perusahaan produsen chip asal Amerika Serikat (AS) Nvidia Corp. Saham Nvidia (NVDA) sempat melonjak hingga 9 persen pada Rabu (23/8/2023).
Kenaikan ini setelah perusahaan yang berbasis di Santa Clara, California ini membukukan pertumbuhan penjualan secara tahunan (year on year/YoY) sebesar 101 persen, menjadi USD13,5 miliar untuk tiga bulan yang berakhir pada Juli. Angka ini menjadi rekor baru untuk perusahaan.
Laba bersih NVDA juga meroket tercatat sebesar USD6,19 miliar, melonjak 843 persen secara year on year (yoy). (Lihat tabel di bawah ini.)
Berdasarkan segmen, Nvidia melaporkan pendapatan pusat data (data center) sebesar USD10,3 miliar dan pendapatan dari game sebesar USD2,5 miliar, melampaui perkiraan masing-masing sebesar USD8 miliar dan USD2,4 miliar.
Perusahaan yang dipimpin Jensen Huang ini juga mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai USD25 miliar.
“Era komputasi baru telah dimulai,” kata CEO Nvidia Jensen Huang dalam sebuah pernyataan.
Kesuksesan NVDA juga mendorong perlombaan AI pada sektor tekno di mana banyak perusahaan dari semua kalangan terjun ke dalam pengembangan teknologi ini dengan harapan dapat mengambil keuntungan dari kegilaan AI.
Pada Juli lalu, misalnya, CEO Tesla (TSLA) Elon Musk mengatakan perusahaannya akan menggunakan perangkat keras Nvidia.
“Rasa hormat yang luar biasa terhadap (CEO) Jensen (Huang) dan Nvidia. Mereka telah melakukan pekerjaan luar biasa,” kata Musk.
Valuasi Tinggi, Kenapa Masih Dijagokan?
Kegilaan terhadap AI mulai memuncak pada November 2022 ketika OpenAI meluncurkan aplikasi AI generatifnya, ChatGPT.
Meskipun kecerdasan buatan telah ada selama beberapa waktu, popularitas ChatGPT sebagai salah satu aplikasi dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah menempatkan teknologi ini dalam radar Wall Street.
Sejak itu, perusahaan teknologi mulai dari Microsoft (MSFT) dan Google (GOOG, GOOGL) hingga Meta (META) telah memulai debutnya untuk mengembangkan perangkat lunak AI generatif mereka sendiri.
Saat ini, kapitalisasi pasar NVDA mencapai USD1,16 triliun, sebuah ukuran yang sejajar dengan raksasa tekno lainnya seperti Apple Inc (AAPL), Google, hingga Microsoft.
Saham Nvidia meroket 229,47% di level USD471,63 sepanjang tahun ini secara year to date (ytd). (Lihat grafik di bawah ini.)
Secara ukuran price to earnings ratio (PER), NVDA memiliki PER 244 kali yang artinya valuasi saham NVDIA masih terlalu mahal.
Padahal, jika dibandingkan dengan competitor, misalnya AMD yang memiliki PER 57,29 per 23 Agustus 2023. Sementara pembuat chip semi konduktor lainnya, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company Ltd. (TSM) memiliki PER hanya 15,38 kali.
Adapun saingan lainnya, Intel, memiliki rasio PE negatif 148.
Saat membeli saham, memperkirakan kelangsungan usahanya di masa depan juga menjadi penting. Sementara harga saham biasanya mencerminkan potensi pertumbuhan ini.
Intinya, investor bersedia membayar lebih untuk sebuah perusahaan daripada nilainya saat ini.
Salah satu cara untuk mengukur fenomena ini adalah dengan membandingkan harga saham perusahaan dengan ukuran fundamental, seperti pendapatan atau penjualan.
Jika memakai rumus Warren Buffett, ia cenderung mencari saham yang diperdagangkan dengan harga murah dibandingkan dengan nilai dasarnya. Ini merupakan strategi yang dikenal sebagai investasi nilai.
Nilai PER Nvidia dan berdasarkan pendapatan dan penjualan, Nvidia hadir dengan banderol harga yang lebih tinggi dibandingkan sejumlah saham blue chip teknologi lainnya. (ADF)