MARKET NEWS

OJK: 123 Perusahaan Antre IPO, Total Dana Diperkirakan Rp59,68 Triliun

Dinar Fitra Maghiszha 02/04/2024 13:59 WIB

OJK juga memperkirakan nilai indikatif penghimpunan dana mencapai Rp59,68 triliun.

OJK menyebut 123 perusahaan masuk dalam pipeline initial public offering atau IPO (MNC Media)

IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut 123 perusahaan masuk dalam pipeline initial public offering (IPO) atau penawaran umum perdana. Jumlah ini mencakup seluruh instrumen investasi mulai dari efek bersifat ekuitas atau saham hingga surat utang atau obligasi dan/atau sukuk.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon dan Anggota Dewan Komisioner OJK, Inarno Djajadi, memprakirakan nilai indikatif penghimpunan dana mencapai Rp59,68 triliun.

"Antusiasme penghimpunan dana di pasar modal juga masih terlihat. Masih terdapat 123 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp59,68 triliun," kata Inarno dalam Konferensi Pers, Selasa (2/4/2024).

Dia menambahkan, hingga 28 Maret 2024, terdapat 15 emiten yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai penghimpunan dana mencapai Rp48 triliun.

Inarno juga mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di zona hijau sebesar 0,22% per 28 Maret 2024. Adapun kapitalisasi pasar saham juga tumbuh 0,15% mencapai Rp11.692 triliun.

Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham juga tercatat Rp10,98 triliun year to date.

Sementara itu Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan jika saat ini kondisi perekonomian dan pasar keuangan keuangan global cukup kondusif yang secara umum lebih baik daripada ekspektasi semula.

"Namun, perkembangan geopolitik global masih perlu dicermati seiring peningkatan ketegangan di Timur Tengah dan Ukraina yang berpotensi membawa dampak kepada kondisi perekonomian global," kata Mahendra.

Di Amerika Serikat, kinerja ekonomi terlihat solid dan di atas ekspektasi sebelumnya, namun inflasi masih cenderung sticky atau belum berubah dibandingkan sebelumnya. Selain itu, The Fed pada FOMC meeting Maret 2024 merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi Amerika secara cukup signifikan diiringi kenaikan perkiraan inflasi.

"Meski demikian, The Fed, yaitu Bank Sentral Amerika Serikat, tetap mempertahankan rencana penurunan tingkat suku bunga nya atau Federal Fund Rate, FFR, sebesar 75 basis point di tahun 2024 ini," katanya.

Likuiditas diperkirakan juga akan lebih seiring rencana The Fed mengurangi laju partitive tightening.  Di Tiongkok, rilis beberapa kinerja ekonomi seperti penjualan retail, kenaikan impor, dan tingkat inflasi di atas ekspektasi pasar dengan kebijakan fiskal dan moneter tetap akomodatif. 

Dari sisi domestik, perekonomian Indonesia, inflasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan harga pangan. Namun, inflasi inti terjaga stabil, menghentikan tren penurunan sejak akhir 2022. 

"Hal ini diharapkan menjadi indikasi pemulihan permintaan ke depan. Indikasi awal pemulihan konsumsi domestik juga terlihat dari peningkatan impor barang konsumsi yang cukup berharga, ini juga signifikan pada Februari 2024," katanya.

(NIY)

SHARE