OJK Beberkan Kondisi IHSG, Mampu Cetak Rekor meski Asing Keluar
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, kinerja pasar modal tahun ini sangat positif meski sempat volatil pada 3-4 bulan pertama.
IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, kinerja pasar modal tahun ini sangat positif meski sempat volatil pada 3-4 bulan pertama. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) meski investor asing keluar dari bursa.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan, pada 14 Agustus 2025, IHSG mencetak level tertinggi sepanjang masa. Capaian ini mencerminkan pemulihan setelah indeks tertekan, terutama pada awal April 2025.
"Sekalipun pada awal tahun ini maupun pada kuartal kedua terjadi volatilitas tinggi pada pasar modal, namun perkembangan terakhir dapat kami laporkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan mencapai all time high sepanjang sejarah per 14 Agustus 2025," katanya dalam rapat bersama Komisi XI DPR di Jakarta, Jumat (22/8/2025).
"Menunjukkan bahwa volatilitas yang terjadi tadi sudah kembali menuju pada stabilitas bahkan juga mendukung kepada pertumbuhan di kapitalisasi pasar yang juga telah mencapai tingkat tertingginya pada tanggal yang sama di besaran Rp14.327 triliun," kata Mahendra.
Capaian ini, kata dia, terjadi di tengah keluarnya dana asing (capital outflow) hingga Rp55,18 triliun. Investor asing lebih memilih berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) dengan dana masuk (capital inflow) Rp71,83 triliun di periode yang sama.
Mahendra mengatakan, jumlah investor pasar modal juga terus meningkat, terutama ritel. Saat ini, jumlah investor pasar modal mencapai 17,41 juta dengan kepemilikan investor lokal mendekati 55 persen.
"Dilihat dari segi yield untuk surat utang pemerintah maupun juga dari segi peningkatan nilai indeks saham dapat disampaikan bahwa untuk Indonesia yang memiliki Sovereign Rating BBB (stable) sangat menjanjikan dengan imbal hasil yang menarik," ujarnya.
Menurut Mahendra, daya tarik pasar keuangan Indonesia masih kuat jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini terlihat dari imbal hasil SBN 10 tahun yang berada di level 6,39 persen per Agustus 2025 sementara return saham mencapai 11,56 persen.
"Sekalipun demikian jika dilihat dari nilai Price to Earning Ratio (PER) untuk 2025 Indonesia tetap yang paling menarik karena masih sangat undervalued," kata Mahendra.
(Rahmat Fiansyah)