MARKET NEWS

OJK Sebut Inflasi hingga Kebijakan AS Bakal Jadi Penentu Gerak IHSG 2025

Cahya Puteri Abdi Rabbi 30/12/2024 13:44 WIB

OJK mengungkapkan sejumlah tantangan perekonomian yang akan berdampak pada pergerakan IHSG tahun depan.

OJK mengungkapkan sejumlah tantangan perekonomian yang akan berdampak pada pergerakan IHSG tahun depan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan sejumlah tantangan perekonomian yang akan berdampak pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun depan. Risiko tersebut mulai dari inflasi hingga kebijakan Amerika Serikat (AS) di tangan presiden baru, Donald Trump.

Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Aditya Jayaantara menjelaskan, kondisi ekonomi ke depan masih cukup menantang karena banyak faktor ketidakpastian seperti inflasi, suku bunga bank sentral, geopolitik, hingga kebijakan ekonomi AS.

"Di tahun 2025 sejumlah tantangan tersebut memang perlu diantisipasi,” kata Aditya dalam Konferensi Pers Peresmian Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2024 di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12/2024).

Pada tahun ini, berbagai ketidakpastian berdampak pada pertumbuhan di banyak negara. Namun, kata Aditya, ekonomi Indonesia masih menunjukkan kinerja yang positif dan relatif stabil. Pada kuartal III-2024, pertumbuhan ekonomi domestik mencapai 4,95 persen secara tahunan.

Sejalan dengan itu, pasar modal domestik dinilai stabil dan berhasil melewati momentum yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian seperti pelaksanaan Pemilu Presiden dan Pilkada serentak. IHSG bergerak cukup dinamis sepanjang tahun ini di mana indeks utama di BEI itu melemah 3,25 persen ke level 7.036 per 27 Desember 2024.

Meski melemah, kata Aditya, indeks bergerak dinamis di mana meski melemah sejak awal tahun (year-to-date/ytd), IHSG sempat menyentuh level tertingginya tahun ini pada 19 September lalu saat menyentuh rekor all time high (ATH) di level 7.905.

“Kinerja pasar modal domestik dalam perjalanan satu tahun terakhir ini menunjukkan resiliensi yang cukup tinggi di tengah tantangan global yang juga dinamis,” ujar Aditya.

Sementara itu, nilai kapitalisasi pasar (market cap) hingga 27 Desember 2024 tercatat Rp12.264 triliun, naik 5,05 persen dibandingkan 29 Desember 2023 lalu yang sebesar Rp11.674 triliun.

Dari pasar surat utang, indeks pasar obligasi atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) per 27 Desember 2024 ditutup di level 392,36, tumbuh 4,74 persen dari 29 Desember 2023 lalu yang berada di level 374,61.

Adapun, penghimpunan dana di pasar modal hingga 27 Desember tercatat sebesar Rp251,04 triliun dari 187 penawaran umum dengan 35 di antaranya merupakan emiten baru. Secara rinci, sebanyak 34 merupakan emiten saham dan 1 lainnya merupakan emiten Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS).

“Itu menjadi bukti nyata kepercayaan terhadap pasar modal Indonesia terus menguat,” ujar Aditya.

Jumlah investor pasar modal Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan. Per 24 Desember 2024, jumlah Single Investor Identification (SID) tumbuh 21,77 persen menjadi 14,82 juta SID dari sebelumnya 12,17 juta SID pada 2023 lalu. 

"Pertumbuhan jumlah investor merupakan hasil dari keberhasilan inklusi keuangan yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan," katanya.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE