Operator Telko Divestasi Menara, MTEL Ketiban Berkah
Perubahan strategi perusahaan operator telekomunikasi mendatangkan banyak berkah bagi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau MItratel.
IDXChannel- Perubahan strategi perusahaan operator telekomunikasi mendatangkan banyak berkah bagi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau MItratel. Anak usaha Group Telkom ini dinilai paling siap memanfaatkan momentum tersebut.
Perubahan strategi itu terkait pengelolaan aset menara dan fiber optik. Yang paling anyar adalah pelepasan 54 menara milik PT XL Axiata Tbk (EXCL) ke Mitratel. Kedua pihak mengumumkan transaksi pada awal pekan ini. Penjualan menara ini disertai dengan penyewaan kembali dari MTEL ke EXCL.
Puluhan menara milik XL ini berlokasi di Sumatera bagian utara, Sumatera bagian tengah, Sumatera bagian selatan, Jabo, Jabar, Jateng, Jatim, Balnus, Kalimantan, Sulawesi. Hal ini semakin meneguhkan posisi MTEL sebagai raja menara dengan jangkauan paling luas di luar area pulau Jawa.
Selain menampung menara milik XL, MTEL juga mengakuisisi 40 menara milik dua perusahaan lainnya. Dari akuisisi tersebut perseroan mendapatkan 65 tenant baru.
Analis menilai tren divestasi menara dan fiber milik operator telko ke perusahaan menara akan terus berlanjut. Pasalnya, dengan bisnis model seperti ini, operator telko bisa terus ekspansif tanpa perlu repot membangun infrastruktur dan memikirkan biaya perawatannya. Mereka cukup bayar sewa dan berbagi menara dengan pemain lain (kolokasi).
Selain lebih efisien dari sisi biaya, perusahaan operator telko bisa lebih fokus meningkatkan kualitas layanan ke para pelanggan. “MTEL paling siap menampung lungsuran menara dan fiber optik milik operator telko. Selain arus kasnya sangat kuat, MTEL juga punya ruang mencari pendanaan eksternal,” kata Andrew Susilo Analis MNC Sekuritas.
Andrew menilai kemampuan MTEL untuk menarik utang masih tinggi mengingat struktur neraca yang dimiliki oleh perseroan.“Gearing ratio MTEL masih sangat rendah jika dibandingkan dengan kompetitornya, debt to equity MTEL di bawah 1x sementara yang lain sudah mencapai 2x. Karena leverage-nya masih rendah MTEL punya fleksibilitas untuk menarik utang baik untuk ekspansi maupun memperbaiki struktur modal” kata Andrew.
Di sisi lain Andrew juga menilai dengan kinerja yang solid dan terus tumbuh membuat MTEL mampu meraih pendanaan dengan biaya yang murah.
“MTEL punya rating investment grade (AAA), saat ini instrument utang jangka pendek untuk tenor 1 tahun dengan rating yang sama bunganya sebesar 6,0-6,6%. Kalau MTEL dapat 6,2% masih termasuk kompetitif tetapi juga low cost.” Tambah Andrew.
Analis IndoPremier Sekuritas Giovanni Dustin dan Michelle Nugroho juga turut menyoroti struktur neraca MTEL. Keduanya menilai bahwa MTEL memiliki ruang ekspansi paling lebar dibandingkan kompetitor.
“Mengingat kapasitas neracanya [MTEL] yang besar dibandingkan dengan perusahaan menara lainnya (net debt/EBITDA sebesar 1,8x vs. TBIG/TOWR 4,5/4,3x), kami yakin bahwa MTEL berpotensi menjadi konsolidator industry utama” tulis Giovanni dan Michelle dalam risetnya.
Untuk diketahui, hingga semester I-2023 MTEL memiliki total utang mencapai Rp 15,6 triliun dan kas setara kas Rp 3,8 trilun sehingga utang bersihnya mencapai Rp 11,8 triliun.
Utang bersih MTEL tersebut setara dengan 1,79x dari EBITDA perseroan yang mana jauh lebih rendah dari kovenan bank yang mensyaratkan batas 5x dan rasio utang bersih terhadap EBITDA kompetitor yang mencapai 5,12x di saat yang sama.
Sebelumnya Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis mengatakan anak usaha Telkom Group ini memiliki kapasitas untuk mendominasi pesanan kolokasi baru dari perusahaan telekomunikasi yang ingin melakukan ekspansi di wilayah luar Jawa karena keunggulan time-to-market, dan memonopoli area.
Didorong oleh penambahan tenant kolokasi, Niko menjabarkan bahwa MTEL mampu melakukan diversifikasi pendapatan sehingga tidak hanya mengandalkan dari sister company Telkomsel. Salah satu bentuk diversifikasi, pendapatan MTEL dari Indosat Ooredoo Hutchison mencapai 22% dari total pendapatan pada kuartal II-2023.