MARKET NEWS

Pasar Saham RI Loyo, Cek Saham ‘Defensif’ agar Tetap Cuan

Melati Kristina - Riset 16/03/2023 15:31 WIB

Pasar saham Tanah Air sedang downtrend, sehingga investor perlu mencermati sektor defensif untuk tetap cuan di situasi seperti sekarang.

Pasar Saham RI Loyo, Cek Saham ‘Defensif’ agar Tetap Cuan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Pasar saham Tanah Air sedang berada di masa downtrend sepanjang 2023. Untuk itu, investor perlu mencermati sektor defensif untuk tetap cuan di situasi seperti sekarang ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali merosot bahkan mencapai level psikologis 6.500 pada Kamis (16/3).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan sesi II, Kamis (16/3), IHSG berada di level 6.565,73 atau merosot sebesar 0,94 persen. Bahkan, dalam dua pekan, IHSG sudah anjlok dari level psikologis 6.800 ke level 6.500.

Di samping itu, anjloknya IHSG juga disertai dengan merosotnya nilai transaksi harian di bursa saham Tanah Air.

Tercatat, likuiditas perdagangan IHSG secara year to date (YTD) mencapai Rp10 triliun, yaitu merosot tajam dibanding rata-rata transaksi harian pada 2022 yang mencapai Rp14,7 triliun.

Menurut riset RHB Sekuritas bertajuk “Market Strategy: Be Defensive Now, Focus on Cyclical Sector in 2H” yang diterbitkan pada Selasa (14/3), nilai transaksi harian IHSG turun karena investor sedang wait and see.

“Kami percaya kebijakan The Fed dalam menaikkan suku bunga di atas dari perkiraan sebelumnya berkontribusi pada penurunan likuiditas perdagangan IHSG karena pasar cenderung menunggu keputusan The Fed sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi dalam jumlah besar,” tulis riset tersebut.

RHB Sekuritas juga mencatat, kembalinya mekanisme symmetric circuit brake di BEI dapat menyebabkan saham lebih fluktuatif.

Kendati demikian, sekuritas ini masih yakin bahwa investor asing akan mencatatkan pembelian bersih atau net buy pada saham-saham Tanah Air pada bulan Maret meskipun potensi lego atau net sell masih tetap ada.

Melihat kondisi pasar saham yang fluktuatif di tengah ketidakpastian ekonomi global, RHB Sekuritas menganjurkan investor untuk bersandar pada sektor defensif dalam jangka pendek.

“Sektor defensif seperti bahan pokok konsumen, telekomunikasi, dan bank memiliki kinerja yang lebih baik dalam jangka pendek, karena volatilitas pasar yang meningkat,” tulis RHB Sekuritas.

Selain itu, sekuritas ini juga merekomendasikan sektor lainnya, seperti otomotif yang menawarkan peluang menarik di tengah hype kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang akan meningkatkan industri manufaktur otomotif.

Sementara, untuk jangka panjang, RHB Sekuritas memilih sektor siklis seperti semen, ritel, dan pertambangan logam.

“Kami juga tetap optimis pada bisnis nikel karena potensi meningkatnya penjualan pasca pembukaan kembali perekonomian China hingga meningkatnya permintaan baterai untuk EV,” kata riset tersebut.

Di samping itu, RHB Sekuritas menyebutkan bahwa pada semester II-2023, saham counter cyclical di atas cenderung mencatatkan kinerja yang sangat baik.

Informasi saja, saham counter cyclical merupakan jenis saham yang paling stabil saat kondisi ekonomi bergejolak karena tidak terpengaruh oleh situasi ekonomi makro.

Dengan potensi di atas, RHB Sekuritas percaya IHSG akan kembali menyentuh level psikologis di atas 7.000.

“Kami mempertahankan target IHSG pada akhir 2023 berada di level 7.450,” kata RHB sekuritas dalam risetnya.

Saham Pilihan di Sektor Defensif

Selain menyebutkan sektor-sektor yang kebal terhadap kondisi perekonomian yang tidak pasti, RHB Sekuritas juga menyebutkan sejumlah saham pilihan di sektor ini.

Di sektor perbankan, RHB Sekuritas memilih PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebagai pilihan utama.

Menurut riset tersebut, BBRI memiliki manajemen risiko yang mengungguli emiten perbankan lain. Selain itu, pembayaran dividen emiten lebih menguntungkan dengan komitmen manajemen dalam memberikan dividen hingga 70 persen dari laba bersih selama 3-4 tahun mendatang.

Sementara, untuk BBNI, RHB Sekuritas menyukai emiten ini karena dapat membukukan pertumbuhan pendapatan yang kuat pada tahun 2023.

“Ini didukung oleh pinjaman yang sehat dan provisi lebih rendah,” tulis RHB Sekuritas.

Sedangkan, di sektor tambang nikel, RHB Sekuritas memilih PT Vale Indonesia Tbk atau INCO karena potensi peningkatan kinerja dari normalisasi produksi nkel matte yang didukung oleh harga komoditas yang menguat pada semester II-2023.

“Kami berharap peningkatan kinerjanya akan berkelanjutan dengan proyeksi output yang lebih baik dan marjin yang lebih stabil dari biaya bakar lebih rendah, terutama didorong pertumbuhan permintaan baterai EV,” kata riset tersebut.

Di sektor konsumen, RHB Sekuritas memilih PT Mayora Indah Tbk (MYOR) karena kemampuan emiten dalam memanfaatkan pembukaan perekonomian di dalam maupun luar negeri.

Selain itu, pemulihan marjin yang kuat dari penurunan harga komoditas dan kenaikan harga yang masif pada 2022 serta depresiasi rupiah pada semester I-2023 bisa menjadi katalis positif bagi emiten ini.

Terakhir, RHB Sekuritas memilih saham emiten semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan emiten otomotif PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) sebagai saham unggulan di sektor defensif.

Menurut sekuritas ini, INTP berhasil mendapatkan pasokan batu bara dengan harga Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 25 persen dari konsumsi 2023 yang menguntungkan bagi  perusahaan ini.

Selain itu, perjanjian dengan Semen Bosowa Maros (SBM) diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar emiten ini hingga 2 persen terutama di Indonesia Timur.

Sementara, AUTO juga menjadi pilihan RHB Sekuritas karena pendapatan bersih pada 2022 yang melampaui ekspektasi, yakni sebesar 1,3 triliun atau melonjak Rp1,3 triliun ditopang penjualan yang lebih tinggi.

“AUTO siap menggunakan kemampuan teknologinya untuk mengembangkan suku cadang EV, yang tentunya akan menambah pendapatan perusahaan,” tulis riset tersebut.

Kinerja Saham Sepanjang 2023

Kendati punya potensi cuan di tengah kondisi IHSG yang sedang seret dan situasi ekonomi global yang tidak kondusif, saham-saham di atas masih terkontraksi sepanjang 2023.

Data BEI pada lanjutan sesi II, Kamis (16/3) menyebutkan, saham INCO terkoreksi paling dalam, yakni dengan penurunan mencapai 15,49 persen sepanjang 2023.

Sementara, saham BBRI dan BBNI juga merosot masing-masing sebesar 4,86 persen dan 2,98 persen. secara YTD. Sedangkan, saham INTP juga memerah hingga minus 2,53 persen sepanjang 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)

Meski saham kategori ini sebagian besar memerah, saham MYOR dan AUTO justru masih menghijau secara YTD.

Menurut data BEI pada periode yang sama, saham MYOR menguat sebesar 5,60 persen sepanjang 2023. Sementara, saham AUTO terkerek 16,10 persen secara YTD.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor

SHARE