Pasar Uang Reksa Dana Jadi Primadona, Ini Faktor-faktor Penyebabnya
Head of Research Infovesta, Wawan Hendrayana, menyebut selama masa pandemi Covid-19 reksa dana pasar uang menjadi incaran para investor.
IDXChannel - Head of Research Infovesta, Wawan Hendrayana, menyebut selama masa pandemi Covid-19 reksa dana pasar uang menjadi incaran para investor. Dengan keterbatasan mobilitas, pengeluaran seseorang menjadi lebih sedikit sehingga uang yang tersedia banyak dialihkan.
Perlu diketahui, jumlah investor reksa dana pasar uang pada Juni 2021 sudah mencapai 4,93 juta orang. Sementara, total dana kelolaan reksa dana per Juli 2021 mencapai Rp511,593 triliun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sekitar 0,20% dibandingkan dengan Juni 2021 sebesar Rp510,990 triliun.
“Masa pandemi banyak dana menganggur yang tersimpan di bank sehingga alternatif dari tabungan dan deposito paling aman adalah ke pasar uang. Sekarang ini pasar uang menawarkan keamanan, likuiditas, dan juga kemudahan transaksi. Karena banyak investor baru membelinya melalui agen-agen penjual online di aplikasi,” ujarnya dalam diskusi di Market Review IDX Channel, Jumat (13/8/2021).
Dengan naiknya animo investor baru ke pasar uang, ia berharap jika obligasi dan saham dapat bangkit, ke depannya investor akan melirik ke sektor-sektor tersebut.
Lebih lanjut, ia menerangkan terdapat dua jenis aset yang diminati di dalam reksa dana pasar uang, yakni deposito dan obligasi jangka pendek. Maka dari itu, secara umum pasar uang jarang sekali mengalami kerugian. Melainkan, kinerja pasar uang setara dengan deposito.
Sementara itu, di tengah pandemi Covid-19, Wawan menilai masa ini adalah momentum yang tepat bagi seseorang untuk belajar mengenai investasi terlebih memulainya di reksa dana pasar uang. Sebab secara kinerja, selain setara dengan deposito, sistem pada investasi tersebut likuid atau dapat dicairkan.
“Secara year to date pasar uang masih menjadi salah satu yang paling baik dan juga pasar uang ini likuid. Jadi, jika sewaktu-waktu masyarakat di tengah pandemi ini membutuhkan pendanaan, bisa langsung dicairkan paling lama T+1 atau dihitung pada hari kerja berikutnya. Jadi ini cocok sekali dipilih selama pandemi,” bebernya.
Walaupun masyarakat tengah gencar memilih pasar uang, namun yang perlu diketahui tenor pada pasar uang tidak panjang. Untuk itu Wawan menyarankan investor tetap melakukan alokasi aset.
“Pada jangka menengah (1-3 tahun) sebaiknya dibagi menjadi 50% pada berbasis obligasi pendapatan tetap, 30% pasar uang, dan 20% dialokasikan untuk investasi yang berbasis saham. Karena, saat ini saham relatif sangat murah secara valuasi,” pungkasnya. (TYO)