MARKET NEWS

Pegang Saham Batu Bara di 2023, Masih Adakah Peluang Cuan?

Melati Kristina - Riset 07/03/2023 14:18 WIB

Saham batu bara terkoreksi sepanjang 2023 seiring dengan harga komoditas yang mendingin.

Pegang Saham Batu Bara di 2023, Masih Adakah Peluang Cuan? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Harga saham batu bara kian merosot di sepanjang 2023 seiring dengan harga komoditas yang sedang cooling down. Kendati demikian, saham ini masih bisa cuan ditopang dividen jumbo yang dibagikan oleh emiten.

Melansir Tradingeconomics pada Selasa (7/3), harga batu bara saat ini berada di USD182/ton atau anjlok hingga 56,94 persen secara year on year (yoy).

Ini menandakan euforia komoditas hingga saham batu bara yang dimulai pada 2022 mulai usai seiring dengan harga komoditas yang mendingin.

Sementara, laporan CGS CIMB pada Februari menyebutkan, turunnya harga batu bara didorong oleh volume perdagangan yang rendah mengingat jumlah persediaan yang tinggi di negara-negara pengimpor utama, yakni Eropa dan China.

“Kami perkirakaan pelemahan harga batu bara akan berlanjut berkat pertumbuhan global yang lebih lambat dan produksi domestik China yang lebih tinggi,” tulis CGS CIMB.

Di sisi lain, riset UOB KayHian bertajuk “Company Update: Indo Tambangraya Megah” yang dirilis pada 8 Februari 2023 melaporkan,harga batu bara sudah turun lebih dari 40 persen menjadi USD230-250/ton di awal Februari. Adapun, harga tersebut berada di level terendah sejak April tahun lalu.

“Normalisasi harga batu bara berlangsung lebih cepat dari prediksi karena berkurangnya kekhawatiran akan kekurangan pasokan batu bara,” tulis riset tersebut.

Menurunnya harga komoditas dipengaruhi oleh sentimen dari China yang melanjutkan impor batu bara dari Australia sehingga mengurangi gangguan pasokan batu bara.

Sementara, Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi berpendapat, meski komoditas batu bara tengah mengalami moderasi harga, dengan adanya pembukaan perekonomian China bakal menahan harga komoditas agar tidak terlalu jatuh sampai ke bawah level pra-pandemi.

“ASP emiten batu bara berpotensi turun, laba bersih juga tidak akan setinggi dulu, tapi mereka masih punya keunggulan yaitu cash rich,” kata Tirta kepada IDX Channel pada Selasa (7/3).

Sedangkan, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, penurunan harga batu bara global akan berada di rentang USD147/ton hingga USD170/ton yang tentunya berpengaruh terhadap kinerja emiten batu bara.

“Hal tersebut ditunjukkan oleh pergerakan IDX Energy yang masih rawan terkoreksi ke rentang area 2.000 hingga 2.044,” ujar Herditya dalam wawancara dengan IDX Channel, Selasa (7/3).

Kinerja Saham Emiten Batu Bara Merosot

Sejalan dengan terkontraksinya indeks IDX Energy, saham-saham batu bara juga mencatatkan kinerja yang merosot sepanjang 2023.

Menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan sesi I, Selasa (7/3), saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) memimpin merosotnya saham batu bara dengan penurunan paling dalam, yakni 24,68 persen.

Menyusul ADRO, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) juga terkoreksi hingga 16,85 persen secara year to date (YTD).

Sementara, saham emiten batu bara lainnya yang turut terkontraksi sepanjang 2023, yaitu PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). (Lihat grafik di bawah ini.)

BEI melaporkan, harga saham BYAN dan TOBA masing-masing terkontraksi hingga 12,14 persen dan 11,57 persen secara YTD. Sedangkan, saham ITMG merosot hingga 4,48 persen sepanjang 2023.

Kendati sebagian besar saham emiten batu bara terkoreksi secara YTD, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih mencatatkan pertumbuhan pada periode ini.

Melansir data BEI pada periode yang sama, saham HRUM dan UNTR masing-masing naik hingga 1,23 persen dan 3,84 persen sepanjang 2023. Sementara, saham PTBA mencatatkan kinerja paling unggul, yakni melesat 6,50 persen secara YTD.

Andalkan Pembagian Dividen Sebagai Katalis Positif

Pada saat ini, saham emiten batu bara kurang dapat mengandalkan harga komoditas sebagai pendorong naiknya kinerja saham mereka.

Ini terutama karena emiten batu bara sangat bergantung dengan harga komoditas yang dipengaruhi oleh suplai dan permintaan karena barang tambang bersifat price taker.

Sehingga, emiten ini hanya dapat mengandalkan pembagian dividen jumbo sebagai katalis positif guna mengerek kinerja saham di tahun 2023.

Menurut Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya bertajuk “Expecting another Dividend Season in 2023” yang dirilis pada 17 Januari 2023, sektor batu bara masih jadi pilihan utama bagi investor pemburu dividen menginginkan dividend yield yang sangat tinggi pada 2023.

Menurutnya, saham batu bara punya potensi dividend yield di rentang 8 persen hingga 30 persen. Sementara rata-rata dari dividend yield saham energi berada di 17 persen.

Mirae berpendapat, emiten batu bara seperti PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR), PTBA, hingga ADRO menerima cuan dari harga batu bara yang meroket pada 2022, yang tentunya berpengaruh terhadap dividend yield emiten dari sektor ini.

Menurut data Mirae Asset, BSSR memiliki proyeksi dividend yield yang mencapai 36 persen pada 2023. Sedangkan dividend payout ratio (DPR) dari emiten ini diprediksi akan mencapai 87 persen.

Di sisi lain, riset UOB KayHian menyebutkan bahwa ITMG memiliki rekam jejak pembayaran dividen interim yang jumbo pada 2022 lalu.

Tercatat, pada 22 November 2022, ITMG membayar dividen interim jumbo, yakni sebesar USD300 juta atau USD0,27 saham (Rp4.128/saham).

“ITMG punya potensi dari dividend yield yang dapat membantu saham emiten untuk pulih dalam jangka pendek, terutama setelah rilis laporan keuangan tahun 2022 yang diikuti dengan pembayaran dividen,” kata UOB KayHian.

Adapun, laba bersih pada 2022 diharpkan melonjak 124 persen yoy, sehingga rasio pembayaran dividen pada periode ini diperkirakan mencapai 70 persen.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE