MARKET NEWS

Pelemahan Rupiah Bisa Bikin Sektor Properti Merana, Begini Dampaknya

Maulina Ulfa - Riset 16/06/2024 11:22 WIB

Nilai tukar Rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan Jumat (14/6/2024).

Pelemahan Rupiah Bisa Bikin Sektor Properti Merana, Begini Dampaknya. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar Rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan Jumat (14/6/2024).

Rupiah ditutup amblas 0,8 persen di level Rp16.394 per dolar AS (USD) dan menjadikan kinerja Rupiah terlemah sejak pertengahan April 2020.

Pada penutupan sebelumnya, Rupiah menguat Rp16.264 per USD pada perdagangan Kamis (13/6/2024).

Rupiah pada penutupan perdagangan pekan lalu berada di level Rp16.189 per USD pada 7 Juni 2024.

Berdasarkan data Trading View, dalam sebulan Rupiah sudah melemah 2,98 persen dan secara mingguan sudah turun 1,1 persen. Pelemahan Rupiah secara year to date (YTD) melemah 6,39 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Pelemahan Rupiah terjadi sepekan menjelang rapat kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga. Namun, karena nilai tukar Rupiah berada di bawah tekanan, para analis tidak mengesampingkan potensi kenaikan suku bunga.

“Base case kami adalah Bank Indonesia akan tetap menahan, namun risiko kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin relatif tinggi, menurut pandangan kami, terutama jika mata uang berada di bawah tekanan baru,” tulis analis Barclays dalam catatan kliennya sebagaimana dilansir dari Reuters, Jumat (14/6/2024).

Pada Jumat, BI melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mempertahankan Rupiah, dan berjanji untuk menggunakan kebijakan moneter untuk menstabilkan mata uang RI.

Pelemahan Rupiah ini bisa berdampak pada ekonomi sektor riil, terutama bagi sektor yang mengandalkan bahan baku dari impor.

Melansir Knight Frank Indonesia (26/4/2024), pelemahan Rupiah bisa berdampak pada sektor properti. Jika dikaitkan dengan sektor ini, pelemahan Rupiah memiliki beberapa trickling down effect, seperti:

1. Peningkatan harga bahan bangunan

Peningkatan harga bahan bangunan ini khususnya untuk barang yang umumnya diimpor seperti semen, besi, dan kayu. Pelemahan Rupiah akan menyebabkan harga impor meningkat, yang akan mempengaruhi harga bahan bangunan dan nantinya akan mempengaruhi harga jual bangunan tersebut.

BPS juga mencatat, Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan per Maret 2024 mengalami peningkatan sekitar 0,85 persen yoy. Peningkatan harga ini jauh lebih rendah dibanding peningkatan pada Maret 2023, yaitu sebesar 3,67 persen yoy.

2. Peningkatan harga properti

Peningkatan harga properti ini bisa dikaitkan dengan peningkatan harga bahan bangunan. Namun, jika dikaitkan pada situasi pelemahan Rupiah, peningkatan harga properti justru dapat mengurangi permintaan terhadap properti.

Jika melihat data historis, pada pelemahan Rupiah di tahun 2018 sebesar 11 persen yoy, harga unit kondominium secara umum berada pada rentang harga Rp24-Rp36 juta per meter persegi, dan terjadi peningkatan harga sebesar 0,4 persen yoy.

“Dapat disimpulkan, pada saat pelemahan Rupiah, pengembang cenderung menahan kenaikan harga hunian untuk meningkatkan penjualan produk tersebut,” tulis laporan Knight Frank Indonesia.

3. Potensi Peningkatan Kredit Macet

Pelemahan nilai tukar Rupiah dapat memberikan dampak serius terhadap risiko kredit, terutama bagi individu atau pengembang properti yang terikat pada pinjaman dalam mata uang asing.

Diketahui Bank Indonesia mencatat berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit didorong oleh kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Kredit tersebut masing-masing tumbuh 15,69 persen, 13,25 persen dan 10,34 persen secara tahunan.

Namun, kualitas kredit meningkat dengan rasio NPL gross perbankan sebesar 2,33 persen dibanding Maret 2024 yang sebesar 2,25 persen. Sementara NPL net sebesar 0,81 persen dibanding Maret 2024 sebesar 0,77 persen.

(YNA)

SHARE