MARKET NEWS

Pendapatan dan Laba Gudang Garam (GGRM) Anjlok di Semester I Gara-Gara Cukai

Atikah Umiyani 29/08/2024 13:07 WIB

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan pendapatan sebesar Rp50,01 triliun pada semester I-2024. Sedangkan laba anjlok 71,85 persen menjadi Rp925,5 miliar.

Pendapatan dan Laba Gudang Garam (GGRM) Anjlok di Semester I Gara-Gara Cukai (foto mnc media)

IDXChannel - Emiten rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan pendapatan sebesar Rp50,01 triliun pada semester I-2024. Raihan ini turun 10,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp55,85 triliun. 

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman mengatakan, penurunan disebabkan oleh turunnya volume penjualan akibat kenaikan harga jual kepada konsumen, di mana daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah bawah masih stagnan. 

"Di tengah situasi ini, ketika sektor tembakau terus menghadapi kenaikan beban cukai yang signifikan secara berkelanjutan, kondisi pasar tetap penuh tantangan," kata Heru dalam public expose live 2024, Kamis (29/8).

Dengan fenomena tersebut, maka tidak hanya pendapatan, laba perseroan juga tergerus pada enam bulan pertama di 2024 ini. 

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di semester I ini menjadi Rp925,51 miliar atau anjlok 71,85 persen dari periode sama 2023 sebesar Rp3,28 triliun. 

Biaya pokok pendapatan mengalami penurunan sebesar 62 persen seiring dengan penurunan volume penjualan dan kenaikan biaya cukai sebesar 3,1 persen. 

Saat ini, komposisi biaya cukai dari total biaya pokok pendapatan naik menjadi 84,9 persen dibandingkan 77,3 persen pada periode yang sama tahun lalu. 

Kemudian volume penjualan industri rokok mengalami penurunan sebesar 7,2 persen pada paruh pertama ini dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya volume penjualan segmen SKM, segmen yang dikenai cukai lebih tinggi dari SKT. 

Oleh karena itu, Heru menilai, perkembangan positif ke depan sangat bergantung pada cukai yang akan diberlakukan pada 2025.

"Tentunya juga berapa besar daya beli sektor menengah ke bawah dapat mengalami perbaikan," tuturnya. 

(Fiki Ariyanti)

SHARE