MARKET NEWS

Penguatan Yield Obligasi dan Dolar AS Jadi Kambing Hitam Merahnya Pasar

TIM RISET IDX CHANNEL 30/05/2024 11:04 WIB

Pasar keuangan global merah padam pada Kamis (30/5/2024) seiring penguatan imbal hasil (yield) Treasury dan dolar Amerika Serikat (AS).

Penguatan Yield Obligasi dan Dolar AS Jadi Kambing Hitam Merahnya Pasar. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Pasar keuangan global merah padam pada Kamis (30/5/2024) seiring penguatan imbal hasil (yield) Treasury dan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah spekulasi suku bunga global akan tetap tinggi dalam waktu yang lebih lama.

Investor menantikan data inflasi utama pada akhir pekan ini untuk petunjuk lebih lanjut mengenai jalur kebijakan moneter bank sentral utama ke depan.

Dolar AS melonjak ke level tertinggi dalam dua pekan terhadap mata uang utama lainnya pada Kamis, seiring naiknya yield Treasury meningkatkan daya tarik mata uang ini.

Indeks dolar (DXY) melompat 0,5 persen pada Rabu, dilanjutkan kenaikan 0,03 persen pada Kamis.

Sementara, yield US Treasury bertenor 10 tahun naik ke atas 4,6 persen, melanjutkan lonjakan sejak Selasa setelah rilis data ekonomi AS yang lebih kuat dan beberapa lelang obligasi yang mendapat sambutan kurang maksimal.

Sebagai pengingat, imbal hasil obligasi bergerak berbanding terbalik dengan harga.

Merosotnya pasar obligasi telah membuat takut para investor. Pasar saham global merosot tajam pada pekan ini, sehingga mendorong perpindahan ke aset-aset yang paling aman atawa safe-haven.

Tiga indeks utama bursa AS, Wall Street, anjlok. Dow Jones Index turun 1,06 persen, S&P 500 index merosot 0,74 persen, dan Nasdaq melemah 0,58 persen pada Rabu waktu AS.

Dari Asia, indeks Nikkei 225 jeblok 1,26 persen, Hang Seng Index tergerus 1,05 persen, Shanghai Composite Index terkoreksi 0,12 persen, Singapore Times Index terdepresiasi 0,31 persen, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok 1,33 persen.

Mata uang rupiah juga melemah tajam sebesar 0,56 persen, menembus Rp16.244 per dolar AS.

“Inflasi global yang lebih panas dan lebih berkanjang dari perkiraan tampaknya berdampak pada pasar aset,” kata Vishnu Varathan, kepala ekonom untuk Asia di luar Jepang di Mizuho Bank kepada Reuters, Kamis (30/5).

"Pasar ekuitas merosot dan obligasi melemah, dan USD melonjak,” imbuhnya.

Sebuah survei yang dilakukan The Fed pada Rabu menunjukkan aktivitas ekonomi AS terus meningkat dari awal April hingga pertengahan Mei, tetapi perusahaan-perusahaan menjadi lebih pesimis terhadap masa depan di tengah inflasi yang meningkat dengan laju yang moderat.

Sementara, mengutip Reuters, data pada hari yang sama menunjukkan inflasi Jerman naik sedikit lebih tinggi dari perkiraan menjadi 2,8 persen pada bulan Mei, menjelang pembacaan data inflasi zona euro yang lebih luas pada Jumat.

Namun, sorotan utama pasar pada pekan ini adalah laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti AS pada Jumat – ukuran inflasi pilihan Federal Reserve. Harapan pasar adalah untuk tetap stabil setiap bulannya.

“Jika kita melihat data yang membawa kita ke titik ini, saya sulit mempercayai laporan PCE yang lebih lemah dari perkiraan akan dirilis pada Jumat,” kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index, dikutip Reuters.

"Dari sudut pandang ini, PCE yang tidak naik lebih tinggi bisa menjadi kejutan yang menyenangkan. Namun, jika PCE memanas lebih jauh dari level yang ‘lengket’, selera terhadap risiko akan hilang dan akan menjadi hal yang baik,” tambah Simpson. (ADF)

SHARE