MARKET NEWS

Penutupan Pabrik BATA, Nasib Suram Industri Alas Kaki di 2024?

Maulina Ulfa 06/05/2024 15:23 WIB

Perusahaan sepatu legendaris, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menutup operasional pabriknya yang berlokasi di Purwakarta.

Penutupan Pabrik BATA, Nasib Suram Industri Alas Kaki di 2024? (Foto: BATA)

IDXChannel - Perusahaan sepatu legendaris, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menutup operasional pabriknya yang berlokasi di Purwakarta. Ratusan pekerja pun terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK).

BATA juga terus menderita kerugian yang nilainya mencapai Rp80,65 miliar pada periode Januari-September 2023 atau hingga kuartal III-2023, membengkak 294,76 persen dibanding rugi Rp20,43 miliar pada periode yang sama di 2022.

Penjualan bersih perseroan juga tercatat turun 0,42 persen menjadi Rp 488,47 miliar pada Januari sampai September 2023, dari Rp 490,57 miliar periode sama 2022.

Tak hanya BATA, industri alas kaki secara keseluruhan sedang mengalami tekanan di era suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi global.

Sebut saja, merek ternama asal Jerman, Puma, yang memiliki pabrik di Indonesia melalui PT Horn Ming Indonesia mengumumkan pemutusan hubungan karyawan (PHK) ratusan karyawan jelang akhir tahun lalu.

Perusahaan yang beroperasi di Cikupa, Kabupaten Tangerang, merumahkan 600 orang karyawan melalui surat pemberitahuan bernomor 023/HR/V/2023 tanggal 8 Mei 2023 kepada pemerintah daerah melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Tangerang.

Tak hanya terjadi di Indonesia, raksasa sepatu berbasis Jerman, Adidas, juga mengalami kerugian pertamanya pada 2023 sejak 1992.

Pada tahun fiskal 2023, Adidas mencatat rugi bersih sebesar 75 juta euro (USD82 juta), menyusut dari perolehan laba bersih sebesar 612 juta euro pada tahun sebelumnya.

Tahun ini penjualan Adidas di Amerika Utara diprediksi akan terus melemah dan penjualan diperkirakan akan turun sekitar 5 persen.

Permintaan yang lebih rendah dan kelebihan stok toko di AS telah membebani perusahaan dengan penjualan di wilayah ini turun sebesar 21 persen pada kuartal keempat 2023 dan penurunan sebesar 16 persen sepanjang tahun.

Sementara di China, Adidas memperkirakan pemulihan 2024 yang lebih kuat, dengan pertumbuhan penjualan sebesar dua digit setelah kenaikan sebesar 8 persen pada tahun 2023.

Nasib Industri Alas Kaki Indonesia

Secara keseluruhan, data Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan kontribusi sektor industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, yang melingkupi industri alas kaki terhadap produk domestik bruto (PDB) terus mengalami tren kenaikan.

Pada 2022, angkanya mencapai angka Rp48,13 triliun. Namun, angka tersebut menyusut pada triwulan II-2023 di mana kontribusi PDB sektor tersebut hanya mencapai Rp12,08 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)

Nilai ekspor komoditas sepatu olahraga menempati delapan besar komoditi dari nilai ekspor industri pengolahan nonmigas.

Namun, di sisi lain, industri alas kaki saat ini menghadapi berbagai tantangan, seperti menurunnya permintaan dari pasar ekspor Indonesia, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Eropa, serta persaingan dengan produk harga rendah.

Ini karena masih tingginya inflasi yang tengah dialami negara-negara Barat, termasuk AS dan Eropa. Selain itu, mereka juga berjuang dengan kondisi suku bunga tinggi yang membebani sektor bisnis.

Hal tersebut tercermin dari penurunan total nilai ekspor sepanjang Januari-Maret 2024 mengalami penurunan sebesar 7,25 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Andil utama penurunan nilai ekspor disumbang oleh sektor Pertambangan dan Lainnya sebesar 17,31 persen. Namun, industri pengolahan yang di dalamnya termasuk sektor industri alas kaki juga mengalami penurunan 4,92 persen.

Sebelumnya, dalam pernyataan resmi yang dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Sabtu (4/5/2024), Corporate Secretary Bata, Hatta Tutuko, menyatakan penutupan pabrik dilakukan per 30 April 2024.

Hatta menyebut PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat, namun bisnis tetap tidak bisa pulih.

"Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia," tulis Hatta.

"Dengan adanya keputusan ini, maka Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta," tambahnya.

Di sisi lain, dalam unggahan yang viral di media sosial, terekam ratusan pekerja pabrik berbondong-bondong meninggalkan tempat mereka mencari nafkah.

Para pekerja tersebut tampak berjalan ke arah luar pabrik sambil masih mengenakan seragam Bata mereka yang berwarna merah. Sang perekam video tampak beberapa kali mengucap kalimat perpisahan.

"Selamat tinggal Bata. Selamat tinggal Bata," ungkapnya.

Pada keterangan postingan, tertulis bahwa penghentian operasional pabrik Bata di Purwakarta lantaran perusahaan mengalami kerugian. Disebutkan, permintaan konsumen terhadap produk sepatu Bata kian menurun. (ADF)

SHARE