MARKET NEWS

Perbaiki Kinerja, Intiland (DILD) Fokus Kurangi Beban Utang

Rahmat Fiansyah 08/08/2025 14:38 WIB

PT Intiland Development Tbk (DILD) terus berupaya memperkuat neraca keuangan dengan menerapkan strategi deleveraging.

PT Intiland Development Tbk (DILD) terus berupaya memperkuat neraca keuangan dengan menerapkan strategi deleveraging. (Foto: Dok. Intiland)

IDXChannel - PT Intiland Development Tbk (DILD) terus berupaya memperkuat neraca keuangan dengan menerapkan strategi deleveraging. Penurunan beban keuangan atau utang tersebut dilakukan tiga tahun terakhir. 

Direktur Utama Intiland, Archied Noto Pradono menjelaskan, deleveraging merupakan strategi prioritas yang tengah dijalankan oleh perseroan untuk melakukan efisiensi pembiayaan. Dengan strategi ini, perusahaan terus memperkuat keuangan dan menciptakan ruang pertumbuhan yang lebih sehat dan berkelanjutan. 

Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan pelunasan, pengurangan atau refinancing beban utang dan bunga serta penjualan aset non-core sehingga bisa lebih efisien. Hingga 30 Juni 2025, total utang Intiland tercatat sebesar Rp4,38 triliun, turun sebesar Rp687 miliar atau 14 persen dibandingkan posisi per 31 Desember 2022 yang mencapai Rp5,06 triliun.

“Turunnya jumlah utang ini mencerminkan keberhasilan upaya kami dalam mengelola kewajiban keuangan secara berkelanjutan dan memperbaiki struktur finansial perusahaan,” kata Archied lewat keterangan resmi, Jumat (8/8/2025).

Seiring dengan penurunan utang, beban bunga juga turun signifikan hingga 16,7 persen dalam tiga tahun terakhir. Pada 2022, beban bunga pinjaman mencapai Rp518,1 miliar dan 2023 turun menjadi Rp489,9 miliar. 

Penurunan tersebut berlanjut pada 2024 dengan jumlah beban bunga sebesar Rp431,8 miliar. Pada 30 Juni 2025, beban bunga perseroan tersisa Rp176,3 miliar.

Archied menjelaskan strategi deleveraging merupakan wujud komitmen perseroan dalam menjaga stabilitas dan struktur finansial. Upaya efisiensi struktur biaya dan peningkatan kinerja penjualan, khususnya dari segmen kawasan industri, menjadi faktor penting dalam memperbaiki kinerja keuangan secara keseluruhan dan menjaga rasio-rasio keuangan tetap sehat.

“Selain mendorong kinerja penjualan, fokus penting kami saat ini adalah menjalankan strategi deleveraging secara disiplin, mulai dari pelunasan, pengurangan, refinancing pinjaman berbunga tinggi, hingga divestasi aset non-core. Langkah ini akan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan beban bunga dan penguatan struktur permodalan,” ujarnya.

Archied menilai, penurunan jumlah utang juga menyebabkan rasio keuangan semakin membaik. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) misalnya, terus membaik yang menunjukkan struktur finansial yang semakin sehat. 

Rasio utang terhadap ekuitas pada 2022 tercatat masih 0,61 kali dan berangsur turun menjadi 0,59 kali pada 2023 dan menjadi 0,50 kali persen pada 2024. Per semester-I 2025, rasio utang terhadap ekuitas perseroan kembali menurun menjadi 0,47 kali.

“Struktur keuangan yang lebih sehat akan meningkatkan nilai tambah perusahaan dan meningkatkan daya saing dalam industri properti nasional,” kata Archied.

>

(Rahmat Fiansyah)

SHARE