MARKET NEWS

Perdagangan Bursa Saham AS ke Depan: Investor Wait and See Tarif Trump

Kunthi Fahmar Sandy 05/07/2025 08:29 WIB

Trump mengumumkan kesepakatan dengan Vietnam yang menurutnya akan mengenakan tarif 20 persen yang lebih rendah dari yang dijanjikan pada banyak ekspor Vietnam.

Perdagangan Bursa Saham AS ke Depan: Investor Wait and See Tarif Trump (FOTO:Dok Laman Investing)

IDXChannel - Bursa Saham AS atau wall street ke depan akan dikelilingi dengan pantau investor akan berita utama tarif dari Washington, karena penangguhan sementara pungutan impor akan segera berakhir. 

Jika batas waktu berlalu tanpa peningkatan ketegangan perdagangan, maka hal itu dapat berdampak positif bagi pasar. Dilansir dari laman Investing Sabtu (5/7/2025), negosiator lebih dari 12 mitra dagang utama AS sedang bergegas untuk mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump paling lambat 9 Juli 2025.

Hal ini untuk menghindari tarif yang lebih tinggi, dan Trump beserta timnya bakal terus memberikan tekanan dalam beberapa hari terakhir. Pada hari Rabu, Trump mengumumkan kesepakatan dengan Vietnam yang menurutnya akan mengenakan tarif 20 persen yang lebih rendah dari yang dijanjikan pada banyak ekspor Vietnam. 

Sementara pemerintah telah mengisyaratkan kesepakatan yang akan datang dengan India, pembicaraan dengan Jepang, mitra dagang AS terbesar keenam. Namun mitra terdekat seperti Asia, tampaknya menemui hambatan.

Investor tampak sudah tak panik lagi tentang tarif  sehinggan baru-baru ini mengangkat pasar saham AS kembali ke rekor tertinggi, dengan laba perusahaan dan ekonomi AS bertahan lebih baik dari yang diharapkan banyak orang.

S&P 500 telah naik sekitar 26 persen dari 8 April, ketika saham mencapai titik terendah menyusul pengumuman tarif kejam Trump pada 2 April. Namun, sebagian besar reli tersebut didorong oleh pelaku pasar ritel dan pembelian kembali saham perusahaan, bahkan ketika investor institusional lebih tenang.

Meskipun S&P 500 mencapai titik tertinggi baru, posisi ekuitas jauh di bawah level Februari karena investor tetap kurang memperhatikan saham, menurut estimasi Deutsche Bank.

"Ini jelas merupakan reli yang lebih tidak menentu, reli yang lebih spekulatif," kata Lisa Shalett, Kepala Investasi di Morgan Stanley Wealth Management.

"Dalam seminggu terakhir, menurut saya hal ini lebih banyak didorong oleh ritel daripada institusi. Posisi institusional sebenarnya hanya rata-rata," katanya.

Meskipun banyak faktor yang membuat investor berhati-hati, termasuk kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi AS dan valuasi pasar saham yang tinggi namun melewati batas waktu tarif tanpa eskalasi ketegangan akan menjadi satu hal yang tidak perlu dikhawatirkan dalam waktu dekat, kata para analis.

"Saya pikir mungkin ada beberapa ancaman dan gertakan, tetapi saya tidak benar-benar berpikir bahwa semua itu sekarang menimbulkan bahaya besar bagi pasar," kata Irene Tunkel Kepala Strategi Ekuitas AS, BCA Research.

Namun, investor tidak berharap batas waktu tarif akan mengakhiri ketegangan perdagangan untuk selamanya. "Saya tidak melihatnya sebagai tenggat waktu yang ketat," kata Julian McManus, Manajer Portofolio di Janus Henderson Investors.

"Penghentian sementara selama 90 hari itu sendiri ditetapkan karena pasar sedang anjlok, dan saya pikir para pembuat kebijakan butuh ruang dan waktu untuk mencoba dan menegosiasikan kesepakatan ini atau menemukan semacam jalan keluar," katanya.

"Pendekatan hati-hati investor untuk meningkatkan eksposur ekuitas sekarang mengingatkan pada perilaku mereka setelah penurunan pasar akibat pandemi pada Maret 2020, ketika alokasi untuk saham pulih lebih lambat daripada indeks pasar utama," kata Ahli Strategi Deutsche Bank, Parag Thatte.

"Itu berarti ada ruang bagi eksposur untuk terus meningkat, yang merupakan hal positif bagi ekuitas jika semua hal lain sama," kata Thatte.

Setelah paruh pertama yang penuh gejolak, S&P 500 memasuki periode yang secara historis kuat. Selama 20 tahun terakhir, Juli menjadi bulan terkuat bagi indeks acuan dengan pengembalian rata-rata 2,5 persen, menurut analisis Reuters terhadap data LSEG.

Investor juga akan mencermati data ekonomi, terutama angka inflasi dan hasil kuartal kedua dalam beberapa minggu mendatang untuk mendapatkan petunjuk mengenai kesehatan ekonomi AS, dan prospek suku bunga Federal Reserve. "Itu berarti ada ruang bagi eksposur untuk terus meningkat, yang merupakan hal positif bagi ekuitas jika semua hal lain sama," kata Thatte.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE